Hari Kedelapan

330 24 0
                                    

Ternyata, Bara sama sekali tidak bohong. Bara benar-benar mengatakan kebenaranan. Baru saja seorang dokter memeriksa tekanan darahku, dan beberapa hal lainnya. Ya, aku akan mendapat transplantasi mata dari seseorang yang sangat baik untukku.

"Suster Irma?" Panggilku saat punggungku sudah merasa nyaman bersandar pada bantalan lembut yang mungkin adalah sebuah kepala kasur.

"Ya?" Sahutan suster Irma terdengar riang.

"Suster tahu? Siapa yang mendonorkan korenanya kepadaku?"

Tentu saja aku penasaran, aku tentunya ingin sekali menemui si pendonor. Aku ingin berterimakasih sebanyak-banyaknya pada si pendonor berhati malaikat itu.

"Soal itu, aku tidak diberitahu siapa, tidak ada satupun suster yang mengetahuinya, kenapa memang?" Jawaban suster Irma benar-benar membuatku kecewa.

Aku merunduk. "Jadi aku tidak bisa berterimakasih padanya," ujarku sedih.

Kurasakan dorongan pelan yang bergerak lurus. Sepertinya, sebentar lagi aku akan memasuki ruang operasi.

Kalau memang iya, aku berharap, Bara datang memberikan sedikit kekuatannya. Jujur saja, aku takut. Aku takut operasinya tak berjalan sebagaimana mestinya.

"Suster Irma!"

Tunggu…

"Suster! Tunggu dong!"

Suara—suara itu!

"Lho? Bara? Kamu sedang apa?" Suster Irma terdengar bertanya.

Aku tak percaya ini, baru saja aku berdoa, dan sekarang orang yang kubutuhkan sudah datang kepadaku. Aku senang, aku sangat senang. Bara datang, ya dia Bara! Satu-satunya orang yang bisa membuat jantungku berdegup kencang kala ia memanggilku, 'Dara'.

"Dara—"

Dengar, suara itu benar-benar memabukkan. Rasanga seperti heroin yang membuat penggunanya terbang diatas awan.

"Apapun itu yang terjadi, aku akan selalu bersamamu! Aku akan berdoa untukmu, cepatlah sembuh! Dan lihatlah dunia untuk yang kedua kalinya!" Serunya dengan deruan nafas.

Aku tersenyum. Rasanya aku ingin menangis haru. Entahlah.

"Aku akan melihatmu! Kamu haris menemuiku saat aku sudah sembuh! Kita bisa memandang langit bersama-sama!"

Dua detik, tiga detik, empat detik, sepuluh detik. Tak ada balasan dari Bara. Kenapa dia diam saja?!

"Bara kamu masih disana, 'Kan?" Panggilku.

Tetap saja, tidak ada sahutan darinya. Ini aneh, kemana dia?! Kemana dia sering menghilang secara tiba-tiba begitu?!?

"Bara?!" Panggilku lagi.

Sama sekali tak ada jawaban.

"Suster dimana Ba—"

"Suster Irma, antar Dara masuk ke ruangan operasi, segera!"

Sampai aku masuk ke ruang operasi, aku hanya mendengar suara suster Irma dan dokter Arya. Dan aku, masih penasaran kemana Bara sebenarnya?!?

***

A/N

Hai! Happy MONsterDay!
Emang moodbreaker banget ini hari -_- semoga cerita Dark Flower ini bisa jadi moodbooster yaa

Jangan lupa kritik & sarannya!

Dark FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang