KENAPA BUKAN KAMU?

524 84 13
                                    

Lesti membanting tubuhnya diatas kasur, menatap lekat langit-langit kamar asramanya. Bulir airmata perlahan meleleh membanjiri pipinya. Hatinya sangat sesak hingga nafasnya tersengal dan berat. Di kepalanya terus terngiang sebuah kalimat permintaan yang begitu mengejutkannya.

"Kenapa kak, kenapa untuk adikmu? Kenapa harus adikmu dan bukan kamu saja, kenapa??"

Lesti sungguh tidak menyangka jika hatinya harus secepat ini terpatahkan. Dia terbang sangat tinggi ketika mendengar pemuda yang diam-diam dido'akan dalam sepertiga malamnya berniat untuk mengkhitbahnya. Namun seketika dia langsung terjatuh ketika tahu jika niat itu bukan untuk dirinya tapi adiknya.

"Ya Allah, apa Lesti belum cukup pantas untuk menjadi ibu sambung Raihan hingga kak Fildan malah menjodohkanku untuk adiknya?"ratap Lesti.

Tangan Lesti terjulur untuk meraih ponselnya yang dia charge diatas nakas. Jemarinya mengetikkan sebuah nama di kontak lalu menghubungi nomor tersebut untuk mencurahkan kesedihannya.

"Assalamu'alaikum... Ranii.."salam Lesti dengan suara yang sumbang serak.

"Wa'alaikumsalam.. kamu kenapa Les, kenapa suaramu serak begitu?"tanya Rani diujung sambungan.

"Ran.. aku sakit, sakiiitt.. banget.."

"Astagfirullah.. kamu kenapa sih Les, sakit kenapa? Perasaan tadi pagi nggak papa pas berangkat, tadi telpon pas kamu sampek juga masih seger suaranya... Kenapa sekarang gini?"tanya Rani panik.

"A-aku.. aku.."

Tangan Lesti terkulai lemas dan perlahan matanya terpejam. Panggilan Rani diujung sambungan masih terdengar karena Lesti tak juga menjawab tanpa dia tahu jika ternyata sahabatnya tekah jatuh pingsan.

***

Rani bingung karena Lesti tak juga menjawab panggilannya walau mereka masih tersambung. Dia pun bertambah panik dan mematikan sambungannya lalu menghubungi orang tua sahabatnya. Dengan kalimat yang diatur sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kepanikan, Rani berhasil mendapatkan nomer orang yang mungkin bisa membantunya.

"Selfi.. ayo angkat.."gumam Rani.

"Assalamu'alaikum.."salam suara merdu diujung sambunga.

"Wa'alaikumsalam.. benar ini dengan Selfi?"tanya Rani.

"Iya, ini siapa ya.. ada perlu apa?"

"Ini Rani, saudaranya Lesti.."

"Oh Ranii.. iya ada apa Ran?"tanya Selfi.

"Kamu lagi sama Lesti nggak, dia tadi telpon aku tapi terus mati.."jawab Rani.

"Waduh, aku belum balik ke pondok Ran.. memangnya dia udah balik?"

Rani menjelaskan secara singkat alasannya menelpon Selfi dan terdengar sekali jika gadis diujung sambungannya itu juga ikut oanik dan khawatir.

"Aku nggak tau kenapa dia bilang sakit tapi ini nggak biasany Sel, kamu bisa hubungin siapa gitu buat mastiin keadaannya.."pinta Rani.

"Haduh, kok aku jadi kepikiran juga ya.. yaudah aku coba telpon anak-anak dulu buat cek si Lesti nanti aku kabarin kamu.. semoga dia baik-baik saja ya.."sahut Selfi.

"Amiinn, makasih ya Sel.. maaf jadi bikin kamu panik juga.."ucap Rani.

"Nggak papa, Lesti juga udah kayak saudaraku sendiri.. sekarang kamu tenangin diri dulu ta, jangan terlalu panik dan terus berdoa.."

Ana Uhibbuka, Ustadz! (FIN✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang