2). The Single Dimple Yoga

417 96 112
                                    

I envy the person who has your smile. -F.M.

*****

Luna mengerjapkan kedua matanya dengan polos, tidak menyangka kalau kedua teman dekatnya bisa bereaksi sama. "Emangnya kenapa?"

Nara hendak menjawab tetapi sayangnya obrolan mereka harus berhenti karena bel masuk berdering, memaksa semua murid yang masih beraktivitas di luar kelas untuk kembali ke bangku mereka masing-masing.

Wali kelas mereka, Pak Yunus, masuk ke kelas tidak lama kemudian.

"Selamat pagi, Anak-anak. Seperti biasa sebelum kita memilih pengurus kelas, salah satu teman kalian dari kelas XII IPA-5 terpaksa harus bergabung sama kita karena ada kesalahan teknis dari sistem informasi di bagian Tata Usaha. Berhubung kelas kalian masih punya bangku kosong, jadi Bapak anjurkan untuk pindah ke kelas ini saja alih-alih meng-edit kembali. Oke, silahkan masuk, Yoga."

Bisik-bisik seru mulai terdengar. Sebagian besar sepertinya tampak senang mendengar Yoga akan bergabung dengan kelas mereka, hingga membuat Luna bertanya-tanya bagaimana rupa dari siswa bernama Yoga ini.

Tidak disangka-sangka, murid yang bernama lengkap Yoga Pradipto ini begitu manis dengan kacamata bulat tipisnya dan senyum lebar yang membuat lesung pipi sebelah kanannya tercetak.

Membuat Luna menyayangkan mengapa dia tidak pernah sekalipun melihat cowok ini di area sekolah padahal teknisnya mereka telah berada di lingkungan yang sama selama 2 tahun penuh.

Apa karena selama ini fokus Luna hanya tertuju pada Ferdian hingga membutakannya?

Menurut Luna, Yoga murah senyum dan sepertinya pandai bersosialisasi karena banyak teman-teman di kelas menyapanya dan segera dibalas dengan senyuman lebar.

Luna jadi suka dengan senyumannya.

Oleh sebab itu, ketika Yoga menyebarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, Luna segera mengangkat sebelah tangannya sebagai isyarat untuk menawarkannya duduk di sebelahnya yang belum berpenghuni.

Dan rupanya tindakannya ini memicu banyak reaksi dari teman-teman di sekitarnya, bahkan Ferdian.

Nara dan Virga menatap Luna dengan ekspresi yang sama-sama syok, jelas tidak menyangka teman dekatnya bisa seagresif ini pada teman yang baru pertama kali dikenalnya, sementara Elina mendengus geli, menertawakan selera sepupunya yang berubah menjadi payah. Ferdian lain lagi, ekspresinya tampak terhina.

Harga dirinya jelas diinjak-injak. Bagaimana bisa Luna yang tadi menolak untuk duduk sama dia, sekarang dengan gampangnya mengizinkan cowok lain duduk di sebelahnya? Yang perlu digarisbawahi adalah, ketampanannya jauh di bawah rata-rata.

Yoga mendekati bangku kosong di sebelah Luna, lantas bertanya, "Hmm... nggak apa-apa nih aku duduk di sini?"

"Daripada lo jadi Mister Lonely tanpa pasangan di sudut sana, mendingan lo duduk sama Luna," saran Nara sembari melirik Virga. "Dan juga biar Virga punya teman ngobrol. Dia sering gabut soalnya, apalagi kalo kuotanya habis."

Yoga kemudian duduk dengan gaya seperti ditawarkan duduk di singgasana samping putri raja, kemudian menoleh ke belakang untuk menatap Virga. "Kuota gue unlimited, lo bisa pake sepuas lo."

"As expected, you're that famous easy-going friend!" puji Virga bersungguh-sungguh, matanya langsung memantulkan sinar kebahagiaan seperti ketiban durian runtuh. "Gue doain lo jadian sama Luna, ya!"

"Secepat itu lo jual diri gue hanya karena kuota?" tanya Luna emosi meski ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan kemarahan karena dia tahu Virga hanya terlalu bahagia dengan pemakaian kuota cuma-cuma tanpa dibatasi. "Setidaknya kita harus kenalan dulu. Gue Luna--"

I'm Down For You • AGAPE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang