Episode 19

345 27 3
                                    

Assalamualaikum readers semua, selamat membaca, jangan lupa like, komen dan vote yah.

☘️☘️Mengunjungi Abah dan Bu Nyai☘️☘️

Sudah 3 hari Ibu dirawat di rumah sakit dan hari ini Ibu sudah diperbolehkan pulang. Berarti sudah 3 hari pula Mas Gagah di sini. Aku sangat senang karena Ibu sudah sehat dan segar.

Warga yang menjenguk Ibu sudah mempertanyakan kapan Mas Gagah akan menikahiku. Aku kasihan dengan Mas Gagah, ke kampungku hanya untuk mengurus sebuah pernikahan yang mungkin karena terpaksa ini.

Mas Gagah menjawab dengan entengnya jika aku dan dia akan menikah lusa karena berkas-berkas sudah siap. Mas Gagah bilang kami hanya akan menikah di KUA, belum bisa merayakan atau resepsi disini karena Mas Gagah sudah terdesak oleh pekerjaan kantornya yang sudah berhari-hari ia tinggalkan.

Hari ini aku dan Mas Gagah akan mengunjungi pesantren. Aku ingin meminta doa restu juga pada Abah Kyai juga Bu Nyai. Bagiku beliau-beliau sudah aku anggap seperti keluargaku sendiri. Di rumah Ibu ditemani Bi Asih dan Mang Sobar. Aku dan Mas Gagah pamit ke pesantren.

Di sepanjang perjalanan Mas Gagah terus tersenyum karena menurutnya pemadangan di sepanjang jalan sangat asri. Hamparan sawah yang luas dan pepohonan yang berjejeran di sepanjang jalan, berbeda sekali dengan Jakarta. Tak terasa akhirnya sampai juga di pesantren. Aku segera turun dari mobil Mas Gagah dan masuk ke dalam pesantren.

Banyak santriwati yang menatap Mas Gagah takjup, karena Mas Gagah memang benar-benar gagah. Namun karena aku setiap hari melihatnya jadi bagiku menjadi biasa saja. Aku terus masuk ke dalam pesantren berjalan menuju rumah Abah yang berada di tengah-tengah pesantren.

Pintu rumah Abah terbuka, aku langsung mengucapkan salam. Terdengar suara Bu Nyai yang menjawab salamku. Bu Nyai tampak menghampiri pintu. Terlihat wajah Bu Nyai yang terkejut.

“ Ya Allah Gusti, Inay.” Bu Nyai langsung memelukku, akupun membalas pelukannya. Bu Nyai Nampak heran ketika melihat di belakangku ada seorang laki-laki tinggi tegap dan penuh karisma.

Mas Gagah menangkupkan tangannya di depan dada, aku sudah mengajarinya tadi sewaktu dalam perjalanan menuju pesantren, bahwa di lingkungan pesantren kita di haruskan memperhatikan unggah ungguh. Dalam bahasa jawa artinya harus bisa bersikap atau berinteraksi dengan baik dengan sikap dan bahasa yang sesuai dengan aturan.

“ Assalamualaikum Bu.” Sapa Mas Gagh dibarengi dengan senyum manisnya.

“Waalalaikumsalam.” Bu Nyai lalu mempersilahkan kami berdua masuk.

Bu Nyai pergi ke belakang untuk membuatkan minum dan menyuruh anaknya untuk memanggilkan Abah. Bu Nyai menyuguhkan es sirup dan beberapa cemilan. Tanpa basa-basi aku langsung bercerita jika aku akan menikah dengan Mas Gagah lusa. Aku berharap Bu Nyai dan Abah ikut menyaksikan pernikahanku dan ikut serta mendoakan pernikahanku. Tampak wajah bahagia terpancar di wajah Bu Nyai saat mengetahui aku akan segera menikah.

Abah pun datang, Mas Gagah segera mencium tangan Abah. Abah juga terlihat terkejut saat melihat Mas Gagah.

“ Inay mau nikah dan ini calonnya Bah,” ucap Bu Nyai.

“MasyaAllah, ya Alhamdulillah itu, kalian bertemu dimana?” Tanya Abah.

Aku terdiam, namun Mas Gagah langsung menjawab pertanyaan Abah. Aku kaget dengan jawaban Mas Gagah yang mengatakan bahwa Mas Gagah merasa nyaman ketika aku melayani semua keperluan pribadinya hingga timbul niat untuk menikahiku.

“Wah, rupanya witing tresno jalaran saka kulino  itu,” ledek Abah sambil terkekeh.

Aku bertanya dalam hati, apa iya Mas Gagah sudah menyukaiku karena seringnya kita bertemu, tapi fikiran itu langsung aku tepis, itu hanya kiasan dari Abah saja.

Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang