END

889 77 24
                                    

Sudah 2 hari semenjak Mark membaca surat itu, Arin tidak berhenti menangis. Sudah 2 hari ini pula Arin memikirkan hal yang tidak lazim, contohnya saja menyakiti diri sendiri.

Saat ini Arin duduk di kursi malas nya, yang biasa di gunakan oleh orang - orang di panti jompo.

Arin duduk menghadap ke jendela, sambil menatap kosong ke arah luar, dan berulang kali mengelap air matanya, serta berulang kali juga menarik napas panjang.

Seperti yang sudah pernah di bahas sebelumnya, emosi sering mengendalikan Arin.

Mata Arin benar - benar layu, sudah 2 hari ia menangis tanpa henti. Kemarin, Mark mengunjungi nya, tapi Arin dengan sengaja tidak membuka kan pintu, dan berkata bahwa dirinya baik - baik saja. Meskipun, itu omong kosong.

Arin sudah lelah. Ia tak sanggup lagi, kehilangan memang benar menyakitkan. Tapi, mengikhlaskan jauh lebih menyakitkan. Arin benar - benar merasa bersalah, rasa bersalah dan berdosa itu terus menghantui diri nya.

Arin berdiri dari kursi nya, berjalan tanpa harapan meraih potongan kaca dan selembar surat yang sudah ia tulis sehari yang lalu, yang berada di laci meja yang ada dalam kamar nya yang hampa tanpa rasa itu. Ia mencintai Mark.

Arin tidak ingin lagi menjadi beban.

"Maafin mama Annya, maaf Mark, dan kamu..... Maaf Mina," ucap arin sembari menaruh potongan kaca itu di atas pergelangan tangan nya, tangisannya semakin deras, bahu nya naik turun, dadanya sampai sesak, Arin di kuasai oleh amarh, dan keegoisan. "Semoga kematianku dapat menebus segala dosa ku."

Arin memejamkan matanya.

Dan langsung menggores kan potongan kaca itu dengan cepat dan dalam.








SRETTTT!!








Rasanya perih, Arin tertawa setelah melukai dirinya sendiri. Rasa lega akhirnya menghampiri hati nya, Arin terduduk di dekat tempat tidur nya. Menyandarkan kepala nya di atas tempat tidur, sambil menatap ke arah langit - langit kamarnya.

Rasa di pergelangan tangan nya, kalah dengan rasa dosa yang selama ini ada di hati nya.

Selamat tinggal Mark, Annya, Mina, Dunia. Maaf, Tuhan. Aku mengambil nyawaku sendiri, aku tahu aku tak pantas, tapi mohon jadikan kematianku sebagai penebus dosaku.


~~~

!!LAGU REKOMENDASI : AT THE END - CHUNGHA!! KALO HABIS ULANG ULANG AJA LAGUI NYA

Mark segera berlari menuju kamar tahanan Arin, dimana Mark menerima telefon dari pihak kepolisian dan juga rumah sakit. Mark benar - benar berlari sangat kencang menuju ruangan Arin.

Dengan hati yang berdegub kencang, berlari menuju ruang tahanan ekslusif Arin terasa begitu jauh.

Mark terus berlari, di tengah beralri Mark memikirkan bagaimana seorang Arin yang begitu ceria, begitu memperhatikan diri nya, begitu mencintai diri nya, dan Arin yang selalu ingin terlihat sempurna di mata Mark.

"Maaf Rin, kamu yang kuat ya," batin Mark sambil terus berlari, dan tidak memperdulikan semua orang di sekitarnya yang melihat Mark berlari layaknya orang gila.

Mark merasa sangat bersalah, pasti Arin melukai dirinya sendiri karena Mark.

Perjalanan yang panjang, akhirnya mengantarkan Mark menuju kamar Arin.

Mark akhirnya sampai di ruangan Arin, yang sudah di kerubungi anggota polisi, dan petugas medis. Mark memegang pintu ruangan itu dengan nafas yang tidak teratur, ia melihat ke bawah, sudah banyak darah yang dibersihkan.

[2] here after 2 • mark lee x kang mina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang