Epilog

742 35 18
                                    

"Aku berangkat, Nek! Kek!"

Kucium kedua pipi Nenek dan Kakek. Sebelum aku pergi berangkat sekolah, dengan diantar bus antar jemput.

Yah, setelah beberapa bulan aku menjadi murid privat, akhirnya aku menjadi anak sekolah yang sesungguhnya.

Kupasang headset putihku dengan benar sebelum menginjak bus sekolah umum yang beberapa lama ini banyak dipakai murid-murid sekolah.

Beberapa pasang mata ada yang memperhatikanku. Mungkin karna aku ini baru terlihat naik bus sekolah. Tapi aku tak peduli, yang penting sekarang aku sekolah dan duduk di kelas 11!

***

Kulangkahkan kakiku memasuki gerbang sekolahku yang baru. SMA Adi Sanggoro, ya disinilah aku bersekolah. Dan disini pula aku akan memulai petualanganku di dunia.

Beberapa, murid disini ada yang memperhatikanku. Dan bahkan aku sempat mendengarnya berbisik-bisik.

Ya! Aku ini memang anak baru tahu!

Daripada aku memikirkan mereka, lebih baik aku ke kantor BP sekarang. Menemui guru BP dan bertanya dimana kelasku berada. Tentu saja aku tahu dimana ruang BP! Karna minggu kemarin aku dan Nenek kemari membereskan data-dataku.

Selama perjalanan menuju ruang BP, aku kembali teringat akan Bara. Ya, lelaki itu tak pernah menemuiku sampai sekarang. Aku tak tahu apa yang terjadi padanya. Jujur saja, aku merindukannya, aku benar-benar merindukannya. Padahal ia sudah janji padaku. Kalau mengingatnya, hatiku senang nakun sakit bersamaan. Rasanya jantungku benar-benar akan remuk seketika.

Kupegangi gelang berbandul bintang darinya. Rasanya, aku selalu merasa tenang. Anehnya, aku merasa Bara masih ada di dekatku, masih mengawasiku, dan masih melihatku. Disaat yang bersamaan pula, aku merasa kosong, merasa hampa.

Suster Irma juga jadi jarang menemuiku setelah aku bertanya padanya waktu itu. Kurasa suster Irma tahu sesuatu.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi?" Ucapku sesopan mungkin.

Di dalam terlihat seorang wanita paruh baya yang kutemui bersama nenek minggu lalu. Kalau tak salah, beliau adalah bu Rahma.

"Wah! Kamu Dara, kan? Anak baru yang kemarin itu?" Seru bu Rahma bersahabat.

Aku mengangguk dan tersenyum. Aku suka akan keramahannya, beliau tidak segarang wajahnya.

"Oh! Kebetulan sekali!" Bu Rahma menarikku masuk.

"Sebagai ketua OSIS, tolong kamu ajak ia berkeliling sebelum bel masuk ya! Dan tolong antar Dara ke ruang kelas 11 IPA 2, ya!" Ujar bu Rahma sebelum pergi pada seorang lelaki tinggi, dengan slayer merah maroon berlambang osis di lengan kanannya.

Lelaki itu menatapku lama, namun tatapannya sangat tidak mengenakkan. Tatapan dingin, yang sangat sangat tak ramah. Apa ia sedang mengintimidasiku? Hei! Jangan mentang-mentang aku baru ya!

"Da-Dara!" Ujarku sambil menjulurkan tangan. Kikuk sekali, apalagi bu Rahma tidak ada disini, membuat semuanya terasa canggung.

Matanya yang tadinya terpaku ke mataku, kini terpaku kepada tanganku yang mengenakan gelang dari Bara.

Ia diam dan belum menyambut uluran tanganku.

Tapi tak lama kemudian, ia menjulurkan tangannya juga. Meski masih menatapku dengan tatapan dingin.

"Aku Bara."

Tunggu!

Apa?!

***

A/N

Yeay! Beres!!!
Pertama-tama terima kasih kepada para pembaca yang selalu ngumpet hehe, aku seneng respon my frist short story ini cukup besar! Padahal awalnya aku ragu bangeeet untuk ngepost ini, beneran deh! Nyaris aja aku hapus cerita ini

Dan untuk kelanjutan cerita ini, aku sendiri masih ragu buat ngebikin sekuelnya, karna jujur aja sering failed gitu kalo bikin love story. Mungkin sementara diterka-terka aja ya, sebenernya Baranya kenapa? Dan itu Bara beneran Bara apa bukan? Hahaha.

Oh iya! Seperti biasa, dimana ada cerita abis disana ada cerita lain. Tapi cerita baru itu, bakal aku post setelah Magique Mirror-nya selesai ya! Yang belum baca ayo baca! Ayo beritahu teman-teman, sanak saudara/i, keluarga kamu yang belum baca cerita ini sama cerita Magiqur Mirror untuk baca cerita itu! Hahaha #promo #biarin

Sekali lagi! Thank youuuu!!! :**

Dark FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang