Hari Kesembilan

306 27 0
                                        

Hari ini, perban yang menutupi mataku akan dibuka. Dan hari ini juga, aku akan melihat dunia untuk yang kedua kalinya. Rasanya senang sekali, seperti lahir kembali ke dunia.

Namun, disaat yang sama aku juga merasa sedih dan khawatir. Karena sampai saat ini, Bara belum juga menemuiku. Pertemuan terakhir kami adalah kemarin, sebelum aku memasuki ruang operasi.

"Nah Dara! Inilah waktunya kamu melihat dunia lagi!" Seruan suster Irma membuat aku kembali tersadar dari lamunanku.

Aku mengangguk, sedikit tersenyum kala tangan kekar seseorang yang mungkin saja dokter, memegangi kepalaku untuk membuka perbanku.

Rasanya jantungku akan meledak sebentar lagi. Aku sangat takut, bagaimana kalau ternyata aku tetap tidak bisa melihat?

Perlahan, kurasakan kain kasa yang menutupi kedua mataku terlepas. Aku masih memejamkan mataku. Belum ada perintah untuk membuka mata ataupun berkedip.

"Coba sekarang buka matamu, Dara." Ujar dokter Arya tepat disampingku.

Perlahan, aku coba membuka mataku. Cahaya putih terang memasuki indera penglihatanku. Semuanya masih tampak buram dan samar. Kucoba untuk berkedip, sekali, dua kali, tiga kali. Dan …

"Bagaimana?" Tanya dokter Arya.

Rupanya ia sangat tampan, kemeja biru berjas putih ala dokter kebanyakan membuatnya tampak semakin keren. Aku tersenyum dan tak menjawab. Kualihkan pandanganku ke samping, menatap suster Irma yang ternyata secantik bidadari.

"Aku bisa melihat semuanya!" Seruku terharu.

Nenek dan Kakek langsung mendekapku erat. Mereka sama seperti aku, menangis terharu. Aku berjanji pada diriku, supaya menjadi anak yang membanggakan keluargaku ini.

***

Sampai siangpun, Bara masih belum datang ke kamarku. Rasanya tak lengkap, padahal aku ingin sekali melihat wajahnya yang katanya tampan itu.

Suster Irma di sampingku, sibuk membereskan peralatan medis yang dibawanya waktu pemeriksaan ulang terhadap korneaku.

"Suster?" Panggilku dan berhasil membuat suster Irma berbalik dan tersenyum.

"Ada apa, Dara?" Sahutnya ramah.

Aku diam sejenak, apa pantas aku bertanya hal ini?

"Suster … tau kemana Bara?" Aku bahkan menggigit bibir bawahku saking gugupnya.

Suster Irma diam, aku tak berani menatap ekspresinya. Ia pasti akan meledekku dan berkata kalau aku ini merindukan Bara.

"Dara, suster harus keluar dulu peralatan ini sudah harus dibawa ketempatnya," ujar suster Irma kemudian namun ia tak menjawab pertanyaanku.

Aku meraih tangannya sebelum ia benar-benar keluar dari ruang inapku.

"Suster belum menjawab pertanyaanku!" Seruku khawatir.

Suster Irma berbalik, lalu tersenyum. "Bara baik-baik saja, Dara." Jawabnya tertahan.

Aku masih belum puas dengan jawaban suster Irma yang gak nyambung itu!

"Aku bertanya dimana Bara suster?" Tanyaku penuh dengan penekanan.

"Kamu akan mengetahuinya sendiri,"

Lalu suster Irma pergi meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan yang masih menumpuk di otakku.

Aneh.

***

A/N

Sebentar lagi beres! Yeay!
Setelah cerita ini beres, gue bakal fokus sama Magique Mirror, nah kalo MM udah beres juga, gue bakal bikin cerita baru lagi!!!

Yeay!

Jangan lupa kritik & saran!

Dark FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang