.....

150 26 0
                                    

Trust me, is true
...

"Maaf biasanya saya mendengar alasan seseorang tidak betah bekerja adalah masalah gaji, rekan yang menyebalkan atau bos yang otoriter."

Mungkin karena merasa reaksinya tadi berlebihan pada orang asing. Laki-laki ini berbicara lebih panjang dan sedikit lebih sopan dibandingkan sebelumnya.

Aku mengibaskan tangan, seolah tidak masalah. Toh satu kota yang tahu tragedi menyedihkan ini sudah menganggap aku tidak masuk akal sejak lama.

"Salah satu alasan saya mengundurkan diri dari pekerjaan sebelumnya juga seperti itu, kok."

Laki-laki itu kembali mengangkat alisnya, namun kali ini postur tubuhnya sudah menghadaku, yang jelas-jelas menandakan ingin tahu.

Bodohnya lagi, aku dengan senang hati membocorkan cerita memalukanku pada orang asing ini. Sepertinya laki-laki ini punya kekuatan untuk membuat seseorang mengakui kesalahan yang dibuat. Persis seperti aura seorang Ayah.

"Salah satu rekan kerja saya membuat saya tidak nyaman untuk tetap berada disana."

"Kamu diganggunya?"

Aku menggelengkan kepala. "Dia tidak mengganggu saya. Namun sekarang kehadirannya mengganggu saya. Hanya melihat dia dari jauh atau mendengar namanya saja, hati saya tiba-tiba berduka."

Laki-laki itu menghela nafas, seolah mengerti ceritaku tadi. 

"Saya tidak mengerti."

Eh kok gitu. Gimana, gimana?

"Kenapa kamu bisa mengorbankan hidupmu hanya untuk satu orang saja."

Ujarnya lebih kepada diri sendiri.

Aku tertawa pelan. Lalu mengangguk membenarkan. "Kamu benar, tapi disini." aku menunjuk letak jantungku. "Dan disini." aku menunjuk otakku. "Tidak mudah dikontrol, saat jatuh cinta."

Laki-laki itu terdiam memperhatikanku, aku juga hanya tersenyum pelan. Mata kami bertemu. Aku tidak bisa membaca pandangan mata sipitnya itu. Seolah banyak pertanyaan yang ingin dia sampaikan padaku. 

Tak tahulah, semoga pipiku tidak memerah karena tersipu.

BOSS | SH'L (5) [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang