8). The Cruel You

243 64 92
                                    

I'll lock myself for you even I can't stand long. -F.M.

*****

Jantung Luna hampir saja copot gara-gara aksi mendadak Ferdian dan dia membutuhkan beberapa detik untuk menenangkan dirinya sendiri sebelum berkata, "Ada apa sih? Kalo mau ngomong, ya ngomong aja. Jangan mendadak narik gue gini. Gue kaget banget, ya elah!"

"Gue kira lo nggak bakalan mau menginjakkan kaki lo di sini lagi setelah semua usaha lo untuk move on dari gue. Kenapa? Lo mulai berubah pikiran?"

Ferdian masih bergeming dengan posisinya, membuat Luna seketika emosi. "Sebelum ngajak orang ngomong, bukankah seharusnya lo natap langsung ke lawan bicara sebagai bentuk kesopanan?"

Ferdian mengangkat lengannya, lantas mengubah posisi tubuhnya menjadi posisi duduk dengan mata yang menatap Luna dengan tatapan tajam seperti biasa. "Like this?"

Tatapannya intens tetapi sarat dengan tatapan menyebalkan. Luna tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Ferdian sekarang, tetapi yang jelas cewek itu bisa merasakan kalau suasana hatinya tidak dalam keadaan baik.

"Lo... kenapa?" tanya Luna pelan tetapi Ferdian membuang tatapannya ke arah lain hanya untuk mendengus konyol.

"Seperti dugaan gue, lo sama sekali nggak bisa membuang perasaan suka lo ke gue. Sedikit pun nggak," ejek Ferdian seakan Luna adalah cewek paling payah sedunia.

"Perasaan gue hanya milik gue sendiri, nggak ada kaitannya sama lo."

"Oh, niru kata-kata gue?" tanya Ferdian dengan nada menantang, teringat akan perkataannya sendiri di sekolah pada Elina. "Tapi kata-kata gue bisa dibuktikan kebenarannya, sementara lo mungkin lebih mengarah ke munafik."

"Gue nggak mau bahas. Gue ke sini hanya untuk membawakan barang titipan, nggak ada maksud lain. Jadi, silakan lanjutkan kesibukan lo karena gue juga akan begitu. Lepasin tangan gue, plis." Ucapan terakhir Luna sengaja dimanis-maniskan meski ekspresinya bertolak belakang.

"Gue sebenarnya menyayangkan persahabatan kita kayak dulu," kata Ferdian tanpa berniat melepas cekalan tangannya pada tangan milik Luna. Malahan, genggaman tersebut dipererat hingga cewek itu merasa agak kebas. "Andai aja lo nggak ungkapin perasaan lo ke gue, apakah ending-nya bakal beda?"

"Perasaan gue menjadi beban buat lo. Itu kan yang mau lo bilang ke gue?" bisik Luna, berusaha meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak kelihatan lemah di depan Ferdian. Tidak, dia tidak akan kalah.

"Gue selalu terkesan sama lo karena selain pinter, lo juga peka," puji Ferdian sambil tersenyum lebar. "Gue jadi nggak tahan untuk bertanya; kenapa lo segitu pengennya mengubah status persahabatan kita menjadi status pacaran? Apa sepenting itu bagi lo? Itu cuma status doang, kan? Terlepas dari itu, bukankah kita tetap bisa berhubungan dengan baik?"

Luna kehabisan kata-kata untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Ferdian karena telanjur merasakan nyeri dalam ulu hatinya. Merasa pertahanannya akan jebol sebentar lagi, cewek itu memilih untuk melepas paksa cekalan pada pergelangan tangannya walau sia-sia saja karena genggaman tersebut terlalu kuat.

"Lepasin gue," perintah Luna dingin, sembari menatap ke mana saja asal bukan ke mata Ferdian karena dia tahu konsekuensi apa yang akan dihadapinya jika matanya bertemu dengan sepasang netra yang tajam itu. Dia tidak sedang ingin menerima risiko menunjukkan kelemahannya secara gratis karena tidak ada faedahnya sama sekali.

"LEPASIN GUE!" teriak Luna karena cekalan tersebut tidak kunjung lepas, melonggar pun tidak.

Dan ketika akhirnya Luna terpaksa menatap mata Ferdian, cewek itu tahu kalau apa yang diduganya benar. Pandangannya mulai kabur oleh air matanya sendiri. Dia berusaha mendongakkan kepalanya, berharap cairan bening itu bertahan sebentar lagi.

I'm Down For You • AGAPE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang