10.

1K 106 18
                                    

Lantunan gitar berhasil menenggelamkan seisi ruangan kedalamnya, namun tidak dengan dua insan yang duduk bersebrangan disudut ruangan temaram itu. Semua pasang mata tertuju pada panggung kecil ditengah ruangan, tempat dua orang wanita yang tengah memanjakan telinga siapapun disekitar mereka. Disaat semua orang terlihat terhanyut, hanya Sehun dan So Eun yang kelihatan tidak berada disana. Keduanya tidak menyatu dengan suasana tenang dan lembut, mereka memilih berdiam diri.

So Eun, wanita yang duduk tegap itu tidak bisa berhenti menatap Sehun yang sudah menunduk sejak tadi. Ia tidak mengerti apa yang harus ia katakan pada pria dihadapannya, ia kehilangan kata-kata ketika telinganya sudah mendengar penjelasan ringkas pria itu. "Kau masih bisa duduk santai?" Begitu So Eun berucap hampir seperti bergumam.

Sehun mendongah perlahan, memandangi wajah familiar itu cukup lama. Ingin rasanya ia memberi tahu wanita diberangnya itu bahwa ia sudah menangis sejak tadi, hanya saja tanpa air mata. "Apa kau tahu, betapa bencinya aku pada diriku sendiri karena tidak bisa menangis seperti yang kau harapkan?"

 "Apa kau tahu, betapa bencinya aku pada diriku sendiri karena tidak bisa menangis seperti yang kau harapkan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehun perlahan duduk tegak, melepas diri dari sandaran bangkunya dan memandangi So Eun dengan lembut. "Aku sudah kehabisan mereka, air mataku. Aku tidak bisa memperlihatkan apapun padamu."

"Bajingan, brengsek, hina, kotor, menjijikan." So Eun berucap kasar dengan gigi-gigi mengatup kuat dan rahang mengeras. Air matanya sudah memenuhi pandangannya namun tidak kunjung jatuh melintasi pipinya.

"Aku tahu..." Sehun beranjak dari duduknya kemudian melepas jas miliknya. "Kutunggu dimobil..." Sehun melangkah mendekat kearah So Eun, dibalutnya pundak telanjang wanita itu dengan jasnya sebelum pergi meninggalkan ruangan temaram itu.

Sejam sudah So Eun berdiam diri dibangku itu dengan tatapan kosong sejak kepergian Sehun dari hadapannya. Sejam tidak cukup untuk memahami situasi berantakan yang baru saja menampar wajahnya. Tapi ia tidak bisa berdiam diri disana, semua sudah terjadi dan tidak ada gunanya memandang kembali kebelakang.

So Eun kemudian beranjak, perlahan langkahnya membawanya keluar dari restoran kecil diantah berantah itu. Ketika baru saja So Eun melangkah keluar dari pintu restoran, semilir angin laut segera menghantam tubuhnya. Digenggamnya jas Sehun dengan erat agar tidak lepas dari pundaknya. Dari tempatnya berdiri, dengan jelas ia dapat melihat Sehun bersandar dimobilnya sembari memandang lurus kehamparan laut yang hampir tidak terlihat itu.

Sehun menoleh, ketika menyadari suara langkah diatas batu kerikil terdengar mendekatinya. So Eun menghiraukan pandangan Sehun dan memilih bersandar tepat disamping pria itu. Dihadapan keduanya, laut yang kelihatan hitam itu hanya memancarkan pantulan cahaya bulan dan angin menghantam tubuh mereka cukup kuat.

"Sepertinya kau begitu mencintainya..." Begitulah So Eun memulai pembicaraan dengan tenang, seakan mereka tidak terlibat perdebatan sebelumnya. "...itu pertama kali aku melihatmu menangis."

"Sepertinya kau mencari tahu tentangku diinternet."

"Baru saja." So Eun kemudian menghela nafas pelan. "Sepertinya aku membuka pintu ketempat lain. Aku baru tahu kau bisa menangis."

Right PuppetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang