Aku sedikit lega mendengar tentang kebaikan Mas Gagah, aku segera ke kamarnya untuk menyiapkan baju kerjanya dan keperluan lainnya. Saat aku memasuki kamarnya, aku tidak melihat Mas Gagah tidur di ranjangnya, tapi terdengar percikan air di kamar mandinya, aku tetap fokus memilihkan kemeja dan jas yang cocok untuk Mas Gagah berikut dengan dasi juga sepatunya, aku sudah di beritahu sebelumnya oleh Bi Asih dimana semua letak perlengkapan Mas Gagah.
Setelah aku mendapatkan semua yang cocok, aku meletakannya di atas kasur, berbarengan dengan pintu kamar mandi terbuka, aku tidak sengaja langsung melihat kearah pintu kamar mandi, Mas Gagah berdiri menggunakan handuk kimononya dengan rambutnya yang terlihat masih basah. Aku segera mengalihkan pandanganku.
“Sudah saya siapkan semua ini Mas, saya permisi keluar dulu,” ucapku menggunakan bahasa yang cukup formal. Aku terburu-buru hendak keluar kamar.
“ Tunggu.” Seketika aku menghentikan langkahku.
“Kamu anaknya Bi Fatimah ya?” terdengar suara langkah kaki menghampiriku. Aku hanya mengangguk sambil terus menunduk.
“Siapa namamu?” Mas Gagah kini sudah ada disebelahku, aku tiba-tiba tergugup karena penampilan Mas Gagah yang hanya menggunakan handuk kimono.
“ Inayah,” jawabku singkat.
“Terimakasih ya Nay.” Aku bingung kenapa Mas Gagah mengucapkan terimakasih padaku, menyiapkan bajunya bukankah ini sudah pekerjaanku. Aku kembali menjawabnya dengan anggukan.
“ Terimakasih sudah menolong Mas semalam, Mas bisa tertidur saat mendengar suaramu mengaji.”
Aku baru faham ucapan terimakasih itu untuk kejadian dini hari tadi. Mas Gagah lalu menanyakan tentang berapa umurku, aku sekolah dimana, dan menanyakan juga kenapa aku mau bekerja menggantikan Ibuku, akupun menjawab seadanya dan sebenar-benarnya.Mas Gagah juga memberitahuku agar aku jangan takut padanya, baginya aku adalah anak di bawah umur, Mas Gagah tidak akan macam-macam denganku. Aku berdecak kesal, enak saja aku sudah mempunyai KTP, sudah beranjak dewasa malah dikatai anak di bawah umur, apa karena badan mungilku ini. Tapi benar kata Bi Asih, Mas Gagah sedikit ramah namun cukup menyebalkan. Mas Gagah juga memberitahuku agar aku menggunakan bahasa biasa saja janganterlalu formal.
Aku keluar dari kamar Mas Gagah lalu menyiapkan sarapan untuknya yang sudah dimasak oleh Bi Asih. Aku berfikir dengan memperkerjakanku disini sebenarnya sangatlah rugi untuk Mas Gagah, kenapa Mas Gagah tidak menikah saja, semua bisa di lakukan tanpa membayar begitu banyak asisten rumah tangga, ah orang kaya mah bebas.
Aku mendengar langkah kaki mendekati meja makan, Mas Gagah duduk di salah satu kursi, aku meliriknya sebentar, MasyaAllah benar-benar Gagah batinku, tapi segera aku tepis dari fikiranku. Selesai menyiapkan semua sarapan dimeja makan aku yang hendak pergi dicegah oleh Mas Gagah.
“Temani Mas makan, Mas tidak suka makan sendirian.” Aku langsung ikut duduk disalah satu kursi juga.
“Apa Ibuku juga setiap pagi menemani makan di sini?” tanyaku penasaran.
“Tentu saja,” jawabnya dibarengi dengan anggukan.
“Makanlah,” Sambungnya lagi. Aku langung menggeleng walaupun sebenarnya perutku sudah kerocongan dari sejak subuh tadi.
“Tidak usah malu-malu.” Mas Gagah menyunggingkan senyumnya, senyuman yang membuatnya semakin gagah di mataku.
“Baiklah.” Tanpa malu aku langsung menyendokan nasi dan lauk pauk lalu ikut sarapan dengan Mas Gagah. Mas Gagah bercerita sedikit jika Ibuku juga selalu menemaninya makan. Mas Gagah sudah menganggapku seperti Ibunya sendiri.
“Mas jika baju yang ku pilihkan tidak sesuai dengan keinginanmu katakan saja ya!” ini hari pertamaku bekerja aku takut jika Mas Gagah kurang suka dengan pilihanku.
“Hemm …” Mas Gagah melihat sekilas penampilannnya.
“Ini sudah oke.”
Aku lega karena Mas Gagah cocok dengan baju yang aku pilihkan.
Selesai sarapan aku membawa piring dan gelas kotor ke westafel dan merapikan kembali meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halal
RomanceInayah gadis desa yang memiliki paras cantik dan sederhana. ia baru lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan, Inayah juga lulusan pesantren. Ia harus menggantikan Ibunya bekerja sebagai Asisten Rumah tangga di Jakarta. Inayah merantau ke Jakarta dengan...