Untitled part 9

4 0 1
                                    

Malam itu Harmoni menghubungiku, katanya ia sedang bersedih dan ingin bertemu denganku
Tapi, malam itu aku kehilangan sedikit kesadaranku karena aku sedang mabuk

H: “Jadi ini semua salahku?”
E: “Ada apa lagi?”
H: “Baiklah. Terserahmu saja”
E: “Kamu kenapa lagi Harmoni?”
H: “Kenapa? Kamu ingin kita bertengkar lagi?”
E: “Akhir-akhir ini kenapa kamu begitu sensitif?”
H: “Aku? Bukannya kamu yang selalu seperti ini? Baiklah, ini semua salahku. Puas hah?!”
E: “Mari kita sudahi ini, oke?”
H: “Oh, kau mau putus denganku? Baiklah, kalau begitu mari kita putus saja”
E: “Hah, ayolah Harmoni. Kenapa kau selalu mengatakan hal itu dengan mudah?”
H: “Ah. Ini semua sangat menyebalkan”
H: “Untuk apa kita bertahan selama ini? Perdebatan ini tak ada ujungnya”
E: “Aku yakin ini hanya salah paham semata”
H: “Hei! Mana ada kesalahpahaman yang berjalan selama bertahun-tahun? Kau gila?”
E: “Harmoni, bisakah kau mengontrol amarahmu? Ucapanmu sudah melampaui batas”
H: “Kenapa? Kau mau marah sekarang? Mau menyakitiku lagi?”
H: “Kita memang seharusnya tidak bersama, Eros. Kau terlalu egois, kau tidak pernah benar-benar mementingkan soal hubungan ini. Kau hanya memikirkan ego mu saja”
E: “Apa maksudmu Harmoni? Aku egois katamu? Apa?! Karena aku seorang pemabuk? Karena aku selalu meniduri wanita lain?”
H: “Ternyata kau sadar akan perbuatanmu itu”
E: “Aku minum dengan mereka karena kau tak suka alkohol bukan? Aku tidur dengan wanita-wanita itu karena kau tak pernah mau kusentuh. Lagipula, aku membayar mereka dan mereka tidak masalah dengan hal itu. Jadi dimana letak keegoisanku hah?!”
E: “Apakah kau benar-benar wanita normal hah? Harmoni?”
H: “Lihatlah sekarang, siapa yang tak bisa mengontrol ucapan”

Plakkk
Eros menampar pipi Harmoni
E: “Sadarlah Harmoni. Selama ini aku selalu ada untukmu saat kau minta, jadi dimana letak keegoisanku?! Jawab aku?!”, tanya Eros sembari mengguncang tubuh Harmoni
H: “Selama ini hanya aku yang mencintaimu, kau bertahan hanya karena tak ingin mengingkari janjimu pada orang tuaku dan juga orang tuamu. Aku selalu merasa kau tidak seperti tempatku berlabuh, kau hanya datang tanpa meresponku”
E: “Tak merespon? Jika aku tak meresponmu, mengapa aku datang? Bukankah kau yang bersikap egois?”
H: “Aku?...”

Harmoni memutar kembali memori-memori menyedihkan yang ia alami
Kehilangan orang tuanya saat ia beranjak remaja, menjadikannya anak asuh kedua paman dan bibinya
Tetapi mereka tak pernah ikhlas mengasuh Harmoni, yang membuat Harmoni harus bekerja untuk mereka sebagai ganti biaya sekolah, tempat tinggal serta makanan yang diberikan untuk Harmoni
Tidak berhenti sampai disitu

Semasa kanak-kanak hingga remaja, Harmoni juga dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya karena warna kulitnya yang berbeda dari kebanyakan orang
Harmoni memiliki warna kulit yang sangat terang, seputih susu
Sangat tidak wajar untuk orang yang tinggal di daerah yang selalu disinari terik matahari yang menyengat
Tapi, perlakuan Eros terhadap Harmoni berbeda

Mereka bertemu saat Harmoni yang sedang duduk di atas batu besar di tepi sungai dengan keadaan kakinya yang setengah terendam air
Saat itu, Eros mengira Harmoni hendak menenggelamkan dirinya
Karena dilihatnya Harmoni sudah duduk berjam-jam disitu dan semakin lama kakinya semakin menyentuh air
Eros yang saat itu sedang memancing di sisi sungai yang lain, bergegas menghampiri Harmoni

E: “Hei! Apa yang kau lakukan?”, sembari tangannya mencengkeram lengan Harmoni
Harmoni terkejut dibuatnya
H: “Kamu membuatku terkejut! Apa yang kau lakukan?”
E: “Aku…Aku baru saja menyelamatkanmu. Aku lihat kau akan menenggelamkan diri, jadi aku berusaha menghentikanmu”
H: “Siapa yang kau pikir akan bunuh diri? Dasar aneh”, kemudian Harmoni pergi meninggalkan Eros
E: “Hei?! Mau kemana?! Siapa yang tahu apa yang akan kau lakukan! Hei?!”

Sejak kejadian itu, hari-hari berikutnya Harmoni dan Eros jadi sering bertemu, entah kenapa sepertinya sang pencipta meminta Eros untuk menjadi malaikat pelindung Harmoni

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang