Episode 20

387 28 5
                                    

Assalamualaikum Readers semua, selamat membaca, jangan lupa like, komen dan vote, terimakasih.

☘️☘️ Hari Pernikahan ☘️☘️

Malam sebelum pernikahan terjadi, Mas Gagah menelfon keluarganya yang ada di Jepang di depanku. Mas Gagah memberi kabar jika dirinya akan segera menikah. Ayah Mas Gagah terkejut kenapa Mas Gagah mendadak menikah. Ayah Mas Gagah malah mengira jika Mas Gagah menikah karena  MBA (merried by accident).

Mas Gagah tidak memberikan alasan yang jelas. Ayah Mas Gagah tidak bisa ikut hadir karena Mas Gagah sangat mendadak saat memberi kabar. Mas Gagah memang sengaja memberi kabar mendadak karena Mas Gagah sangat tahu betul Ayah begitu sangat pemilih dalam hal memilih menantu. Bibit, bebet, bobotnya harus setara dengan keluarganya.

“ Ayahmu tidak merestui Mas.” Aku memberanikan diri berucap demikian.

Mas Gagah melirikku, “ Siapa yang berkata seperti itu, Ayah itu hanya tidak bisa datang, bukan tidak merestui, sudah jangan berfikir macam-macam.”

“ Mas kenapa Mas membuat semua ini menjadi rumit untuk diri Mas sendiri, Mas Bisa menikahiku secara siri agar Mas nanti mudah terbebas dariku.” Lagi-lagi aku sangat lancang berbicara seperti ini di depan Mas Gagah. Aku semakin takut untuk melangkah ke depan. Bukan karena Mas Gagah tapi lebih ke keluarga Mas Gagah nanti, karena aku sadar aku  berasal dari mana.

Mas Gagah menatapku tajam, “ Apa kamu bilang, nikah siri? Nay aku tidak mau memperlakukan wanita tidak adil. Apakah kamu tahu jika menikah siri kamu akan kehilangan banyak hal dan pengadilan tidak akan bisa membantumu. Aku tidak sekejam itu Nay.” Mas Gagah terlihat marah, ia berjalan keluar rumah meninggalkanku di ruang tengah. Mungkin Mas Gagah ingin menenangkan diri.

Aku pun masuk ke dalam kamar ibu lalu menceritakan seluruh isi hatiku yang sesungguhnya yang takut akan masa depan yang akan terjadi ke depannya. Ibu mengelus punggungku, Ibu memberikan nasehat demi nasehat sampai hatiku merasa tenang.

***

Di sepertiga malam aku terbangun hendak melaksanakan sholat tahajud. Aku melihat di kamarku tampak suara Mas Gagah namun sangat lirih. Aku memberanikan diri menghampiri kamarku. Aku terkejut melihat Mas Gagah sedang berdoa sambil menangis. Hatiku ikut terenyuh mendengar setiap untian doa yang Mas Gagah panjatkan.

“Ya Allah, berikanlah kepadaku istri yang terbaik dari sisi-Mu, istri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia dan akhirat." Itulah doa Mas Gagah yang masih bisa ku dengar. Aku begitu terharu, aku yakin Mas Gagah adalah laki-laki baik.

Aku pun pergi ke belakang untuk berwudlu lalu melaksanakan sholat tahajud juga. Aku berharap semoga hari ini pernikahanku berjalan dengan lancar. Aku juga berdoa semoga Mas Gagah memanglah jodoh yang tepat untukku.

***

Pagi harinya Kinar sudah datang ke rumahku. Kinar melihatku sedang di poles cantik oleh mbak-mbak salon yang biasa mendandani pengantin. Tidak akan ada resepsi di pernikahanku ini karena aku dan Mas Gagah harus secepatnya kembali ke Jakarta. Setelah akad rencananya kami langsung akan melakukan perjalanan ke Jakarta.

Penghulu sudah datang, Abah dan Bu Nyai juga sudah datang. Abah sedang berbicara dengan Mas Gagah tentang sebuah pernikahan. Selesai berdandan, Aku dibawa Kinar menuju ruang tamu, tempat ijab kabul dilaksanakan.

Mas Gagah begitu terkesima melihatku dengan kebaya putih, padahal ini bukan pertama kalinya Mas Gagah melihatku berdandan, tapi mungkin kebaya yang ku kenakan menjadi ketertarikan tersendiri dimata Mas Gagah. Ketika Aku bersanding di sebelah Mas Gagah, Mas Gagah tersenyum padaku. Aku pun membalas dengan senyuman tipis.

Ijab kabul akan segera dimulai, karena Bapak sudah tidak ada maka waliku di wakilkan oleh Pamanku yang memang sengaja datang dari luar kota. Paman, adik dari almarhum Bapak.

Dalam ajaran agama islam kita tidak boleh sembarangan menentukan wali nikah. Karena wali nikah termasuk dalam syarat sah dalam pernikahan. Jika Bapak/Ayah sudah tidak ada maka bisa diwakilkan oleh Kakek dari pihak ayah dan seterusnya ke atas,  Saudara lelaki kandung (seayah dan seibu),  Saudara lelaki seayah, Anak laki-laki saudara laki-laki kandung, Anak laki-laki saudara laki-laki seayah, Paman (saudara ayah) kandung, Paman (saudara ayah) seayah, Anak-laki-laki dari paman kandung , Anak laki-laki dari paman seayah, Wali hakim.

Paman menjabat tangan Mas Gagah tanda ijab Kabul akan segera dilaksanakan.

"Siap Nak Gagah?" tanya Pamanku.

"Siap Paman,"jawab Mas Gagah dengan mantap.

Paman lalu melafadzkan kalimat ijab kabul.

" Ananda Gagah Prakoso Bin Adi Prakoso  Saya nikahkan dan Saya kawinkan engkau dengan Inayah Binti Almarhum Saefudin dengan maskawinnya berupa satu set perhiasan emas, tunai.”

"Saya terima nikah dan kawinnya Inayah Binti Almarhum Saefudin dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.”

"Bagaimana para saksi,sah?"

Saksi pun menjawab serentak, " sah."

Semua yang hadir mengucapkan, "Alhamdulillah."

Air mataku tiba-tiba menetes begitu saja, air mata keharuan. Air mata bahagia dan keharuan tercampur menjadi satu.
Mas Gagah juga merasa lega akhirnya sekarang sudah berstatus suami, walaupun sebenarnya ia merasa gugup pada waktu ijab kabul tadi.

Sebuah tangan mengarah ke arahku meminta untuk dicium.

"Sekarang sudah halal,sudah boleh kok cium tangan," ucap Mas Gagah sambil tersenyum.

aku langsung mengusap air mataku, lalu mengambil tangan Mas Gagah kemudian aku cium punggung telapak tangan Mas Gagah yang kini sudah sah menjadi suamiku.

Mas Gagah mencium keningku dan meletakan tangan nya di ubun-ubunku seraya berdoa.
"ALLAHUMMA INNI AS’ALUKA MIN KHAIRIHA WA KHAIRI MA JABALTAHA ‘ALAIHI. WA A’UDZUBIKA MIN SYARRIHA WA SYARRI MA JABALTAHA ‘ALAIHI"

(Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepadaMu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya”)

Aku pun mengamini doa yang dipanjatkan Mas Gagah.

Mas Gagah melirik ke arah Abah dan Abah langsung mengacungkan jempolnya ke arah Mas Gagah, aku tidak tahu maksud Abah. Nanti sajalah gampang aku tanyakan pada Mas Gagah.

Ibuku memelukku dan juga Mas Gagah,
" Nak Gagah, tolong jagakan Inayah ya Nak, jadikan kelebihannya sebagai kebahagiaanmu,dan jadikan kekurangannya sebagai ladang pahala untuk mu."

"Ibu..." Aku pun kembali memeluk Ibuku.
Kini syurgaku sudah bukan di telapak kaki Ibu lagi, tapi bakti dan hormatku tidak akan pernah berkurang.

"Doakan Aku Bu, agar Aku bisa menjalani rumah tangga seperti kalian semua,berkahi Aku dan Mas Gagah Bu." Aku tak bisa menahan tangisku, air mataku semakin deras membasahi pipiku,hiks hiks😭😭.

Ibu mengangguk, " Itu Pasti Nduk."

Aku dan Mas Gagah lalu menandatangani buku nikah dari KUA. Setelah itu kami langsung mengadakan syukuran.

Sore harinya Aku, Mas Gagah, Bi Asih, Mang Sobar juga Ibu sudah bersiap-siap berangkat ke Jakarta.

Mas Gagah tidak tidak meninggalkan Ibu di rumah seorang diri, menurutnya Ibu sudah menjadi Ibunya jika jadi Mas Gagah berencana akan mengajak Ibu tinggal di Jakarta. Bukan sebagai ART melainkan jadi Ibu mertua karena keperluan Mas Gagah juga pasti nanti aku yang akan menyiapkan semuanya.

Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang