Keping 6 - Biru

715 98 10
                                        

~~~

Galdo, Yolan, dan Tora terpaksa memutar arah saat melihat Bu Happy dan dua guru BK lainnya sedang berjaga di dekat gerbang belakang sekolah. Galdo berdecak, waktunya tersisa sedikit lagi sebelum geng Biru enyah dari markas. Dia memutar otak, dalam keadaan genting begini dimana musuh sudah berada tepat di depan mata, dia dan geng Kasra justru terjebak. Masih ngambang, bagaimana cara mereka keluar tanpa ketahuan. Biasanya aman-aman saja, tapi entah mengapa jam-jam ini berjalan serampangan. Apakah salah satu anggota geng ada yang berbuat dosa, sehingga diberi karma berupa penjagaan ketat guru konseling.

Tora celingukan dari balik tembok lorong, mengintip apakah satpam sedang menjaga gerbang depan atau tidak. "Kampret, kenapa si botak selalu stand by di sana sih? Ngopi ngapa ngopi."

"Namanya juga satpam sekolah, Tor. Ya tugasnya menjaga keamanan sekolah," balas Yolan yang ikut mengintip dari balik tembok.

"Tar-Tor-Tar-Tor, lo kira gue Avangers?"

"Nama lo kan Tora, pinter!"

Di belakang mereka, Galdo berjalan mondar-mandir. Berpikir, mencari cara paling efektif agar mereka bisa keluar dari sekolah tanpa ada yang tertangkap. Dia lalu celingukan saat mengingat teman satu gengnya yang lain.

"Ra, coba lo telepon Sadewa," titah Galdo, sementara dirinya juga tengah sibuk mengotak-atik ponsel.

"Ngapain?"

"Ya tanya dia keluar lewat mana bego!" ketus Galdo, sontak Tora pun menyengir sesaat sebelum melaksanakan titahan. "Lo, Lan. Hubungi Kevin, biar Robert gue yang urus."

"Oke!"

Mereka kini sibuk dengan ponsel masing-masing, menghubungi teman satu geng yang seangkatan. Rupanya teman-teman mereka juga mengalami kendala yang sama. Tidak ada jalan keluar, sementara markas tempat mereka biasa berkumpul sedang diserang pasukan musuh. Galdo ikut bingung, dia takut Arga yang sedang berada di markas menjadi sasaran Biru.

"Di markas ada siapa?" tanya Yolan.

"Arga," singkat Galdo. Suasana hatinya kini sedang porak-poranda. Antara takut, cemas, dan bingung semuanya bercampur menjadi satu.

"Sendirian?"

Galdo berdeham singkat.

"Anjir." Yolan berdecak frustasi. "Ngapain juga sih dia ke markas sendirian?! Biru pasti bawa teman, dan dia enggak mungkin ngebiarin Arga lolos tanpa babak belur."

Di tengah kekacauan keadaan, tiba-tiba otak Tora terbesit ide cemerlang. Dia menjentikkan jari di hadapan Galdo dan Yolan. "Gue ada ide! Gimana kalau kita kumpul dulu sama anak-anak. Terus, bagi tugas. Siapa yang mengalihkan perhatian si botak, dan sisanya berangkat ke markas."

"Lo yakin bakal berhasil?" tanya Yolan was-was, terlihat dari kerutan di dahi cowok itu yang menyuratkan keraguan.

Galdo membasahi bibirnya, dia merasa ide Tora bisa dipakai juga. Setidaknya untuk kondisi kepepet seperti sekarang ini. Galdo tahu benar, dalam urusan menarik perhatian, Tora jawaranya.

"Yakin seratus persen! Urusan narik perhatian si botak, serahin ke gue!" kata Tora serius. "Lo, Galdo, Sadewa, Robert, dan Kevin yang berangkat ke markas. Sementara gue dan yang lain narik perhatiannya si botak. Gimana?"

Setelah dipikir-pikir, Yolan rasa ide Tora tidak buruk-buruk amat. "Oke."

Mereka lantas memulai aksi usai mencapai kesepakatan. Galdo menghubungi semua anggota geng untuk berkumpul di lorong sempit di belakang laboratorium kimia tempat dia, Tora, dan Yolan berada sekarang. Ketika seluruh anggota sudah berkumpul, mereka bergegas gerak sesuai rencana.

[KASRA] VelandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang