kalau menemukan typo, segera tandai ya~
happy reading❤
~~~
Bel pergantian jam kedua baru saja berbunyi. Velan dan Olla sudah siap dengan pakaian olahraga. Mereka beserta anggota kelas XI MIA 1 seluruhnya turun menuju ke lapangan basket outdoor.
Di SMA Angkasa Raya terdapat dua lapangan basket. Indoor dan outdoor. Kegiatan olahraga biasa dilakukan di lapangan basket outdoor. Sementara indoor seringnya digunakan untuk pertandingan-pertandingan basket atau tempat tim inti basket Kasra berlatih.
Hari ini akan diadakan pertandingan basket, semua anggota kelas baik siswa maupun siswi harus ikut berpartisipasi. Velan yang tidak begitu jago dalam bidang pendidikan jasmani tentu harus berlapang dada sebab dia tidak diberi izin guru olahraga untuk beristirahat di pinggir saja. Tentu saja tidak diberi izin, memangnya Velan siapa bisa seenak jenongnya memilih? Anak pintar kesayangan guru, bukan. Anak orang kaya donatur sekolah, bukan juga. Kebanggaan sama dengan nol, Velan sadar diri dan menciut.
"Gimana kata Pak Syamsul? Boleh enggak ikutan main?" tanya Olla begitu Velan kembali dari tempat guru olahraga mereka berada.
Velan menggeleng lesu. "Tetep harus ikut meskipun enggak bisa."
"Ya udah, enggak apa-apa ikutan aja. Dari pada nanti nilai lo kosong, Lan."
Velan mengangguk. Netranya nyalang, menyuratkan tekad yang membara. "Gue bakal buktiin kalau cewek yang enggak jago olahraga juga bisa nyetak poin! Karena, tidak ada yang tidak bisa Velandra lakukan apabila bersungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu!"
Olla tertawa renyah. "Siap! Gue suka kepercayaan diri lo, tapi jangan terlalu berlebihan juga, ya!"
Mendengar penuturan Olla, Velan kontan ikut tertawa.
Suara peluit terdengar, pertanda bahwa seluruh siswa-siswi XI MIA 1 harus segera berkumpul untuk melakukan pemanasan. Pak Syamsul menunjuk salah satu anggota kelas, dan kebetulan yang terpilih adalah Velan. Mungkin muka Velan masih terbayang jelas di benak guru berusia tiga puluhan itu, makanya langsung jadi sasaran empuk.
Velan maju dengan percaya diri tingkat dewa. Dia memang paling suka menjadi pusat perhatian. "Sebelum mengawali kegiatan pada pagi hari ini, marilah kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa ... mulai!"
Walau Velan berujar layaknya pembina upacara, teman-temannya tetap menurut. Mereka menundukkan kepala untuk berdoa supaya dijauhkan dari hal-hal yang buruk selama pembelajan olahraga berlangsung. Cidera, misalnya.
"Selesai!"
Setelah berdoa, Velan mulai memimpin pemanasan. Terkadang dia melirik kanan kiri untuk bertanya apa gerakan selanjutnya yang harus dia peragakan. Seumur-umur ikutan pemanasan, Velan sampai kini masi belum hafal apa-apa saja urutan gerakannya. Untung saja teman-teman sekelas Velan bisa diajak kompromi.
"Terus yang jinjit-jinjit tuh bukan?" tanya Velan, bersiap memperagakan satu-satunya gerakan yang sangat dia hafal.
"Belum, Lan. Bagian kepala aja belum beres," celetuk Fahmi, cowok jangkung yang berdiri di barisan paling depan dan berhadapan langsung dengan Velan.
Velan menyengir. "Ya maaf, habisnya gue enggak tahu."
Lima belas menit berselang, akhirnya pemanasan pun selesai. Velan kembali ke dalam barisan. Pak Syamsul lantas menggantikan posisinya untuk memberikan instruksi terkait kegiatan berikutnya. "Baik, selamat pagi anak-anak!"
"Pagi!"
"Seperti yang sudah Bapak infokan minggu kemarin, hari ini kita akan praktik bermain bola basket. Tim akan saya bagi acak. Perempuan sendiri, laki-laki sendiri. Kalau digabung, takutnya ada yang cidera. Laki-laki itu cenderung bermain kasar. Benar begitu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[KASRA] Velandra
Ficção Adolescente"Kak, gue jatuh cinta." "Bodo amat. Mau lo jatuh cinta atau jatuh miskin sekali pun, gue enggak peduli." "Kalau lo tahu siapa cowok yang gue taksir, lo enggak akan ngomong gitu." "Siapa emangnya?" "Lo." 🌺🌺🌺 [TIDAK DIPRIVATE, TAPI ALANGKAH BAIKNYA...