"Jadi begini bu Anneke.. untuk visi misi pernikahan, saya cukup simple. Saya hanya ingin rumah tangga saya kelak sakinah, mawaddah, warahmah. Harmonis. Sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Untuk penjabarannya, tentu memakan waktu. Tidak cukup dalam pertemuan satu atau dua jam saja. Sangat panjang. Tapi.. saya yakin, apabila kita sudah berkomitmen atas nama Alloh, semua pasti akan terasa mudah. Lalu.. untuk aturan-aturan khusus.." ucapan dr. Ishak terputus di tengah jalan. Matanya kembali menatapku dengan sangat tajam. Aku mendengarkan dengan seksama, apa kiranya aturan khusus yang nampaknya super penting itu.
"Untuk aturan khususnya, saya hanya ingin istri saya menomorsatukan keluarga dan anak-anak. Tidak berkarir ataupun sibuk di luar sana hingga keluarga menjadi terlantar. Dua pernikahan saya sebelumnya banyaaak memberikan pembelajaran pada saya, bahwa hakikat istri itu adalah berada di rumah. Aulia, istri pertama saya, telah gagal mendidik putra-putri saya. Indri, istri kedua saya juga sangat sibuk di rumah sakit karena ia juga seorang dokter. Akhirnya, saya yang berharap bahwa anak-anak saya akan memiliki figur ibu yang selalu 'melindungi' telah sirna pula. Menurut saya, Indri juga belum berhasil memenuhi kriteria ibu di dalam benak saya. Sangat disayangkan, akhirnya Indri meninggal karena serangan jantung. Maaf.. sekali lagi maaf, bu Anneke. Saya menceritakan kedua istri saya itu bukan berarti bermaksud menjelek-jelekkan mereka. Sama sekali bukan. Setidaknya saya pernah menaruh cinta yang teramat besar pada mereka. Pada Aulia dan Indri. Saya pernah melabuhkan hati ini pada mereka. Mereka juga pernah memenuhi segala relung jiwa saya yang kosong, serta mengisinya dengan ribuan cinta. Bahkan dari rahim merekalah, saya juga memperoleh putra dan putri. Sampai kapanpun, saya tak akan sampai hati menjelek-jelekkan mereka. Apalagi Indri sudah meninggal. Tentu saja saya tak mungkin menjelekkan istri yang pernah saya cintai, yang saat ini sudah meninggal bukan?"
"Akan tetapi.. saya tak mungkin terus menerus menganggap semuanya baik-baik saja, dimana terdapat kekecewaan yang begitu besar mengendap dalam hati saya. Kian lama saya melihat anak-anak saya tumbuh tanpa pegangan. Walaupun ada sosok ibu secara fisik dalam hidup mereka, namun mereka tak memeperoleh sosok ibu itu secara 'psikis'. Anak-anak saya bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya. Saya benar-benar tak tega melihat mereka seperti itu. Oleh karena itu, apabila kita menikah, saya harap Anda bisa memenuhi kebutuhan seorang 'ibu' bagi anak-anak saya."
Aku tertegun dengan kata-kata dr. Ishak. Rupanya dia memiliki pengalaman berumah tangga begitu rupa. Aku benar-benar tak menyangka bahwa laki-laki dengan pendidikan tinggi seperti dia memiliki pemikiran yang agak 'berbeda' dari laki-laki kebanyakan. Banyak kasus yang aku ketahui, zaman sekarang suami malah menuntut istrinya untuk bisa berkarir di luar sana. Dengan dalih aktualisasi diri atau agar tidak 'kuper' jika di rumah saja. Atau bahkan ada pula yang menuntut istrinya bekerja supaya ada pemasukan keuangan tambahan. Sungguh, tega sekali suami-suami yang demikian.
"Saya baca CV Anda, katanya Anda berbisnis via online ya, bu?" Tanya dr. Ishak lagi.
"Iya, dokter." Jawabku singkat.
"Bagaimana progress bisnis Anda?"
"Maksud Anda?"
"Hheeemm..maaf bu Anneke. Jangan tersinggung dulu. Saya bertanya seperti itu karena saya takut Anda kelak terlalu 'terhanyut' dalam bisnis Anda. Seperti yang telah dialami oleh Aulia. Karena, maaf bu, saya sebagai seorang suami sudah berusaha keras memenuhi haknya sebagai seorang istri. Namun, ia tidak mampu memenuhi hak saya sebagai seorang suami maupun hak anak-anak kami. Jadi..heemmm.. Anda pasti tahu apa yang saya maksud kan, bu?" Jelas dr. Ishak.
"Iya.. iya saya paham sekali dengan maksud Anda, dokter. Jujur, saya dulu juga sempat bekerja di sebuah perusahaan sebelum saya menikah. Namun, setelah menikah, saya total mengurus rumah tangga dan Janika. Seluruh kebutuhan nafkah ada di pundak mendiang suami saya. Lalu, setelah suami saya meninggal, otomatis saya-lah yang harus memenuhi kewajiban nafkah anak saya. Saya terpaksa membuka bisnis online. Untuk perkembangan bisnis saya, saya tawakal saja pada Alloh, dok. Lillahita'ala.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendekap Cinta
RomanceINI ADALAH SEBUAH NOVEL TENTANG CINTA, KELUARGA, DAN AIR MATA (diilhami dari kisah nyata) Perkenalkan, aku adalah Anneke Nirmala. Aku seorang ibu rumah tangga berusia 33 tahun dengan satu putri. Aku merupakan istri dokter obsgyn yang terkenal di kot...