8. blood rush

1.2K 110 27
                                    

Kupandangi pria tegap yang terlihat lihai berpose didepan kamera dengan senyum penuh arti diwajaku. Sesekali ia melirik kearaku kemudian menebar senyum lebar yang membuatku berakhir terkekeh sembari membuang pandang malu.

Kuraih ponsel milikku untuk segera mengabadikan pria besar itu. Satu jepretan, dua jepretan, tiga jepretan dan akhirnya aku terjerembab untuk mengambil lebih banyak dari sekedar tiga jepretan.

  Baru pertama kali bagiku melihat ia berpakaian formal setelah cukup lama aku mengenalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Baru pertama kali bagiku melihat ia berpakaian formal setelah cukup lama aku mengenalnya. Biasanya pria ini akan terlihat berantakan dengan cipratan cat dimana-mana, rambutnya yang kusut, dan wajahnya yang penuh keseriusan akan tiap goresan kuasnya. Benarkah ini tuan Park yang kukenal? Oh, bisa-bisanya pria yang satu ini kembali membuatku meleleh hanya dengan memikirkannya.

"Kerja bagus!" Semua orang bertepuk tangan, membungkuk satu sama lain dan menyerukan ucapan yang sama.

Chanyeol segera berlari kecil menghampiriku kemudian menangkup wajahku untuk ia hujani ciuman dimana-mana. Kupukul tangannya sembari terkekeh memejamkan mata kala bibirnya tidak berhenti mendarat kecil disekujur wajahku.

"Maaf, aku lama ya?" Begitu lembut terdengar suara berat pria itu mendayu ditelingaku.

"Enggak..." Balasku tersenyum dan akhirnya mendarat didekapannya. Aku begitu merindukannya, sangat amat merindukannya. Rasa-rasanya aku hampir lupa dengan bau tubuhnya dan suara beratnya itu.

"Suamimu...?" Tatapan mata Chanyeol terlihat khawatir. Aku mengerti perasaannya, ia tidak khawatir tentang keselamatannya, yang ia khawatirkan adalah aku. Bagaimana bila Sehun tahu dan aku akan berakhir menjadi objek pelepas dahaga dan kekerasan ditangannya. "Mau kuantar pulang saja?"

"Masih belum terlambat Chanyeol." Kulepas diriku darinya kemudian kugenggam kedua tangannya sembari menunduk. "Masih belum terlambat untuk pergi sekarang."

Kutatap kembali manik mata Chanyeol. Bukannya aku tak ingin tetap seperti ini, aku hanya merasa bersalah tiap kali Chanyeol yang sudah tau semuanya itu selalu saja berusaha bersikap bahwa ia tidak tahu apa-apa. Dan apa yang ia lakukan, semata-mata agar aku merasa lebih baik.

"Kalaupun aku pergi. Aku akan pergi denganmu."

"Jangan egois, kamu tahu itu gak mungkin."

"Kalau begitu aku tidak akan pergi..." Chanyeol menelisir keningku dengan sentuhan ujung jari telunjuknya dan berakhir dibelakang telingaku. "...kamu tahu itu tidak mungkin." Chanyeol tersenyum lebar sebelum mengacak rambutku. "Biar kuambil ranselku." Ucapnya sebelum meninggalkanku memandangi punggungnya.

.
.
.

"Eun Woo!" So Eun segera berlari tergesa-gesa dan menarik lengan Eunwoo yang tengah duduk bersebrangan dengan Sehun dimeja makan. "Apa yang kau lakukan disini?!" So Eun khawatir Sehun mengatakan hal yang tidak-tidak pada adiknya.

Right PuppetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang