15). It's Real, not Dream

224 51 55
                                    

Now look straight at me. -F.M.

*****

"Ini kenapa bisa pas banget ya mereka pada menguap?" tanya Nara yang tidak tahan untuk tidak bertanya setelah memperhatikan gelagat duo Ferdian dan Luna yang berbaris bersisian di lapangan, sementara Virga turut mengamati apa yang sedang diperhatikan oleh pacarnya.

Sedari tadi baik Luna maupun Ferdian sama-sama membuka mulut mereka selebar mungkin selayaknya orang yang sedang mengalami kantuk parah.

Virga menyentuh dagunya dengan jemarinya, persis seperti seorang pemikir yang sedang serius mengemukakan sebuah hipotesa. "Menurut aku, ada yang nggak beres, bukan hanya sekedar sama-sama menguap aja."

"Hmmm," Nara memicingkan matanya, ikut-ikutan Virga yang tampaknya lebih tertarik dengan kisah Ferdian-Luna ketimbang instruksi terkait kepemimpinan yang disampaikan panjang lebar oleh salah satu instruktur. "Bener juga sih. Padahal menguap bareng itu bukan sesuatu yang harus dicurigai karena kita tau sendiri tidur di tenda itu bukan pengalaman yang menyenangkan hingga bisa meningkatkan kualitas tidur. Aku rasa aura mereka aja yang beda."

"Kayak ada chemistry baru?" tebak Virga, yang dugaannya benar karena tepat pada saat itu dia dan Nara bisa memperhatikan kalau Ferdian melirik Luna, lantas bersumpah kalau mereka melihat tatapan tersebut sarat akan jenaka yang menggoda.

Nara lantas memekik tertahan. Untung saja tidak ada tentara yang berdiri di dekat mereka dan posisi mereka tepat di paling sudut sehingga tidak ada yang curiga kalau daerah tersebut sempat terjadi gempa kecil.

"Kita harus interogasi si Luna," kata Nara tegas, apalagi setelah melihat kalau Luna jelas merespons tatapan Ferdian dengan senyum malu-malu.

"Kayaknya bener deh perkiraan kita. Kamu liat deh si Yoga. Kalo ada hujan lokal di atas kepalanya dia, aku nggak bakalan heran," kata Virga, menyikut pinggang Nara supaya mengikuti pandangan matanya.

Yoga berbaris tidak jauh dari mereka meski teknisnya dia berdiri di depan Krisna yang tubuh jangkungnya mendominasi. Walau Virga tidak bisa melihat bagaimana persisnya ekspresi Yoga sekarang, dia cukup tahu kalau cowok itu sedang mengalami sejenis tamparan batin. Di tenda saja sudah kelihatan sekali mood-nya, berbeda jauh dari Ferdian yang ekspresi sangarnya terlihat melunak.

Ini berarti, ada sesuatu yang terjadi di antara ketiganya.

Sesuai janji instruktur yang akan memulangkan pemenang dodgeball pulang lebih awal, Luna merasa lega karena kelompoknya diperbolehkan meninggalkan lapangan, bergabung dengan kelompok Ferdian. Mereka lantas bersorak, terlebih Virga yang sengaja meneriakkan yel-yel absurd untuk pamer.

Untung saja para tentara memaklumi aksinya.

Nara melirik Luna yang sibuk dengan tasnya sementara yang lain bahu-membahu melipat kembali tenda mereka seperti semula. "Na, gue punya firasat aneh. Lo mau tau?"

"Apa?" tanya Luna yang fokusnya masih belum teralihkan.

"Firasat gue mengatakan kalau lo lagi main sembunyi-sembunyi sama gue."

Gerakan Luna membeku, membuat Nara menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan.

Luna memang sangat payah dalam berbohong karena ekspresi polosnya sangat kentara, berbanding terbalik dengan Ferdian yang justru terlihat biasa-biasa saja seakan tidak ada hal aneh yang terjadi.

I'm Down For You • AGAPE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang