prolog

96 28 4
                                    

"Dek, coba kamu ke depan. Kayaknya ada yang nyasar, tuh."

Dzaky yang awalnya fokus pada ponselnya dan kini menatap ibunya yang tengah berdiri di ruang tamu bersamanya, dengan tatapan menatap keluar. Kening Dzaky juga berkerut mendengar penuturan Sabrina, ia langsung menoleh ke arah luar yang masih bisa di lihat lewat jendela. Dari tempatnya ia melihat seorang perempuan yang nampaknya mencari rumah seseorang.

"Soalnya, ibu lihat dia udah bolak-balik di depan tiga kali."

Tanpa menjawab, Dzaky langsung bangkit dari tempatnya. Menyusul perempuan yang di maksud oleh Sabrina. Saat tubuhnya sudah sampai gerbang rumah yang tingginya tak sampai leher, keningnya kembali berkerut. Dzaky seperti mengenali sosok perempuan berambut biru tua itu. Ketika perempuan itu berbalik lagi, tatapan mereka langsung bertemu. Dan perempuan itu terlihat terkejut, beserta raut tak suka muncul di wajah Dzaky.

Dzaky kenal perempuan tersebut, dia salah satu teman satu sekolah semasa menengah pertama. Orang yang paling ia tidak suka selama sisa masa SMP. Sepertinya orang itu tahu dimana rumahnya dari album sekolah.

Perempuan itu membeku sesaat sebelum menarik senyum canggung yang terlihat di paksakan. "Hai."

Dzaky tak membalas sapaan itu, ekspresi tak suka yang di tunjukan membuat perempuan yang berdiri empat meter jauh darinya merasa tak nyaman.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya perempuan itu sambil mencoba tersenyum.

"Mau ngomong apa?"

Bukannya menjawab pertanyaan Dzaky, gadis itu kembali bertanya dan hal itu berhasil membuat Dzaky memandang tajam ke arah perempuan tersebut. "Bisa kita ngomong di mini market yang di depan enggak?"

"Kenapa gak mau ngomong langsung apa yang kamu mau?"

"Kalau kamu gak mau, besok aku datang lagi sampai kita bisa bicara," ucap gadis itu sedikit mengancam, "berdua." Tapi kemudian suaranya terdengar lirih.

Butuh lima detik untuk perempuan itu mendapat jawaban, dan hal tersebut berhasil membuatnya bernafas lega. "Aku nyusul, duluan aja ke sana."

***

Dzaky dapat melihat perempuan yang tadi sudah terlihat duduk di kursi yang di sediakan oleh pihak mini market. Ia menarik kursi yang ada di depan gadis itu, kemudian duduk. Perempuan itu tak langsung berbicara, ia mengeluarkan sebuah es krim rasa vanilla stroberi dan menyerahkannya pad Dzaky.

"Buat kamu."

Es krim rasa vanilla stroberi teronggok di depan Dzaky, ia tak langsung menyentuh makanan dingin itu. Awalnya menatap es krim itu, kemudian beralih pada perempuan yang ada di depannya sekarang sibuk membuka bungkus es krim. Kemudian melahapnya sekali lalu memandang Dzaky.

"Sebenarnya aku gak tahu harus ngomong apa ke kamu."

Dzaky berdecak, gadis ini mulai berbasa-basi. "Kalau gitu gak ada yang harus di omongin jadinya, kan?"

Gadis itu menggeleng. "Gak, ada banyak sejujurnya yang pengen aku sampaikan cuma aku gak tahu harus mulai dari mana." Dia memandang es krim yang di tangannya sejenak lalu beralih pada Dzaky. "Es krimnya nanti cair."

"Emang aku peduli sama itu?" ujar Dzaky dengan nada ketus. "Bisa langsung pada poinnya."

Perempuan itu malah terdiam, dan mulai menggigit ujung lidahnya.

"Kamu bisa enggak nikahin aku?"

"KAMU GILA YA?!"

Dzaky tanpa sadar meneriaki perempuan di depan umum, dan berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitar. Tapi sepertinya ia tidak peduli dengan hal itu, Dzaky hanya ingin menyadarkan perempuan di depannya.

Lalu kemudian mereka kembali terdiam, orang-orang yang tadi memperhatikan mereka juga mulai kembali pada kegiatan mereka.

"Kalau kamu cuma pengen tentang omong kosong lainnya aku gak peduli."

"Tapi aku peduli." Gadis itu menjawab dengan menatap mata Dzaky, kedua mata tersebut terlihat mulai memerah. "Karena itu tentang perasaanku, dan satu-satunya orang yang paling peduli tentang perasaanku itu adalah aku sendiri. Dan aku peduli dengan hal itu." Kemudian mengambil nafas.

"Kamu tahu aku suka sama kamu, dan ku pikir satu sekolah juga tahu itu. Aku gak tahu kenapa aku bisa-bisanya suka sama orang yang padahal pas kelas satu aku benci."

"Tapi itu yang terjadi, aku suka sama kamu dan masih sampai sekarang. Jadi ini udah hampir enam tahun, mungkin. Maaf buat masalah yang di kantin waktu itu, aku cuma bisa pengen lega di hati."

"Kamu tahu, kamu itu ratu drama," ungkap Dzaky.

"Aku tahu, hobiku kan nyari perhatian. Bahkan sampai sekarang, maaf buat kenangan buruk pas SMP yang gara-gara aku." Perempuan itu kali ini menarik senyum, tapi kemudian ia mendorong sebuah tas karton ke arah Dzaky. "Itu sebagai permintaan maaf, tolong terima."

Kemudian suasana menghening. Dzaky menatap ke arah gadis yang ada di depannya. Menunggu agar orang tersebut menyelesaikan perbincangan ini, dan tak ada. Jadi ia berdiri dan pergi menjauh.

Tapi belum beberapa langkah, tangannya di tahan dan pelakunya.

"Ku mohon ini tolong di bawa, sebagai permintaan maaf."

Dzaky awalnya hanya memandang tapi kemudian ia menerima tas karton tersebut. Saat itu pula, genggaman tangan gadis itu lepas.

"Makasih buat waktunya."

Dzaky hanya berdeham sebagai jawabannya kemudian kembali melangkah menuju rumah.

Haha akhirnya cerita baru, berharap ini selesai. Amin. Btw hai!

Unexpected Propose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang