TEMAN SEKAMAR

913 107 18
                                    

Lesti akan menjadi santri di Madrasah Diniyah Ar-Roudloh, untuk itu dia akan mendapatkan kamar asrama juga teman sekamar. Kedua orang tua dan sahabatnya tidak bisa menginap jadi setelah sholat isya berjamaah mereka melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta. Lesti memeluk erat kedua orang tuanya. Meski sudah sering tidak bertemu muka namun perpisahan sementara kali ini begitu berat Lesti jalani. Memikirkan akan berada jauh dari orang-orang tercintanya membuat Lesti kembali gamang.

"Jalani dengan bismillah nak, insyaallah kamu akan bisa melewati semua prosesnya dengan baik.."ucap ny. Wicaksana pada putri kesayangannya.

"Lesti akan sangat merindukan ibu, ayah dan ibu jaga kesehatan ya disana.. kalau ada apa-apa kabarin Lesti ya.."

"Iya, kamu juga baik-baik disini, jaga tingkah perilaku.. turuti semua peraturan dan tutur pakdhe sama budhemu ini.."pesan tn. Wicaksana.

"Iya ayah, Lesti akan membuat bangga ibu dan ayah.."

Setelahnya Lesti beralih pada sahabat setianya.

"Titip ayah dan ibu ya Ran.. sering-sering tengokin mereka.."ucap Lesti.

"Siap, lo juga yang rajin belajarnya disini.. doain kita bertiga sehat-sehat di Jakarta.."sahut Rani.

"Pasti.."

Setelah acara perpisahan usai, Kyai Iman dan umi Salamah mengajak Lesti kembali ke rumah untuk menunggu seorang santriwati yang akan menjadi teman sekamar Lesti. Kedatangan Lesti yang bukan dibulan pendaftaraan santri baru memang cukup membuat repot untuk mencarikan kamar asrama hingga pada akhirnya umi Salamah mengusulkan untuk menempatkan Lesti bersama salah satu staf pengajar yang kebetulan tinggal di pesantren.

"Lesti suka disini?"tanya umi Salamah.

Keduanya sudah berada di ruang tamu untuk menunggu kedatangan teman sekamar Lesti.

"Alhamdulillah suka umi.. tempatnya nyaman, apalagi ada dedek bayi.. Lesti tuh dari dulu pengen punya dedek tai umi tapi ayah sama ibu nggak ngasih-ngasih sampek Lesti udah gede .."

Umi Salamah tersenyum geli melihat tingkah ekspresif Lesti yang bercerita tentang kekesalannya karena tidak juga diberi adik oleh ayah dan ibunya.

"Kan nanti kalo menikah bisa punya adik sendiri.."ucap umi Salamah yang sukses membuat pipi Lesti merona.

"Masih kecil umi,.."elak Lesti.

Lesti tak berani menatap wajah umi Salamah dan terus menyibukkan diri bermain dengan Raihan.

"Memang usiamu berapa?"

"Dua satu umi.."

"Kalo sudah ada calonnya, umur segitu udah cukup kok buat menikah.. dulu aja umi nikah sama abi pas umi baru ulang tahun ke sembilan belas.."ucap umi Salamah bercerita.

"Oh iya umi? Wah, masih muda sekali, pasti karena dijodohin.."terka Lesti yang membuat umi Salamah sedikit kaget.

"Kenapa mikir dijodohin?"tanya umi Salamah penasaran dengan pola pikir Lesti.

"Nggak papa sih, cuma dari film dan novel yang pernah lesti baca, kalo nikah muda tuh pasti karena dijodohin.."jawab Lesti yang mengundang tawa umi Salamah.

"Dasar anak muda jaman sekarang, terlalu dibawa serius apa yang mereka lihat dan baca tanpa dipilah-pilah.."

Lesti menatap bingung umi Salamah yang masih tertawa hingga dia tertegun untuk sesaat ketika tangat lentik umi Salamah mengusap kepalanya.

"Menikah muda bukan melulu karena perjodohan sayang tapi bisa saja Allah sudah membukakan jalan untuk kita bisa menghindari dosa yang kata orang paling indah didunia ini.."

Ana Uhibbuka, Ustadz! (FIN✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang