Mentari

41 31 9
                                    

Saka menggeliat di tempat tidurnya. Mengingat sekitar pukul tiga ia baru bisa terbang ke alam mimpi. Semalaman ia terus memikirkan sosok wanita yang berdebat dengannya kemarin siang. Padahal, sebelumnya ia tak pernah sedikitpun memikirkan wanita. Namun sekarang berbeda, wanita itu telah merobohkan benteng yang selama ini ia bangun bertahun-tahun hanya dalam sekejap.

Jika diingat kembali, banyak wanita yang mengejarnya. Akan tetapi, tak satu pun dari mereka yang mampu menaklukannya. Dibalik sifat tengilnya, ia mempunyai paras yang lumayan tampan sehingga tidak sedikit dari kaum hawa yang mencoba menarik simpati padanya. Namun, rasa trauma yang masih membekas membuat Saka enggan menjalin sebuah hubungan. Jangankan menjalin hubungan, berdekatan dengan makhluk yang satu itu saja sangat dijauhinya. Entah sampai kapan ia harus menjadi seperti itu?

Samar-samar terdengar suara orang yang sedang bercengkerama di balik pintu kamarnya. Tidak terlalu jelas namun ia bisa memastikan jika pemilik suara itu adalah Pak Hamid dan seorang wanita. Mungkin hanya seorang pengunjung yang baru datang. Ia tak begitu mempedulikannya. Dilanjutkan tidurnya dengan menarik kain tebal miliknya sampai menutupi seluruh tubuh. Sepertinya hari ini ia takkan pergi ke mana-mana. Ia harus menuntaskan rasa kantuk yang mendominasi tubuhnya dengan berbaring di tempat tidur selama mungkin.

Waktu menunjukkan pukul sebelas siang saat Saka melirik benda berbentuk lingkaran di dinding dengan ekor matanya. Sekilas ia melirik ke arah jendela, sepertinya matahari sudah menyongsong sangat tinggi. Dibuka daun jendela lebar-lebar membiarkan udara masuk dengan bebas ke dalam kamarnya. Aroma basah sisa hujan semalam masih tercium oleh inderanya.

Ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedikit guyuran air mungkin akan membuatnya sedikit segar. Tiap tetes air yang mengenai tubuhnya seakan dapat mengembalikan staminanya. Ia terlalu lelah memikirkan wanita yang belum ia ketahui namanya sekali pun. Mata sendunya, hidungnya, bibirnya masih terekam jelas dalam ingatan. Sekilas namun mampu membekas dihatinya. Tanpa disadari ujung bibirnya melengkung ke atas mengingat sosok itu.

Apa ia sudah gila, dalam keadaan mandi pun masih saja ia membayangkan wanita itu. Sungguh tidak kenal tempat pikirnya. Padahal ia juga tidak tahu apakah dirinya bisa bertemu lagi dengan wanita itu atau tidak. Digelengkan kepalanya cepat mengusir bayangan yang terus berputar dalam otaknya. Bisa-bisa ia gila jika terus memikirkannya. Diselesaikan ritual mandi secepat kilat dan keluar dari bilik sempit itu.

Dilemparkan handuk ke sembarang arah di tempat tidur. Diarahkan langkahnya menuju cermin di dekat tempat tidur. Dipandangi paras tubuhnya, hanya memakai setelan santai khas anak muda jaman sekarang. Baju lengan pendek serta celana selutut bermotif army.

Saat ia menatap bayangan wajahnya, kenapa yang muncul wajah sendu wanita itu? Semakin lama wajah itu semakin jelas dan mendekat. Dikerjapkan matanya beberapa kali. Ia benar- benar sudah gila, wanita itu telah membuatnya menjadi tidak waras. Kenapa bayangan wanita itu selalu muncul di mana pun? Mungkin otaknya sedikit rusak.

Tangannya mulai meraba kulit perutnya yang ditutupi baju. Sepertinya cacing penghuni perutnya butuh asupan gizi. Mungkin jika ia kenyang, otaknya akan berhenti memikirkan wanita yang tidak tahu siapa namanya. Semoga saja Pak Hamid menyimpan sedikit makanan untuknya.

Dengan cepat ia bergegas ke dapur mencari sesuatu yang bisa disantap. Terdengar keributan kecil dari arah dapur saat ia keluar dari kamar. Rupanya Pak Hamid sedang di dapur. Kebetulan sekali, ia tak perlu repot-repot mencari Pak Hamid untuk menyiapkan makanan untuknya.

"Kau!"

Sesampainya di pintu dapur, Saka merasakan jantungnya telah lepas dari ikatan. Bagaimana tidak, ia melihat wanita yang terus berjalan-jalan di kepalanya. Kenapa di semua tempat wanita itu terus muncul? Tidak dalam mimpi, di kamar mandi, dalam cermin dan sekarang di dapur. Semua dipenuhi wanita itu.

HUJAN KEMARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang