RINDU ADZAN ITU

724 100 18
                                    

Kedatangannya yang bukan disaat ajaran baru membuat Lesti tidak bisa langsung memulai kelasnya. Atas arahan umi Salamah, untuk sementara waktu hingga dibukanya tahun ajaran baru nantinya, Lesti akan belajar sembari membantu para ustadzah di madrasah Ibtidaiyah. Kebetulan seorang pengajar yang biasa memegang ekstrakulikuler seni dan budaya sedang ambil cuti hamil. Lesti yang merupakan lulusan ilmu komunikasi dan pernah bekerja sebagai public relations diharapkan mampu mengisi materi walau mungkin melenceng dari jurusannya.

Lesti tidak keberatan apalagi dia sangat menyukai anak-anak. Dengan bekal niat dan bismillah, Lesti menerima amanah umi Salamah. Dia bertekad akan memberikan ilmu yang dia ketahui walau tidak seberapa. Lesti berani menerima amanah tersebut karena sejak kecil dia juga sangat menyukai kesenian, beberapa kebudayaan daerah khususnya di pulau jawa hampir dia kuasai mulai dari tari, musik dan sebagainya.

"Wah aku nggak nyangka kalo kamu mahir seni budaya.."ucap Selfi.

"Kedua orang tuaku mewariskan darah seninya kepadaku, sejak kecil mereka selalu memintaku untuk mempelajari kesenian dan kebudayaan karena kata mereka kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan budaya Indonesia.."sahut Lesti.

Jawaban panjang Lesti membuat Selfi terkagum-kagum dibuatnya.

"Suara tilawahmu juga sangat bagus tadi.."puji Selfi.

"Ah tidak, masih lebih bagus kamu.. aku kan masih belajar.."elak Lesti.

Kedua sahabat baru itu sedang beristirahat di kantin gedung MI. Lesti baru saja menemani Selfi mengajar kelas 1 MI. Dia sangat senang bertemu dengan anak-anak kecil yang lucu dan menggemaskan. Kadang terlintas dipikiran Lesti kenapa anak usia sekolah dasar seperti itu sudah dipondokkan. Untuk menghilangkan keresahannya, diapun pernah menanyakan hak tersebut kepada umi Salamah.

"Terkadang ada orang tua yang merasa tidak mampu untuk menjadi madrasah pertama karena satu atau banyak hal, bekerja salah satunya.. mereka ingin anaknya terbekali ilmu agama dan dunianya namun tidak memiliki waktu untuk mengawasi buah hatinya tumbuh dan berkembang, nah pondok pesantrenlah alternatif mereka.. saat dulu abi meminta ijin untuk membuka asrama ibtidaiyah, umi sempat menolak.. menurut umi itu terlalu riskan bagi jiwa anak-anak yang harusnya masih mendapatkan kasih sayang penuh kedua orang tuanya.. abi dan umi memutar otak untuk mencari solusi permasalahan tersebut dan barulah kami satu pemikiran untuk mengasramakan siswa kelas 4 sampai 6,.. usia akhil baligh seperti itu sudah harus belajar mandiri memang tapi abi dan umi tidak memaksa jika ada siswa yang tidak mau tinggal di asrama.."

"Lalu sejauh ini apa ada yang tidak mau umi?"tanya Lesti.

"Alhamdulillah semuanya mau, pendidikan yang ditanamkan sejak kelas 1 tentang kemandirian membuat mereka antusias untuk mondok.."

"Lesti.. woi Lesti..."

"Astagfirullahal adzim.."

Lesti tergeragap kaget saat Selfi mengguncang bahunya pelan. Dia mengusap wajahnya dan berulang kali melafalkan istigfar dihatinya.

"Kamu ngelamun apa sih Les sampai kayak gitu?"tanya Selfi.

"Bukan apa-apa kok, tadi cuma keinget orang tua.. kayaknya udah mulai kangen nih sebulan nggak ketemu.."jawab Selfi.

"Ya telpon dong, kan ada ponsel.."ucap Selfi.

"Nggak ah ntar malah nambah kangennya, biar dipendam dulu aja sampek bisa ketemu.."tolak Lesti.

Selfi hanya mengangkat bahunya singkat lalu kembali fokus pada tumpukan kertas dihadapannya. Lesti hanya mengawasi kegiatan Selfi sembari meminum es campur pesanannya. Tiba-tiba ada sehuah rindu lain yang melintas dibenaknya.

Ana Uhibbuka, Ustadz! (FIN✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang