make excuses for what isn't right
..Laki-laki putih mulus yang membuatku minder jika teringat kulitku yang kadang malas kurawat, kini memunjuk perusahaan besar dibelakang kami.
Aku mengikuti jari telunjuknya yang kini menunjukkan.
Aku mengangguk pelan. Tentu saja dia kan sempat membaca kartu identitas wawancaraku tadi.
"Padahal ratusan orang berharap untuk bekerja disana." sindirnya sambil menggelengkan kepala.
Sebutlah aku tidak bersyukur, padahal jelas-jelas aku kemungkinan besar di terima karena mereka butuh beberapa sekretaris disana. Apalagi pengalaman kerja sebelumnya menambah nilaiku.
"Saya punya alasan sendiri." sahutku.
Laki-laki itu hanya mengangkat alis. Tapi kenapa aku merasa harus menjelaskan padanya jika tidak ingin dianggap tidak tahu diri.
"Disana, ada seseorang yang bisa membuat saya terluka jika bertemu dengannya."
Lagi, laki-laki itu hanya mengangkat alis, namun kali ini ditambah anggukan seolah mengerti.
"Mantanmu bekerja disana." simpulnya sambil menyesap kopi yang sejak tadi dibawa.
Aku tertawa pelan. "Bukan." kemudian menggelng pelan seolah sadar kebodohanku sepenuhnya. "Orang yang tidak ingin aku lihat lagi itu, ternyata teman dekat pemilik perusahaan ini."
"Hah?"
Laki-laki itu menoleh kaget. Iya aku tahu, alasanku itu terlalu berlebihan. Tapi aku tidak mau berhubungan dengan sumber rasa sakit ini. Paling tidak, sebelum aku sembuh dari luka.
"Ada alasan seperti itu?" tanyanya kaget.
Aku mengangguk pelan, menunjuk diri sendiri. Iya, ada, orang bodoh seperti aku.
…
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS | SH'L (5) [√]
Fanfiction"Terlalu banyak hal yang harus aku pilih untuk di isi nama seseorang." Laki-laki itu menghirup kopi panas pahit itu dengan datar. "Pegawai baru, narasumber, investor, serta buku nikah." . Min Yoongi, laki-laki yang ingin jatuh cinta.