Rencana yang Tertunda

1 0 0
                                    

"Selamat sore, Nyonya Cantik!" Terdengar suara yang mengejutkan penghuni dapur. Dua pasang mata menoleh secara bersamaan ke arah pintu dapur. Menghentikan kegiatan mereka hanya untuk mencari tahu siapa yang telah mengejutkan mereka.

"Mentari," cetus seorang paruh baya yang tak lain adalah Bu Erryna. "Kau berhasil membuatku terkejut," tambahnya dengan menyunggingkan senyum.

"Maafkan, aku. Aku tidak bermaksud melakukannya." Mentari berjalan menghampiri Bu Erryna yang kemudian disambut pelukan hangat darinya. Sepersekian detik mereka saling menyalurkan kehangatan dan kerinduan.

"Bagaimana kabarmu, Sayang?" tanya Bu Erryna setelah melepas pelukannya.

"Seperti yang Ibu lihat, aku sangat baik."

"Berita yang selalu ingin Ibu dengar darimu," ungkap Bu Erryna yang masih memegang kedua lengan Mentari seolah tak memperbolehkan wanita itu untuk lepas dari jangkauannya. "Bagaimana pekerjaanmu, kau suka, kau menikmatinya?"

"Tentu. Aku sangat menikmatinya. Ini semua berkat Ibu." Mentari tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya dengan selalu tersenyum.

"Syukurlah. Ibu senang mendengarnya." Bu Erryna kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena kedatangan Mentari. Memberikan sayuran pada asisten rumah tangga yang sudah melanjutkan pekerjaannya terlebih dulu untuk mencucinya di wastafel.

"Biar kubantu," tawar Mentari mengambil alih keranjang sayur dan mulai membersihkannya.

"Tidak perlu. Kau duduk saja dan biarkan Ibu menyelesaikan semuanya," tolaknya menghentikan pergerakan Mentari memilih sayuran. Namun Mentari bersikeras ingin membantu menyiapkan makan malam mereka nanti. Akhirnya Bu Erryna menyerah dan membiarkan wanita di hadapannya melakukan apa yang ia mau.

"Kudengar, kau sedang ada project. Ada kesulitan?" tanya Ibunya Saka sembari menyiapkan bumbu yang akan ia gunakan nanti. Jangan tanya lagi dari mana Ibu bisa tahu kalau bukan dari Saka.

"Sejauh ini tidak ada. Hanya saja sedikit menyita waktu karena ini adalah klien pertamaku dan aku harus memberikan yang terbaik untuk itu."

"Ibu yakin kau bisa menyelesaikannya dengan baik," tutur Bu Erryna memberi semangat. "Dan terimakasih telah meluangkan waktu untuk makan malam di sini bahkan datang lebih awal."

Mentari hanya mengangguk dan tersenyum. Ia melirik asisten rumah tangga yang terlihat mengambil daging ayam dari freezer sebelum mengungkapkan rasa penasarannya pada Bu Erryna.

"Ibu selalu melakukannya sendiri?"

"Apa?" kata Bu Erryna balik bertanya karena tidak mengerti arah pembicaraan Mentari.

"Menyiapkan semua ini," jelas Mentari hati-hati.

"Ya. Terutama untuk anak-anak," jawabnya. "Ibu ingin mereka menikmati makanan yang kubuat dengan tanganku sendiri." Ia kembali mengaduk sayur berkuah yang mulai mengeluarkan aroma sedapnya.

Mentari berdiri dan mendekati Bu Erryna sambil menyesap aroma yang sangat menggoda lidah dengan hidungnya.

"Dari aromanya aku yakin rasanya pasti sangat lezat. Aku tidak sabar ingin mencicipi masakan Ibu yang sangat Saka sukai."

"Kau tahu ini makanan kesukaannya?" Bu Erryna nampak terkejut Mentari mengetahuinya.

"Ya. Dia yang mengatakannya saat aku membuat sup ayam makaroni ketika liburan di desa. Dan katanya buatanku tidak senikmat buatan Ibu."

"Benarkah?"

Mentari mengangguk pelan diikuti senyuman yang mengembang dari wajah Bu Erryna.

"Sedang membicarakanku, ya?"

HUJAN KEMARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang