Situasi kacau.
Jacob merajuk. Sangyeon uring-uringan.
Sudah jelas apa yang terjadi sekarang membuat Sangyeon pusing tujuh keliling. Pemuda manis kesayangannya itu sangat-sangat enggan berbicara padanya. Begini, biar Sangyeon jelaskan segala rentetan kejadian yang bisa membuat manisnya merajuk sedemikian lamanya.
Pertama, Sangyeon tahu betul bila Jacob itu fanboy nomor satu dari artis Korea bernama Kim Younghoon. Poster laki-laki berwajah tampan (meski jujur saja, masih jauh dibandingkan dirinya) tersebut bahkan terpampang apik di dinding kamar kekasihnya.
Kedua, baru-baru ini artis kesukaan Jacob mengadakan konser online bersama grupnya. Dan tentu saja, Jacob wajib ikut bersama Changmin, bahkan keduanya sudah menyiapkan segala macam peralatan kebutuhan konser.
Ketiga, ada barang wajib dibawa ketika konser sedang berlangsung yaitu lightstick. Sialnya, Sangyeon tak sengaja menendangnya dan membuatnya tak bisa bercahaya kembali.
Keempat, tak hanya itu. Awalnya Jacob tak begitu marah jadi Sangyeon mendadak sangsi melihat kekasihnya itu berteriak seperti orang kesetanan demi orang lain. Sehingga ia memilih keluar namun sial bagian dua, kaki Sangyeon tak sengaja menarik kabel laptop hingga tercabut dari stop kontak dan laptopnya mati. Saat dicoba untuk dinyalakan kembali, konser telah berakhir.
Fix, Jacob merajuk padanya seminggu penuh hingga di malam minggu begini.
Sudah banyak kata-kata penenang dan permintaan maaf yang disampaikan pada Jacob. Akan tetapi pemuda manis itu menatapnya seolah-olah mereka musuh. Oke, Sangyeon mendadak ingin meledakkan tempat tinggal Kim Younghoon sekarang juga. Padahal, jika disesuaikan dengan jadwal yang telah ada, Sangyeon harusnya tengah menghabiskan makan malam romantis berdua dengan si manis. Bukannya mengemis-ngemis kemurahan hati Jacob agar berhenti merajuk.
Chanhee geleng-geleng. Kencan batal dan undangan pesta piyama dihadiri Jacob di rumahnya. Melihat seraut wajah frustasi Sangyeon yang kini menyandarkan tubuhnya pada Eric, nyaris seperti mayat hidup.
Eric berdecak, sudah jengah dan nyaris mendorong sang kakak berguling ke tanah kalau-kalau tidak ingat ia sedang dihukum menjadi anak baik—tak boleh menggunakan ponsel—oleh sang ibu sebab ketahuan membali rokok untuk Sunwoo. Sunwoo juga kena, lebih parah malah, uang jajan dipotong setengah selama satu bulan. Hanya Sangyeonlah yang selamat (padahal jika dibandingkan dirinya dan Sunwoo, kakak sulungnya itu lebih sering merokok), otomatis membuat Eric harus pandai-pandai mengambil hati sang kakak sulung agar hukumannya dikurangi bunda. Cuman Sangyeon yang dapat diharapkan saat ini.
"Makasih, kak." Eric mencomot satu pisang goreng yang disuguhkan Chanhee, menggigitnya sekali kemudian menjejalkan sisanya ke dalam mulut Sangyeon. "Makan, Bang. Galau mulu. Skripsi tuh urusin."
Sangyeon mendelik tajam, namun tetap menguyah sisa adiknya yang kurang ajar itu. "Orang kena friendzone kayak lo mana paham. Mingkem coba atau cari lain, gih!"
Eric memasang wajah songong. "Mohon maaf, saya sih lebih baik datang melamar ke rumah dibandingkan memberi harapan palsu—assalamualaikum, Aa' ganteng. Adinda bermaksud melamar Kakanda. Sudikah engkau menerima lamaranku? Gitu, Bang!"
"Entah kenapa gue pengen nempeleng lu, Ric," sahut Sunwoo di sudut ruangan. Nyaris berguling-guling di lantai (atau sebenarnya sudah?) jika saja tidak ada boneka kesayangan Chanhee menahan dirinya agar tidak menindih benda mati tersebut. Ia menoel-noel pipi boneka itu lantaran tak mampu mengusir kebosanan akibat ponsel yang hilang dari genggaman. Bibir tebalnya menukik sebal. "Gara-gara lo si Beni ditahan bunda, padahal yang salah elo."
"Lah, kan yang mau ngerokok lo. Kenapa jadi gue yang dituduh mulu, sih? Ngajak gelud, ya, lo," balas Eric sinis.
Sunwoo kemudian menatap Chanhee datar. "Kak, bisa tutup mata bentar? Aku mau granat Eric dulu. Bentar aja ya, Manis."
KAMU SEDANG MEMBACA
about us | tbz.
FanfictionTentang kita, kumpulan dari beberapa individu yang masih terlampau labil. oneshoot collection, © tinybs, 2020