Chapter 2. Capability

723 107 32
                                    

SEMINGGU sejak tahu Shouto jadi tetangganya, Katsuki tidak begitu ambil pusing. Laki-laki spikey itu cukup bersyukur karena sebagai tetangga, Shouto tipikal yang diam dan tidak memberi kesulitan seperti Denki, Hanta, atau Eijirou.  Akan tetapi, tetap saja, satu dua hal mengejutkan yang berhubungan dengannya dan manusia rambut merah-putih itu sering terjadi. Seperti pagi itu, ketika Katsuki membuka pintu apartemennya, kebetulan Shouto sedang berdiri mengunci pintu apartemen miliknya. Pakaian mereka rapi, bersetelan jas hitam dengan dasi—di leher Shouto, Katsuki tidak.  Keduanya berjalan ke arah lift tanpa bicara.

"Kerja?" Shouto yang pertama membuka mulut saat pintu lift tertutup.

"Not your business, dumbass." Shouto mengangguk dan pembicaraan berakhir di sana sampai lift berhenti di lantai dasar.

Shouto yang lagi-lagi membuka pertanyaan ketika ia melihat Katsuki menepuk keningnya, "Mobilnya belum diambil?"

"Fuck berisik, Shouto." Katsuki menghela nafas, "Shitty hair belum sempat ngnaterin!"

Shouto mengangguk lagi, "Mau nebeng?"

"Dafuck? Nggak sudi, gue naik taks—"

"Bacot, Kat, nggak ada taksi dari daerah sini. Bilang, lo mau ke mana?" Shouto menyandarkan badan ke tembok di sebelahnya.

Katsuki melotot sebentar, kepalanya penuh dengan cacian kasar. Ia baru sadar akses kendaraan umum juga terbatas dari pinggiran Hosu begini. Semenjak penyerangan villain paling banyak terjadi di Hosu daripada distrik lain, populasi warganya juga cenderung berkurang. Akibatnya, fasilitas publik jadi tidak begitu lengkap termasuk trasportasi umum semacam kereta atau bus. Fuck Hosu!

"Tch. Ragdoll Counter Agency."

Shouto sempat berkata 'Okay.' sebelum menghilang dan kembali dengan mobilnya. Katsuki sempat akan membuka pintu belakang sebelum Shouto memberi isyarat supaya Katsuki duduk di depan. Katsuki baru berniat protes, tetapi pandangannya menangkap sesuatu. Bagian belakang mobil Shouto penuh dengan barang-barang. Pakaian, buku, sepatu, snack, dan barang lainnya berserakan di sana. Katsuki mendadak sakit kepala, mau tidak mau menurut untuk duduk di depan.

"Gua juga mau ke sana." Di balik kemudinya, Shouto bicara.

"Hah?" Katsuki yang menyandarkan kepala menoleh.

"Ragdoll Counter Agency, gua juga masukin CV ke sana." Shouto mengedikkan bahunya, memutar kemudi saat belokan tajam menyambut.

"What the fuck? Dan lu keterima juga?" Pertanyaan Katsuki disambut anggukan.

"Gila." Katsuki berkomentar pendek. Setelah satu lokasi apartemen, sekarang satu agensi. Katsuki menggeleng sebelum kembali melihat jalanan, kebetulan macam apa, sih, ini?

***

Kepribadian Ragdoll masih sama playful-nya saat Shouto dan Katsuki bertemu gadis bersurai hijau itu terakhir kali. Matanya yang besar masih penuh semangat meski (pada akhirnya) sampai hari ini Ragdoll quirkless. Gadis kucing itu menyodorkan beberapa berkas dan kunci ruangan untuk Shouto dan Katsuki. Katsuki mengambil kunci miliknya, matanya berkilat-kilat. Sebagai agensi yang baru berkembang, fasilitas ruang pribadi jadi hal yang mewah untuk Katsuki, mengingat agensi sebelumnya hanya membatasi tiap ruang kerja menggunakan pembatas kaca buram.

Shouto sempat bilang terima kasih sebelum Ragdoll mempersilakan kedua pemuda itu pergi dari ruangannya. Keturunan Todoroki itu mengikuti Katsuki, melangkah menuju ruangannya. Dari sana, ia baru menyambangi ruangannya sendiri. Terpisah enam ruang dengan milik Katsuki. Di belakangnya, Katsuki menghela nafas, bergumam tentang rasa syukurnya—akhirnya jauh dari Shouto fucking Todoroki.

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki]  RIVALS=PARTNER²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang