Aku melangkah hati-hati, kepalaku tertoleh cepat ke kanan dan ke kiri dengan amat waspada. Kupandangi kebawah dari pembatas tangga berulang kali, memastikan Sehun tidak ada disana. Setelah merasa yakin tidak ada suara dari manapum, aku segera berlari cepat menuju pintu keluar sembari memeluk erat gaun yang aku kenakan semalam. "Auuuh! Aku pasti sudah gila! Auuuh memalukan!" Kukenakan sepatu hak tinggiku dengan terburu-buru, jantungku memacu cepat hingga amat sulit bagiku hanya untuk mengenakannya dengan benar.
Tinuninit!
Sial! Aku mematung disana ketika Sehun membuka pintu dan menangkap manik mataku dalam sekejap. Sehun menatapku sayup, seperti biasa minim ekspresi sementara aku sudah menelan ludahku sendiri berkali-kali.
"Apa yang kau lakukan?"
"Hah?" Aku terdiam sejenak, "Aku?" Ucapku berbasa-basi. Kulupes segera sepatuku dan memeluk pakaian digenggamanku lebih erat. "Cucian." Ucapku spontan. "Dimana mesin cucinya?" Sehun kemudian memanyunkan bibirnya dan aku spontan melangkah mundur.
"Disana." Tukasnya masih dengan bibir manyun yang menunjukkanku sebuah pintu putih dibalik tangga.
"Oh, okey." Ucapku cepat dan tanpa sadar menelan kasar ludahku.
Aku segera berlari keruangan itu dan bersandar pada pintu yang baru saja aku tutup. Kupukul kepalaku kuat berulang kali merutuki tingkah terkutukku.
"Yahk, Kim So Eun! Apa tidak sakit?"
"Ye?!" Teriakku dari dalam ruang cuci.
"Semalam, kau memaksa dan terlihat amat menyukainya jadi kubiarkan kau-"
BRUG!
Kubanting pintu dengan kuat ketika aku keluar. "DIAAAAAM!" Sehun yang berada dibalik meja marmer didapur, mematung dengan celemek bertengger dikehernya. "Katakan padaku! Apa yang telah kau lakukan semalam?!"
Sehun berkedip beberapa kali kemudian terkekeh menunduk sebelum meletakkan pisau digenggamannya keatas meja dan menatapku dengan tersenyum. "Aku? Aku hanya menjilat-"
"YAAAHK!!!"
"Wae?" Sehun memandangku kebingungan. "Apa yang salah denganmu?"
"Kau benar-benar menjijikkan!!!"
"Aku hanya menjilatnya karena akan menetes ketanganmu! Hanya karena itu kau meneriakiku menjijikkan?!"
"Me-menetes?" Aku termenung, secara tiba-tiba pikiranku melayang membayangkan tetesan lengket yang--"Kau menjilat cairan punyamu sendiri?!!"
"Kau ini ngomong apa? Aku menjilat milikmu."--milikku?! Sehun kembali mengambil pisau yang sebelumnya ia letakkan kemudian mematung sebelum kembali melepas kasar pisau ditangannya dan memandangku. "YAHK!" Sehun melepas pandangannya tajam kearahku. "Jangan bilang kau memikirkan adegan bodoh diotakmu."
"Mwo?"
"Yahk Kim So Eun, neo seolma... kau tidak memikirkan apa yang kupikirkan kan?" Sehun berdecak dengan smirk arogan yang entah mengapa sekaligus terlihat tenang diwajahnya. "Aku membicarakan es, kau tidak mau dilarang makan es kemarin."
"Aku? Makan es?"
.
.
."Makan yang banyak."
Mendengar seruan itu aku mendongah sejenak kemudian berdecak kecil menandai rasa kesalku pada manusia yang tidak dapat aku tempatkan dalam posisi musuh ataupun sekutu. Ops! Tunggu, dia baru saja menyuruhku untuk makan yang banyak? Untuk kali ini aku menoleh ragu-ragu kemudian menangkap basah dirinya sedang tersenyum sembari menatap hidangan diatas piringnya. "Apa yang lucu, Sehun-ssi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Puppet
FanfictionSemua ada harganya, begitu setidaknya alasan yang mengikat erat Kim So Eun pada pria super kasar dan keji, Oh Sehun. Segala hal yang harus So Eun lakukan dan segala perlakuan menjijikkan yang diterimanya dari Oh Sehun merupakan bentuk timbal balik a...