Happy Reading ❤
Hari pernikahan Abi dan Elena sudah ada di depan mata, tinggal satu minggu lagi. Namun, Elena kini dipusingkan dengan urusan pendaftaran di universitas. Gadis manis itu memilih untuk melanjutkan studinya di Damayang University dan mengambil jurusan Psikologi. Sebenarnya ia tak ingin mengambil jurusan tersebut, namun Abi menyarankannya. Ia ingat ia betul kata-kata Abi yang membuat pria itu mendapat ciuman maut dari Elena.
Tiga hari yang lalu....
"Mas, kira-kira aku bagusnya masuk jurusan apa?" Tanya Elena sambil menyeruput minumannya. Mereka berdua sedang makan bersama disalah satu cafe yang ada di dekat perusahaan Abi. Hubungan mereka berdua juga semakin hari semakin akrab.
"Psikologi."
"Nggak mau ah."
"Kenapa? Psikologi adalah jurusan yang bagus banget loh. Cocok untuk kamu yang otaknya di bawah kapasitas, terus kalau kamu masuk jurusan ini, kamu pasti bisa meluruskan otak kamu yang awut-awutan itu."
Hidung Elena kembang kempis melihat ekspresi menyebalkan Abi.
"Mas, kamu makin melunjak deh. Aku jadi tambah sayang sama kamu." Elena tersenyum manis, tiba-tiba ia menarik tengkuk Abi lalu mencium bibir pria itu. Ia bahkan menggigitnya hingga membuat Abi mengerang kesakitan.
"Kamu apa-apaan sih!" Kesal Abi.
"Siapa suruh kamu rese. Mas dengarin aku, jangan pernah bikin aku kesal kayak tadi. Kalau nggak, aku bisa perkosa kamu loh mas. Jadi kamu harus hati-hati."
Elena menggigit bibirnya menahan tawa. Gadis itu ingat betul ekspresi wajah Abi setelah Elena menyelesaikan kata-katanya. Abi bahkan tidak menghubunginya selama berhari-hari, jika bukan Elena yang memberi kabar lebih dulu, mungkin Abi enggan untuk mengabarinya.
Dengan langkah perlahan Elena memasuki pekarangan kampusnya, ia menatap takjub bangunan bertingkat yang berdiri kokoh di hadapannya.
Hari ini ia akan mengembalikan formulir pendaftaran, sekalian berkeliling.
Namun sepertinya ia kurang beruntung hari ini, tiba-tiba saja ia menabrak sesuatu yang keras hingga membuat tubuh mungilnya jatuh begitu saja.
"Aduh!" Pekik Elena. Ia mendongak, menatap kesal seorang pemuda yang hanya menyorotnya dengan tatapan datar.
"Mata lo udah pindah ke pantat lo yah? Jalan kok nggak liat-liat!" Pekik Elena, dengan perlahan ia berdiri.
"Lo yang nabrak, lo juga yang marah-marah. Situ sehat?" Sindir pemuda itu.
"Yeh, salah lo juga! Ngapain lo jalan di tengah-tengah."
"Suka-suka kaki gue dong. Orang berkaki pendek kayak lo mana ngerti."
"Anj..."
"Udah lah, nggak guna gue debat sama modelan bungkusan nasi uduk kayak lo." Setelah mengatakan itu, pemuda tampan ini berlalu meninggalkan Elena yang menghentakkan kakinya kesal.
Tak jauh dari tempat Elena, ada Abi yang berdiri sambil terus memperhatikan gerak-gerik calon istrinya. Ia lalu melirik Adam, asisten pribadinya.
"Siapa laki-laki tadi?"
"Namanya Argantara Dwi Cahya, anak dari pak Brata, rektor dari kampus ini."
Abi terdiam ketika mendengar nama pemuda tersebut. Pria itu mengepalkan tangannya.
"Awasi pemuda itu. Jangan sampai ia bersikap diluar batas sama Elena."
"Baik pak."
*****
Elena melirik jam tangannya, sekarang sudah pukul tiga sore. Abi berjanji akan menjemputnya setengah jam yang lalu. Namun sampai sekarang pria itu belum muncul juga.
"Ya Allah mas Abi dimana sih? Dia nggak di curi sama cabe-cabean atau tante girang kan? Aduh, mana gue udah lapar lagi." Elena menatap sekeliling, matanya tiba-tiba membulat saat melihat pemuda menyebalkan yang ia temui di koridor pagi tadi.
Elena berjalan sambil bersiul pelan, pura-pura menatap sekeliling. Ia melirik Arga, yang sibuk menyeruput minumannya sambil bermain ponsel. Dengan sengaja Elena menabrak bahu Arga hingga membuat minuman yang di pegang oleh pemuda itu tumpah dan mengenai bajunya.
"Oh my god!" Pekik Elena.
"Aduh, sori gue nggak sengaja." Elena memasang wajah bersalahnya.
Sedangkan Arga, ia mencengkram erat cup minumannya dan terus menatap wajah manis Elena.
"Gue, gue bersihin." Elena hendak membersihkan kemeja yang dipakai Arga namun langsung ditepis pemuda itu.
"Singkirin tangan lo itu!" Ketus Arga.
"Gue cuma mau bantu lo untuk bersihin baju lo doang."
"Gue nggak butuh. Lo pasti sengaja kan nabrak gue supaya minuman gue tumpah, iyakan?"
Elena tertawa mengejek, "oh, lo nyadar ternyata. Bagus deh."
"Lo nggak tahu siapa gue, jadi jangan macam-macam." Ancam Arga.
"Dan lo pikir gue takut gitu?"
"Lo!"
Arga hendak menapar Elena, namun seseorang tiba-tiba memelintir tangannya.
"Mas Abi!" Pekik Elena senang.
"Akh, tangan gue! Lepasin!" Pekik Arga kesakitan. Ia terkejut ketika melihat wajah Abi.
"Kalau kamu nggak mau tangan kamu patah, jangan pernah macam-macam sama pacar saya." Ucap Abi dengan nada rendah.
Elena mendesah pelan, ia meneguk salivanya karena terpesona akan sikap heroik Abi.
"Mas."
Abi menyentakkan tangan Arga, lalu beralih menatap Elena.
"Nggak usah peduliin kulit kacang ini. Lebih baik kita pulang sekarang, kita bikin anak yang banyak. Ayo mas." Elena menggaet lengan Abi namun langsung ditepis oleh pria itu.
"Maaf, saya bukan pria gampangan." Setelah mengatakan itu Abi meninggalkan Elena yang berdecak kesal.
"Hilih, dasar dada squisy!"
Spoiler! (Hanya ada di novel Duda Keren itu, Suamiku!)
Arga menghentakkan tangan Abi, menatap pria itu tak suka. "Jangan ikut campur lo, sialan. Kita nggak ada hubungan apa pun."
"Saya tahu. Saya datang kesini hanya ingin memperingatkan kamu. Perempuan yang hampir kamu tampar di koridor utama tadi, adalah calon istri saya. Sampai kamu berani macam-macam sama dia, saya tidak akan segan-segan membunuh kamu Arga."
Hello gengs! Aku kembali!!
Semoga kalian suka dengan ceritanya yah.
See you soon ❤
Jangan lupa vote sama komen yang banyak 🤗
![](https://img.wattpad.com/cover/224171287-288-k325139.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Keren Itu, Suamiku!!! (TERBIT)
HumorRomance-Komedi Cover by: @Novianti_nv 24/01/2022: Rank #1 on indonesiamembaca 18/1/2021: Rank #50 on lucu 18/1/2021: Rank #455 on cinta 18/1/2021: Rank #4 on duda 10/2/2021: Rank #1 on lucu 17/2/2021: Rank #1 on abi Elena Latifa Fredy, gadis 18 tahu...