Chapter 7. White

359 73 25
                                    

Dekorasi dengan nuansa blue-black dan silver bersanding elegan dengan cuaca cerah dan khidmatnya suasana pernikahan Momo. Gaun yang ia kenakan berwarna putih bersih, memanjang ke belakang dipegangi seorang gadis kecil yang sama memiliki rambut sehitam Momo--keponakannya. Di sisi lain, Shouto dengan balutan tuxedo putih dan silver mendorong kursi roda milik Ingenium. Kakak sematawayang Tenya itu berpakaian serupa dengan milik Shouto, menggenggam buket bunga yang semestinya dipegang si gadis kecil tadi (yang kesibukan menyelamatkan gaun putih Momo dari rerumputan basah embun).

Matahari belum sampai di kening ketika Momo dan Tenya bergantian mengucapkan janji suci, kemudian bertukar cincin yang sama berkilaunya dengan permukaan danau yang tertimpa cahaya matahari di belakang altar. Shouto menahan diri untuk tidak menutup telinga saat riuh suara tamu undangan bergaung bersamaan dengan buket bunga yang Momo lempar--jatuh tepat di tangan Kyouka. Ia bisa melihat Eijirou di sudut lain tertawa kecil sambil menyikut Denki, kemudian merangkulkan tangan di bahu Mina yang sama-sama tertawa. Tanpa sadar, Shouto ikut melengkungkan senyuman.

"Todoroki-kun," Ingenium memanggil pelan pemuda yang berdiri di belakang kursi rodanya.

"Ya, Iida-san?" Shouto segera membungkuk, lalu memilih untuk berputar ke sebelah Ingenium dan berjongkok.

Ingenium sempat melihat kuku jari tangannya sebelum bicara, "Aku benar-benar minta maaf. Keputusan orang tua Yaoyoruzu tidak bisa aku dan Tenya sanggah."

"Jangan dipikirkan, aku, Tenya, dan Momo baik-baik saja. Ah, kita semua akan baik-baik saja." Shouto tersenyum, "Iida-san, dibandingkan harus memikirkan aku, kenapa kau tidak segera bicara dengan kakakku saja?" Wajah Ingenium memerah ketika Shouto melirikkan matanya pada Fuyumi di salah satu kursi.

"Aku ..." Ingenium berhenti sejenak, "Shouto-kun, tolong temani aku untuk bicara dengannya."

Shouto tertawa pelan, "Dengan senang hati, Tensei-nii."

***

Dabi tengah mengambil cupcakes untuk ibunya ketika dalam suasana yang (terasa) sempit itu mempertemukannya dengan Katsuki. Mereka sempat bertatapan intens, Dabi merasa dirinya seperti seekor anak keledai yang hendak dimangsa serigala. Lensa mata yang merah membara di hadapannya membuatnya mendadak kaku. Ia berdehem, berusaha membersihkan tenggorokannya untuk berkata sesuatu, tetapi Katsuki sudah lebih dulu bicara.

"Dipshit skeleton. Lu kelaparan atau semacamnya? You will be blown away by the fucking wind." Katsuki berkomentar sambil mengambil segelas sirup dan meneguknya dengan santai, membuat Dabi terkejut.

"B-bakugou--lo nggak bakal ngeledakin gua atau semacamnya?"

Katsuki menoleh, "Gue?" ia diam sebentar, "Gue pengen banget ledakin lu sampai hangus, lu nyulik gue. Buat beberapa alasan lu udah ngehancurin gue, mentally. Tapi toh setiap orang pernah bunuh psikis orang lainnya mau disengaja atau nggak."

Gue juga pernah. Katsuki melirik Izuku dari kejauhan.

"Icyhot bilang lu berusaha berubah selama ini." Katsuki bicara lagi, "Kalau suatu hari nanti lu sampai balik lagi jadi villain, gue orang kedua setelah si hanbun yaro yang bakal nganterin lu ke neraka." di depannya Dabi gemetaran, sibuk menahan air mata.

Katsuki lalu mengambil salah satu cupcakes, "Strawberry-Chocolate Minty, favorit Rei-san." Ia memberikan cupcakes itu pada Dabi lalu pergi dari sana. Meninggalkan Dabi yang tertawa kecil.

***

Katsuki sibuk mengunyah kudapan di tangannya dengan sedikit cemas. Tanpa perlu dikatakan, Katsuki masih merasa tidak nyaman setiap kali ia harus teringat insiden penculikan itu. Ia berkali-kali menarik-hembuskan napasnya di sela-sela mengunyah. Ketika camilannya habis, Katsuki menyedekapkan tangan di depan dada. Memperhatikan setiap tamu undangan yang sibuk mengobrol, berharap pikirannya bisa kembali jernih.

"Kat," Katsuki hampir meloncat dari kursinya ketika bahunya ditepuk ringan.

"'Chaco, fuck, lu ngagetin gue!" Yang diteriaki malah tersenyuum lebar, mengambil tempat kosong di sebelah kursi Katsuki.

"Gue barusan liat lo ngobrol sama Dabi. Lo orang terberani yang pernah gue kenal--setelah Izuku pastinya." Di sebelahnya Katsuki memutar bola mata, "Tapi sekarang semuanya udah selesai, Kat. Lo aman sekarang, lo pro hero sekarang, 'kan?" Ochaco tersenyum.

Katsuki mengangguk, "Yeah. Thanks."

"Oh, see! Apa gue bilang, dasinya bakal cocok banget sama setelan lo!" Ochaco lantas mengalihkan pembicaraan.

"Sorry. Gue make apa aja juga cocok." Katsuki lalu menelengkan kepalanya, "Omong-omong, kok lu bisa tau bahan jas gue bakal cocok sama dasi ini?"

Ochaco mendadak tersedak, "Oh-uh," ia menggaruk tengkuknya, "Todoroki, sebenernya gue nanya sama Todoroki. Tapi gue nggak maksud buat nyama-nyamain pernak-pernik atau semacamnya kayak jepit gue ini sama dasi lo kok, sump--" Ochaco refleks menutup mulutnya.

"Enggak apa-apa." Katsuki merespon sambil tertawa, "Gue seneng." Katsuki tidak memberi jeda untuk Ochaco merespon, tangannya merogoh sesuatu dari balik jas. Memperlihatkan cincin di dalam sebuah kotak beludru merah muda.

"'Chaco, be my fucking beautiful bride, please."

Tiba-tiba beberapa kursi melayang ke udara--beserta tamu undangan yang duduk di atasnya. []

•••

Tahukah kalian siapa yang ikut terbang karena Ochaco lost control?

Endeavor (yang duduk tegak di kursinya sambil nikmatin puding). - uglyduck

Gw nanyi neh, bring me to the moon 🎵 - Black Petals

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki]  RIVALS=PARTNER²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang