MEMULAI HIJRAH

775 92 15
                                    

Lesti menatap lemari bajunya yang terbuka lebar. Dia bingung harus membawa baju apa untuk dipakai di pesantren karena dia belum punya banyak baju muslim. Dia hanya punya tiga stel gamis syar'i yang dibelinya dadakan pasca keputusannya berhijrah. Rani yang membantunya berkemas juga ikut pusing sendiri melihat sahabatnya kebingungan.

"Bawa baju potongan aja deh Les, kan disana lo pasti banyak kegiatan, kalo pake gamis gini ntar riweuh.. gamisnya buat kegiatan tertentu aja, nah kalo sehari-hari bisa pake rok sama tunik gitu biar simple.."usul Rani.

Lesti memutar tubuhnya dan menatap Rani bahagia.

"Aaahh, kamu emang sahabat terdebest, usul yang masuk akal..."ucap Lesti.

Lesti mulai mencari keberadaan rok dan baju lengan panjang tapi bukan kaos miliknya. Setelah mendapat beberapa stel baju yang pantas dibawa, Lesti mulai mengemasnya ke dalam koper. Rani tersenyum senang melihat sahabatnya begitu ringan memulai perjalanan hijrahnya.

Setelah semua kegiatan beres-beres usai, Lesti merebahkan tubuhnya diatas kasur begitupun dengan Rani. Esok pagi-pagi sekali mereka akan berangkat ke Jogja. Naik pesawat lalu dilanjutkan dengan mengendari mobil menuju sebuah desa dimana Lesti akan nyantri.

"Gimana perasaan lo Les?"tanya Rani.

"Nggak pernah semenyenangkan ini, dulu aku pikir putus dari Rizky adalah hal paling menyeramkan karena hanya dia yang bisa ngertiin aku tapi yang aku rasain sekarang nggak gitu.. perasaanku lebih lega dan ringan, awalnya memang sakit karena harus berpisah setelah lama bersama tapi aku udah ikhlas, mungkin memang bukan jodoh.."jawab Lesti.

Rani tersenyum bahagia mendengar jawaban Lesti yang sangat dewasa. Dia juga senang karena sahabatnya itu bisa terlepas dari laki-laki yang tidak baik.

"Akhirnya gue nggak perlu bohongi lo lagi soal Rizky, dia emang bukan cowok yang baik buat lo.. makasih ya Allah udah bantuan Rani.."batin Rani.

"Dan mungkin jodoh lo ada di pesantren.."ucap Rani menggoda.

Pipi Lesti seketika merona, entah kenapa tapi dia merasa malu saat Rani menggodanya. Memang sempat terlintas dipikirannya akan hal tersebut tapi dia berusaha menepisnya. Dia ke pesantren bukan untuk cari jodoh tapi belajar dan membahagiakan orang tuanya.

"Apaan sih Ran, aku tuh mau cari ilmu bukan cari jodoh.."jawab Lesti.

"Cari jodoh? Kek judul lagu.."sahut Rani.

"Raniiii...."gemas Lesti.

Rani tertawa renyah melihat sahabatnya yang mati gaya, dia bisa melihat pipi sahabatnya sudah memerah layaknya tomat. Ah, betapa lega hati Rani melihat sahabatnya yang baru.

"Tapi ya Les, kan kita nggak tau jodoh kita itu ada dimana, siapa tau ajakan tiba-tiba lo kepincut sama ustadz atau anaknya pak kyai-nya mungkin.."ucap Rani kekeuh.

"Udah ah, kenapa jadi malah bahas ginian.. tidur gih, besok bangun pagi loh.."sahut Lesti mengalihkan topik.

Rani pun mengalah karena dia juga merasa sangat lelah hari itu. Lesti masih belum bisa memejamkan matanya, dia begitu gelisah membayangkan apa yang akan terjadi esok hari.

"Ya Allah, kenapa hati hamba gelisah begini.. teguhkan hati hamba untuk istiqomah mencari ilmu dijalanMu.. permudah dan lindungilah setiap langkah hamba ya Allah.."batin Lesti.

Karena gelisah tak kunjung hilang, Lesti bangkit dan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelahnya Lesti membuka aplikasi Al-quran diponselnya dan mulai membaca salah satu surah agar hatinya diberi ketenangan. Lesti memelankan suaranya agar tidak membuat sahabatnya terbangun.

"Ya Allah, esok adalah langkah awal hamba memulai hijrah, bismillah hamba bisa istiqomah.. terima kasih karena Engkau masih menyayangi hamba dan menyadarkan hamba dari segala yang sudah hamba lupakan.."

Ana Uhibbuka, Ustadz! (FIN✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang