WINASTYA 🍂4

53 15 15
                                    

Selamat Membaca💛

.
.
.

Tepat pukul enam sore Wina membuka mata. Ia merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal.

Gadis itu beranjak dari kasurnya dan keluar dari kamar. Rumahnya masih tampak sepi. Kedua orangtuanya pasti akan pulang disaat jam menunjukkan pukul delapa malam.

Perut Wina terasa pedih, karena belum makan dari pagi hingga sore tadi. Wina memang tidak menjaga pola makan, semenjak kejadian itu. Dan kedua orangtuanya pun seakan tak memedulikan. Menganggap jika Wina tak pernah ada di dunia.

Wina tak ingin terlarut-larut dalam ingatan yang menyakitkan, maka dari itu Wina pergi ke dapur dan membuat mi instan. Karena Wina tak mendapatkan bahan makanan apapun di dalam kulkas. Isinya kosong. Mungkin kedua orangtuanya tak sempat membeli bahan bulanan lagi.

Setelah beberapa menit mi yang dibuat Wina sudah siap untuk disantap. Gadis itu membawa mangkuk berisi mie dan membawanya ke ruang tamu.

Duduk di atas sofa dengan TV menyala. Wina mulai menyantap mie buatannya itu dengan nikmat. Sesekali meminum air putih digelas yang dia ambil saat selesai menaruh mangkuk di atas meja ruang tamu.

Tak berapa lama mi sudah habis ia santap. Dan Wina membawa mangkuk serta gelas ke dapur untuk ia cuci. Setelah mencuci mangkuk serta gelas, Wina kembali ke kamar.

Wina duduk di kursi meja belajar dan membuka buku untuk mengerjakan PR yang tadi diberikan oleh guru mapel Bahasa Indonesia. Sekitar satu jam Wina menyelesaikan PR Bahasa Indonesia dan beranjak ke ranjang. Wina mengambil ponsel yang berada di atas nakas samping ranjang dan memyalakannya.

Wina yang niatnya ingin membuka aplikasi Instagram seketika tak jadi melakukannya. Karena terintrupsi oleh notifikasi yang berasal dari aplikasi Whatsapp.

"Aduh, apaan sih," Wina mengomel sendiri, "ganggu aja, orang mau cari cogan juga."

Wina membuka aplikasi Whatsapp dan mendapati ada nomor baru yang mengiriminya pesan.

+628778694xxxx
Simpen nomor gue!
20.15
By cogan
20.16

"Apaan sih gak jelas. Siapa pula ini cogan?" Wina kembali membuka aplikasi Instagram untuk cuci mata. Apalagi jika bukan mencari cogan.

Namun lagi-lagi ponselnya berbunyi dan menampilkan notifikasi dari nomor baru. Ada yang mengiriminya chat lagi. Namun bukan dari nomor yang tadi.

"Ya ampun, mau nyari cogan ada aja halangannya!"

Mau tak mau Wina kembali mengambil ponselnya dan membuka aplikasi Whatsapp. Ada chat masuk lagi, namun bukan dari nomor sebelumnya.

+628458760xxxx
Simpen nomor gue. Wajib!
20.20
Good night!
20.21

Namun, tak ada nama pengirimnya. Wina lagi-lagi mengabaikan chat itu dan menonaktifkan ponselnya. Lebih baik tidur daripada diteror tidak jelas. Gak jadi deh nyari cogannya. Dan Wina mulai kesal hingga tertidur dengan alis yang mengernyit.

Sedangkan di tempat lain, pengirim chat 'si cogan' sedang menggerutu di atas sofa menunggu chatnya dibalas.

"Kok dibaca doang. Kagak di balas nih?" Gerutu cowok itu, "gini amat."

Di tempat yang berbeda, cowok kedua yang mengirimi Wina chat, sedang menyeringai. Satu langkah sudah ia lewati. Tinggal beberapa langkah lagi agar rencananya berhasil.

Cowok itu menyangga badannya di tepi balkon. Menghiraukan angin yang mulai berhembus kencang. Dirinya tak sabar hingga benar-benar menaklukkan Wina.

.
.
.

Wina terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk yang menghantuinya selama beberapa tahun belakangan.

Sekarang pukul setengah enam pagi, dan Wina beranjak dari kasurnya. Berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci wajah.

Wina berdiri di depan wastafel dan menatap wajahnya melalui cermin yang terpasang di depannya.

Bulir-bulir air mengalir disetiap sisi wajah gadis itu. Wina menutup mata. Mencoba menghilangkan bayang-bayang wajah sang adik yang menangis meminta bantuan.

Tiba-tiba gadis itu menangis tanpa suara. Hatinya kembali sesak mengingat kejadian itu.

Wajah adiknya yang meminta pertolongan dan dibanjiri oleh air mata. Sungguh kenangan yang menyesakkan sekaligus menyakitkan.

Wina berjongkok di tempatnya sambil menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangan. Mencoba meredam isak tangis yang mulai tak terkendali.

Cukup lama Wina dalam posisinya, hingga ia tersadar. Ia mencoba menghapus sisa-sisa air mata yang masih sesekali keluar. Ia tak boleh terlalu larut dalam kesedihan. Ia harus kuat.

Wina keluar dari kamar mandi dan melihat jam yang berada di atas meja nakas kini menunjukkan pukul enam lewat lima menit.

Hari ini hari Kamis, jadwal Wina untuk piket kelas. Jadi gadis itu bergegas untuk mandi dan memakai seragam sekolah.

Wina perlahan menuruni tangga dan melihat keadaan sekitar. Kedua orangtuanya pasti sudah pergi untuk ke kantor.

Tak pernah sekalipun Wina bertemu sapa dengan kedua orangtuanya. Semenjak kejadian naas itu menimpa keluarga Wina.

Wina menghela napasnya pelan. Menguatkan dirinya jika ia harus melewati keadaan ini.

Bergegas untuk keluar rumah dan tak lupa untuk mengunci pintu utama. Wina mengeluarkan ponselnya untuk memesan gojek. Setelah memesan, Wina duduk di teras rumahnya untuk menunggu.

Tak berselang lama gojek yang ditunggu Wina akhirnya sampai. Dan bersamaan dengan itu muncul dua mobil berbeda warna di belakang gojek pesanan Wina.

Secara bersamaan kedua pintu mobil itu terbuka dan menampilkan kedua sosok cowok yang kemarin mengganggu Wina.

Wina menatap pemandangan itu dengan datar.

"Mungkin mulai hari ini dan seterusnya hidup gue bakal berubah." Gumam Wina pasrah.

.
.
.

To be continue...

WINASTYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang