Chapter 4. Rupture

651 103 71
                                    


FUMIKAGE tengah mengenakan jaketnya ketika Shouto membawa senampan gelas kotor, “Pulang sekarang?” Shouto memperhatikan pemuda separuh burung yang mengangguk itu.

“Fumi-chan, ada toko bunga di dekat gedung pertunjukkan, kero.” Shouto menoleh pada asal suara, Tsuyu sudah mengenakan jaketnya juga.

“Ah ya, nanti beli buketnya dari sana. Tsu, tiket masuknya udah dicek?” Tsuyu mengangguk, Fumikage lalu menoleh pada Shouto, “Kita berdua nggak bisa bantu beresin, gua minta maaf banget.”

Shouto menggeleng, “It’s okay, lo sama Asui—“

“Tsuyu-chan, kero.” Shouto tertawa sebentar.

“Lo sama Tsuyu datang aja udah bikin gua seneng. Kunci motor lo di deket vas bunga, anyway, gua satuin sama kunci mobil Iida, Izuku, sama Kirishima.”

Fumikage mengangguk, ia dan Tsuyu sempat melambai setelah berpamitan pada Shouto. Sementara Shouto melanjutkan langkahnya menuju dapur ketika Tsuyu dan Fumikage kembali menutup pintu apartemennya.

Pagi itu hampir pukul sepuluh, gelas-gelas kotor sudah selesai Shouto cuci. Pemuda itu kembali melangkah ke ruang tengah, mengambil mangkuk besar bekas es batu dan botol-botol kosong. Shouto baru selesai mencuci mangkuk besarnya ketika Momo menghampiri, menawarkan bantuan yang segera Shouto tolak.

“Terlambat. Udah selesai semua,” Shouto menarik selembar tisu, mengelap kering tangannya lalu membuangnya, “morning, dear.” Di depannya Momo tertawa kecil.

Morning, Prince.” Momo tersenyum, menyanggahkan kedua tangannya di bahu Shouto. Shouto tertawa sebentar, ia menarik pinggang Momo, melekatkan diri. Momo lantas berjinjit, memberi kecupan tipis di bibir Shouto.

Miss you so much,” ucap Momo setelahnya, membuat Shouto tersenyum.

“Ya, me too.” Respon Shouto membuat Momo tertawa pelan.

Momo terus memandangi bola mata Shouto, “Bulan depan.” Telunjuknya bergerak menyusuri kening Shouto, turun ke kelopak matanya, dan berhenti di pipi.

“Semuanya udah siap?” Shouto bertanya, “Nggak ada waktu lagi, ya?” di hadapannya Momo menggeleng.

Well, that’s great, Momo.” Shouto kembali berkomentar, Momo lagi-lagi tertawa kecil.

Shouto memajukan kepalanya, menyejajarkan mulut dengan Momo. Kedua tangan Momo kembali merangkul bahu Shouto, ciuman kali ini bertahan lebih lama. Mereka baru berhenti ketika menyadari eksistensi lain di dekat lemari pendingin. Tenya memegang cangkirnya sembari bersandar pada kulkas, menyeruput air putih di dalam cangkir itu perlahan.

Tenya mengernyitkan alis, "Kalian sudah sikat gigi belum, sih, sebelum ciuman?" Momo dan Shouto saling berpandangan sebelum tertawa. Momo melepas rangkulannya pada Shouto, ia menghampiri Tenya sambil tertawa kecil. Tenya sendiri menyimpan cangkirnya di atas meja, merangkul pinggang Momo dan memberi kecupan di keningnya.

Sepersekian detik kemudian Tenya menoleh pada Shouto, “Todoroki-kun, bulan depan, jadi bestman-ku. Please?” ia bisa melihat ekspresi wajah Shouto yang awalnya agak terkejut berubah jadi hangat.

Shouto menerawang jauh pada wajah Momo dan Tenya sejenak, ada ‘tali’ yang putus dan baru tersambung di sana. Satu tali kecil yang lama mengikat kelingking Shouto dengan kelingking Momo benar-benar sudah lepas, tetapi tali itu kemudian menyambung lagi dari kelingking Momo pada kelingking Tenya. Shouto memejamkan mata, ia membungkukkan badan, menyamakan gerak-gerik seorang pangeran, “That’s my honor, Iida, Momo.”

“Aku …” Tenya menatap Momo sejenak sebelum kembali melihat Shouto, “I’ll take responsibility for Yaoyorozu-kun. For you.”

“Yeah, yeah, gua percaya sama lo. Seratus persen.” Shouto mengangguk sekali sebelum Momo mendadak menyerbu kembali Shouto.

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki]  RIVALS=PARTNER²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang