Hari Pertama

683 33 0
                                    

"Sus!"

"Suster tolong!"

Suara panik terdengar di telinga kanan dan kiri ku. Tubuh ku terkulai lemas, mata ku terasa begitu nyeri. Rasanya ada batu besar yang baru saja menghantam keras ke kepala ku dan membuat syaraf mata ku terganggu.

"Tolong, Sus! Cucuk saya tiba-tiba jatuh dan mengeluh pusing kepala,"

"Suster Irma! Tolong siapkan perlengkapan darurat! Biar saya tangani cucuk anda,"

Tubuh ku terangkat, lalu di arahkan untuk berbaring di kasur tipis dengan pegangan besi yang dingin. Aroma rumah sakit yang khas menyerbu indera penciumanku. Dencitan-dencitan kecil terdengar sesekali, seiring terdengarnya pintu yang terbuka dan beberapa suara langkah kaki yang berbondong-bondong mendekat.

Lalu, setelah itu, kesadaranku hilang sepenuhnya.

* * *

Ku tarik nafas sedalam mungkin, bagaimanapun aku berusaha untuk terjaga, pandanganku tetap hitam dan gelap. Meski begitu, aku tetap tak merasa sendirian. 'Kan ada indera pendengaranku yang membuat aku sadar kalau ada Nenek di sampingku.

"Nenek," panggilku lirih.

Ku rasakan belaian lembut oleh tangan-tangan keriput yang masih kuat mengurusiku. Kecupan hangat mendarat di keningku, rasanya damai sekali.

"Kamu udah bangun rupanya, biar nenek bantu duduk,"

Entah bagaimana caranya, kasur dimana aku tiduri ini perlahan naik dan membuatku dalam posisi bersandar. Nyaman, rumah sakit tak seburuk yang aku kira.

Tak terdengar lagi suara Nenek, entah apa yang beliau lakukan, yang ku dengar hanya dentingan seperti piring dan sendok yang saling bersentuhan, lalu sedikit terdengar suara khas air yang turun dari dispenser. Sebenarnya apa yang Nenek lakukan?

"Jangan takut, nenek menyiapkan minum dan buburmu." Perlahan suara Nenek terdengar jelas meski ada sedikit getaran.

"Maaf membuat nenek kahawatir," ujarku kemudian.

Tanganku menghangat, sentuhan dari Nenek benar-benar membuatku nyaman dan merasa lebih baik. Setidaknya, aku tau bagaimana itu kasih sayang karna Nenek. Beruntungnya Mama memiliki Ibu seperti beliau. Mama dan Papa pasti tenang disana, karna melihat anaknya hidup bahagia.

"Tak apa, yang penting kamu harus banyak istirahat dan tidak banyak pikiran. Dokter bilang, kamu ini hanya sakit kepala biasa, tapi antibodi-mu berkurang banyak, makanya kamu harus menginap sementara di rumah sakit ini,"

Aku menunduk, sering sekali aku begini. Hah .... baiklah, aku akan berubah untuk Nenek dan Kakek. Nenek dan Kakek terlalu banyak mengeluarkan uang karna ku, sem

"Sekarang, ayo buka mulutmu, lalu istirahat, Nenek akan pulang nanti mengambil pakaianmu dan kembali lagi bersama Kakek,"

Aku mengangguk, perlahan membuka mulutku dan melahap bubur yang enak ini.

* * *

"Kamu benar baik-baik saja?" Tanya suster Irma untuk yang kesekian kalinya.

Aku tersenyum. "Suster, aku baik-baik saja, lagipula aku hanya berjalan-jalan sebentar disini,"

Suster Irma baik sekali, meski masih menjadi suster magang, tapi ia tetap ramah. Tanganku selalu di pegangnya, meski aku sudah memakai tongkat. Haha, suster ini sudah menjadi suster favorit ku!

"Suster! Siapa dia?"

"Apa dia tidak bisa melihat?"

Suara berat khas lelaki terdengar semakin jelas. Aku jug merasakan hangat tubuh seseorang tepat di depanku. Rasanya aneh, apa lelaki ini kenal dengan suster Irma?

"Oh ini-"

"Ah! Tidak perlu tidak perlu! Biarkan sang pemilik nama yang memberitahukan namanya padaku! Perkenalkan aku Bara, kamu?"

"Hei!"

Sialan! Lelaki tak sopan, bisa-bisanya ia mengajak berkenalan dengan langsung memegang tangan kananku! Siapa lelaki ini? Ck! Tak sopan sekali.

"Maaf, mungkin aku lancang, hehe. Kalau begitu siapa namamu?" Tanyanya lagi.

Aku mendengus keras. Ku gerakkan tanganku yang berpegangan pada tangan suster Irma.

"Suster, aku mau kembali ke kamar ku! Orang ini menyebalkan!" Rengek ku. Tak perduli meskipun hal ini memalukan.

"Lho? Kamu tak mau berkenalan dengan Bara? Dia baik loh! Kalian juga terlihat seumuran,"

Oh, apa yang Bara lakukan sampai-sampai suster Irma menyuruhku untuk berkenalan dengan lelaki brengsek sepertinya.

"Rugi loh, kalau kamu menolak berkenalan dengan makhluk tampan sepertiku!"

Cih! Pede sekali.

Ku dengar kekehan kecil dari mulut suster Irma. Kurasa mereka sudah dekat satu sama lain.

"Suster! Ayo kembali, aku muak!" Rengku untuk yang kedua kalinya.

Suster Irma terengar batuk kecil, sebelum akhirnya ia mengajakku kembali ke kamarku.

"Kami pamit dulu, Bara! Sampai jumpa!" Pamit suster Irma. Sedangkan aku tetap diam, muak sekali aku.

Bara-pun menjawab dengan jawaban menjengkelkan.

"Sampai jumpa Nona Galak!"

Dark FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang