3). Friendzone vs Crush

376 87 119
                                    

I'm always thirsty for your love. -F.M.

*****

"Lemme ask you one more time. Do you expect me to believe all this?" tanya Ferdian dengan nada seakan Luna sedang mengajaknya bercanda namun sayangnya tidak lucu sama sekali. "Dan pelarian lo malah ke cowok culun itu? Did you knock your head somewhere?"

"No, I don't expect you to believe and you don't need to, because our relationship isn't supposed to be," jawab Luna dingin sementara dia mendorong Ferdian menjauh supaya jarak mereka tidak sedekat tadi dan sekali lagi Ferdian dibuat membeku karena pernyataannya.

Mengapa tiba-tiba saja Ferdian merasa ulu hatinya berdenyut sedikit setelah mendengar pernyataan Luna tadi? Ah, mungkin saja hanya perasaannya karena cowok itu menunjukkan senyum seringainya lagi. "Lo sengaja mancing ketertarikan gue, kan? Biar gue merasa penasaran dengan apa yang mau lo lakuin selanjutnya? Ini mirip banget sama adegan drama yang lebay, yang mana tokoh utama cewek berpura-pura move on padahal sebenarnya itu semua demi memancing kecemburuan dari tokoh utama cowok. Ya, kan? Ngaku aja deh. Gue bakal lebih perhatian sama lo mulai sekarang. Mungkin lo terlalu cemburu sama Elina."

"Cemburu? Emangnya lo tau gimana rasanya cemburu? Lo bahkan nggak tau arti mencintai, kecuali topiknya tentang mencintai diri sendiri."

"Ap--"

"Cowok culun itu bukan pelarian," potong Luna, tanpa memberikan Ferdian kesempatan untuk berbicara. "Gue benar-benar tertarik sama dia. Senyumnya manis banget, mungkin nggak lama lagi gue bakal diabetes."

"Kalo manis, bukan cowok namanya tapi cewek. Cowok itu harus macho, baik dari segi tampang sama penampilan fisik. Gue contohnya."

"Untuk apa macho tapi nggak bisa dimiliki?" balas Luna, berhasil membuat Ferdian speechless, dia seperti tidak ada bedanya dalam permainan akhir catur yang diteriakkan 'skakmat' oleh pemenang, yang adalah Luna Lovandra. "Jadi, baik-baik aja ya sama Elina. Meski gue sering berantem sama dia, at least dia masih ada hubungan saudara sama gue."

"Gue masih nggak terima lo milih cowok yang nggak bisa dibandingkan sama gue! Kenapa harus dia, sih?" protes Ferdian, menarik tas punggung yang dipakai Luna hingga membuat cewek itu hampir terjungkal ke belakang saat dia baru saja membalikkan tubuhnya.

"Dia manis, ganteng, dan yang pasti tertarik sama gue," jawab Luna lugas, tanpa keraguan hingga sukses membuat Ferdian emosi.

"Gue lebih ganteng dari dia!" hardik Ferdian tidak terima.

"Namanya cowok ganteng ya gitu, nggak akan mau mengakui kegantengan orang lain--hmm sebenarnya sama sih. Gue juga nggak bisa ngaku wajah Elina cantik karena gue merasa jauh lebih cantik dari dia."

"Lo--"

"Ehhh, kalian kok nggak masuk?" tanya suara ibu-ibu bernada sopran. "Baru aja Mama mau nyuruh kamu antar sop iga ke apartemennya Nak Ferdian."

"Nggak usah, Ma. Ferdian udah terlalu sehat buat makan sop iga. Buat aku aja ya, biar aku cepat tinggi," kata Luna terus terang pada Mia, mamanya.

"Kok ngomong gitu sih? Ya udah karena waktu udah siang banget, Nak Ferdian makan di rumah Tante aja, ya. Makan bareng sama Luna."

Luna membelalakkan matanya, hendak protes, tetapi Mia sudah telanjur memutar tubuhnya untuk naik ke apartemennya. Bahkan wanita itu sengaja berjalan duluan supaya anak perempuannya bisa satu lift dengan Ferdian.

"Kayaknya move on nggak segampang itu deh, soalnya orang tua lo terlalu suka sama gue," bisik Ferdian ke telinga Luna sembari menunjukkan senyum kemenangannya.

I'm Down For You • AGAPE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang