Dulu, sewaktu Bakugou Katsumi berusia lima tahun, dengan (kelihatan) mudah ia bisa lolos serangkaian tes dasar untuk siswa Taman Kanak-Kanak UA. Orang tuanya bangga bukan kepalang. Tapi, hari-hari selanjutnya menyebalkan.
Bakugou Katsumi kecil mendadak ingin tuli. Karena kata sepupu-sepupunya, Bakugou Katsumi selalu aneh, mereka bilang ayahnya ‘bukan golongan orang normal’. Karena kata orang, Bakugou Katsumi sering lupa daratan, kata mereka ibunya ‘anti gravitasi’. Lalu kata teman-temannya, Bakugou Katsumi itu curang, karena quirk-nya ‘lebih dari satu’. Bakugou Katsumi waktu itu mulai belajar untuk benci orang-orang pendengki.
Suatu hari, ketika Bakugou Katsumi menonton liputan sebuah channel televisi di ruang keluarga (sambil menikmati camilan bersama ayah dan ibunya), seseorang yang ia kenali muncul di sana. Lelaki dalam televisi itu berpakaian rapi, berprofesi sebagai guru sekolah menengah UA. Ia sedang bicara di muka kamera tentang bagaimana anak-anak UA dilatih setepat mungkin sesuai masing-masing kemampuannya.
“Memiliki quirk atau tidak, bukan sebuah masalah. Anak-anak selalu terlahir istimewa. Bahkan mereka yang quirkless selalu jauh lebih istimewa pada bidang lain yang tidak bisa digeluti seorang pengguna quirk.” Suara orang itu terdengar datar tetapi menekan.
Kemudian saat orang dalam televisi itu memainkan es di tangan kanan dan api di tangan kirinya, Bakugou Katsumi tiba-tiba berdiri di sofa. Telunjuknya lantas lurus mengacung ke depan.
“Paman Shouto ayo kita nikah!”
Bakugou Katsuki dan Bakugou Ochaco tersedak.
***
Villain nakal tidak pernah jera, seusai ujian lisensi sementara pahlawan diadakan, Bakugou Katsumi harus turun tangan mengejar bedebah yang tega mencuri tas seorang ibu paruh baya. Ia melompat. Menerbangkan sesuatu. Melempar. Meledakkan. Tapi goresan dan pukulan yang ia hasilkan sama sekali tidak membuat villain itu menyerah. Bakugou Katsumi mulai insecure.
Zero Gravity gue belum oke, Glycemic Bomb gue belum maksimal. Damn it, Katsumi you weak!
“Anak kecil jangan ikut campur!”
Telinga Bakugou Katsumi memerah kesal, “What in the hell you said?! Jangan remehin gue!”
Lalu, boom! Ledakan lain terdengar. Namun, kali ini bukan dari nitroglycerin-nya. Es setinggi tiga meter mencuat, mengunci tubuh sang villain yang kelihatannya langsung pingsan.
“Terima kasih, Bakugou, you did very well, tapi kartu lisensimu belum sepenuhnya aktif.”
Bakugou Katsumi menoleh pada sumber suara, pupil matanya melebar.
“Shouto Sensei!”
***
“Icyhot.”
“Katsuki.”
Pertemuan orang tua murid dan wali kelas murid tingkat akhir suatu hari terasa tegang. Bakugou Katsumi agak jengkel karena yang bisa datang ayahnya, bukan ibunya seperti biasa. Ia sempat membayangkan bagaimana suasana pertemuan untuk bimbingan karir itu akan mendadak jadi sedingin kulkas sekaligus sepanas oven jika ayahnya berhadapan dengan wali kelasnya--Todoroki Shouto.
… dan itu terjadi untuk beberapa saat.
“Bakugou Katsumi punya nilai tertinggi di kelas untuk lulusan angkatannya, hasil PKL dan kegiatan organisasi sosialnya sangat baik.” Shouto memperlihatkan isi laporan evaluasi milik Bakugou Katsumi, “Agensi besar perekrut fresh hero akan mudah dimasuki.”
Katsuki menyeringai, “Katsumi bisa pilih agensi manapun, it’s her fucki--absolute periviledge.”
“Oke,” Shouto menyodorkan daftar agensi kepada Katsuki, “ada beberapa yang bisa gua rekomendasiin. Menurut gua, agensi Ragdoll juga enggak mas--"
Katsuki menginterupsi, mengangkat tangannya di depan wajah Shouto, “Katsumi udah milih sendiri.” Ia menunjuk salah satu nama agensi di dalam daftar.
“Oh,” alis Shouto terangkat sedikit, “lo yakin dia mau masuk Endeavor State Agency?” Katsuki mengangguk.
“Tapi, lo tau ‘kan, selama tiga tahun ke belakang Fuyumi-nee lebih fokus buat ngehasilin calon-calon barikade buat perlindungan garis paramedis? Anak lo bakal lebih cocok di front serang daripada di garis pertahanan,”
Katsuki menghela napas, “Tch. Lu tau sendiri kalau Katsumi sekeras kepala gue sama ‘Chaco. Atau lu lupa?”
Shouto hanya berdehem pelan, ia akhirnya memberikan formulir pengajuan trainee pada Katsuki, “Gua bakal bilang sama Fuyumi-nee biar Bakugou dilatih keras.” Senyum terpampang di wajah Katsuki.
Ketika keduanya sama-sama berdiri, Katsuki berkata pelan, “Gue pikir, enggak masalah kalau anak gue nikah sama lu suatu hari nanti. Katsumi did really lucky to love an old man like you, huh, Shouto Sensei?” Ia sempat memajang senyum--seringainya, sebelum pergi begitu saja.
Meninggalkan Shouto yang bergumam ‘Huh?’ saking bingungnya.
[FIN]
•••
Halo, Black Petals (ditemenin Bebek) di sini!
Gw mau ngucapin makasih buat yang Maha Kuasa karena bantu gw sama Bebek buat niat nulis sampai selesai wkwk.
Terima kasih (lagi dan seterusnya) buat para pembaca yang sudah mengambil book ini dan menikmati isinya yang kagak seberapa.
Akhir kata, sorry banget kalau ada kesalahan-kesalahan yang gw dan Bebek buat selama nulis ini. Yak! Sampai ketemu di book lainnya. Love ya <3
[Black Petals & uglyduck]
KAMU SEDANG MEMBACA
[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] RIVALS=PARTNER²
Fanfiction[COMPLETED] Selepas kelulusan dari U.A. dan tepat setelah tiga tahun bekerja di bawah agensi masing-masing, hero Deku berhasil menempati posisi ke-9 disusul Ground Zero pada posisi 11 dan Shouto pada posisi 12 dalam Hero Chart tahunan. Adanya progra...