Selamat membaca💛
.
.
.Wina berjalan seusai ia dari toilet untuk menumpahkan bebannya yang mungkin bisa sedikit terangkat. Ia berdiri di depan pintu kelasnya. Wina tidak tuli untuk mendengar gelak tawa teman-teman di kelasnya yang sedang menertawakan dirinya.
"Bego banget si Wina. Gue bohongin percaya aja." Ujar salah satu siswi."Hahaha, pinter lu. Begoin aja tuh anak. Biar tau rasa." Lanjut siswa yang lain.
"HAHAHA..." Tak sedikit suara tawa yang terdengar. Mampu menyakiti hati Wina.
Wina memandang kosong pintu di depannya.
"Bodoh, kenapa gue dengan begonya kembali ke kelas." Wina memukul pelan kepalanya, "dah lah bodoamat. Ketawa aja kalian."
Wina memantapkan niatnya untuk tetap masuk ke dalam kelas. Gadis itu membuka pintu dengan pelan. Dan melangkah menuju bangku paling belakang yang terletak di samping jendela.
"Weh liat siapa yang dateng." Celetuk salah seorang siswa, "kasih sambutan dong."
Suara tepuk tangan mulai menggema. Tapi Wina hanya diam. Ia menulikan telinganya.
Tak berselang lama bu Dian memasuki kelas. Siswa yang lain yang awalnya duduk di atas meja segera turun dan kembali ke kursi masing-masing.
.
.
.Bel baru saja berbunyi, menandakan waktunya untuk pulang. Wina masih berkutat dengan catatannya. Sedangkan teman-temannya yang lain berbondong-bondong untuk pulang.
Beberapa menit kemudian catatan Wina telah selesai. Dan sekarang gadis itu sedang sibuk memasukkan buku serta alat tulisnya yang lain ke dalam tas.
Sebelum benar-benar melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Wina dikejutkan dengan berdirinya Vino yang sedang bersandar dipintu kelas Wina.
"Lo pulang sama gue." Vino berucap dengan datar mengajak atau lebih tepatnya memerintahkan Wina untuk pulang bersamanya.
"Nggak, gue bisa pulang sendiri!" Wina melanjutkan langkahnya, meninggalkan Vino yang kini mengikuti langkah Wina.
"Lo nggak boleh nolak." Kini tangan Vino menggenggam lengan Wina dengan erat dan menarik paksa Wina agar mengikuti langkahnya menuju mobil yang berada di parkiran.
Wina memberontak agar cekalan tangan Vino lepas dari lengannya. Namun usahanya berakhir dengan sia-sia. Vino tentu memiliki kekuatan lebih besar dari Wina yang bertubuh mungil.
Jadi Wina memilik pasrah daripada lengannya sakit dan meninggalkan bekas berwarna kemerahan.
Sesampainya di parkiran, Vino membuka pintu penumpang dan menyuruh Wina masuk, lalu menutup pintu mobil. Lalu Vino bergegas duduk di bangku pengemudi.
Selama perjalanan berlangsung Vino dan Wina tak berbicara sedikit pun. Wina tentu saja merasa santai, karena gadis itu memang menyukai keheningan. Cowok di sebelahnya pun tak berbeda jauh.
Selama beberapa menit perjalanan, tiba-tiba Vino menghentikan mobilnya di depan sebuah cafe.
"Tunggu bentar, gua ada urusan." Ujar Vino bersamaan dengan mesin mobil yang dimatikan.
"Iya." Balas Wina singkat.
Idih, kalo mau mampir ngapain ngajakin gue bareng coba. Kan gue jadi lambat sampe rumah. Wina hanya bisa menyuarakan kekesalannya di dalam hati.
Sedangkan Vino sudah berada di dalam cafe menuju meja yang sudah di penuhi oleh teman-teman cowok itu.
"Eits, ada abang Vino dateng." Sambut cowok yang memakai jaket denim. Yang bernama Ringga.
Semua orang yg berada di meja itu melakukan tos dengan Vino, kecuali satu orang. Cowok itu malah asik memainkan ponselnya, berpura-pura tidak mengetahui jika Vino ada di sana.
"Gimana-gimana? Udah jalan gak rencana lo?" Tanya cowok yang memakai tindik di telinga kirinya. Namanya Ferdian.
"Gak usah kepo, nanti kalo udah resmi baru gue kasih tau." Vino berucap datar.
"Ah, gak asik lo. Main rahasia-rahasiaan ma kita-kita." Protes cowok yang memakai kacamata. Cowok itu bernama Yuno.
"Eh, kalo lo gimana?" Ferdian menyenggol lengan cowok yang masih sibuk memainkan ponsel. Cowok itu melirik teman-temannya, dan menghentikan tatapannya yang berubah dingin itu ke arah Vino.
"Masih proses, bentar lagi tuh cewek klepek-klepek sama gue." Ujar cowok itu sombong sambil menyeringai. Tatapannya tak beralih dari Vino.
"Wah songong juga lo Ja." Yuno terkekeh geli diikuti oleh Ringga di sebelahnya.
Cowok yang dipanggil Ja itu, hanya mendengus dan berdiri dari duduknya.
"Ya udah, gue duluan." Cowok itu bergegas keluar dari cafe menuju motornya yang terparkir persis di samping mobil Vino.
Bersamaan dengan itu Wina keluar dari mobil karena merasa bosan.
Sebelum si 'Ja' itu menaiki motornya, dia sempat terkejut melihat Wina yang keluar dari mobil Vino. Seringaian tercipta dari bibir cowok itu.
"Oke, saatnya menjalankan rencana, Senja."
.
.
.To be continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
WINASTYA
Novela Juvenil(PhotofromPinterest) . . . Wina atau lebih tepatnya Jingga Winastya. Gadis yang tak dianggap dikeluarganya. Sosok gadis tangguh dengan segala macam rahasia yang dia simpan. Teman setia Wina hanya novel digenggamannya. Tempat favoritnya hanya bangku...