Lima

74.2K 7.5K 414
                                    

Happy Reading ❤

Elena menatap penampilannya di cermin. Hari ini, keluarga Abi akan datang untuk melamarnya, sekaligus menentukan tanggal pernikahan mereka berdua. Sejujurnya ia mengakui kalau Abi itu tampan, namun ia belum terlalu menyukai pria tersebut.

"Apa keputusan gue untuk menikah sama dia udah tepat?" Gumam Elena. Bertepatan dengan itu pintu kamarnya di ketuk dan menampilkan Ami yang tersenyum padanya.

"Anak mama cantik banget sih." Ami mengusap rambut Elena.

"Ma." Panggil Elena.

"Kenapa sayang?"

"Apa keputusan untuk menikah dengan mas Abi udah benar?" Tanya Elena.

"Kenapa kamu bertanya kayak gitu? Kamu mau menolak pernikah ini?"

"Meskipun aku nolak, mama bakalan kekeh untuk menikahkan aku kan? Hanya saja, pernikahan itu sekali seumur hidup loh ma. Mas Abi udah gagal satu kali, aku takut kita nggak akan cocok terus mas Abi bakalan ceraiin aku."

Ami menggenggam tangan Elena.

"Mama tahu, maka dari itu kami akan kasih kalian waktu untuk saling mengenal terlebih dahulu sebelum kalian menikah nanti. Sekalian mempersiapkan segala sesuatunya. Sayang, mama nggak mungkin asal pilih calon menantu untuk kamu."

"Tapi mas Abi udah pernah cerai ma. Tandanya dia pernah punya masalah dengan mantan istrinya." Kata Elena.

"Lebih tepatnya mantan istri Abi yang bermasalah. Kamu nggak perlu pikirin itu, intinya Abi itu pria yang baik. Percaya sama mama."

Elena menghela napas, kemudiam tersenyum. "Oke, aku percaya sama mama."

"Yaudah ayo kita turun. Mereka udah pada nungguin kamu." Ami mengapit lengan Elena dan menuntun putri semata wayangnya.

Semua pasang mata yang ada di ruang tamu terus menatap ke arah Elena yang terlihat anggun dengan gaun putih miliknya. Ia semakin cantik dengan make up tipis, serta rambutnya ia gerai begitu saja.

"Cantik." Abimanyu bergumam dalam hati, tatapannya terus tertuju pada calon istrinya. Elena terlihat lebih anggun jika ia bersikap seperti ini, sangat berbeda dengan Elena yang ia jumpai semalam.

"Ya ampun, calon mantuku cantik banget sih!" Maya tersenyum lebar sambil melirik Abi yang terdiam.

"Makasih tante."

"Jangan tante dong. Kamu kan akan jadi istrinya Abi, otomatis kamu akan menjadi anak saya juga. Maka dari itu kamu panggil saya mama."

"Iya ma." Ucap Elena sambil membalas senyuman Maya dan Bram, orang tua dari Abi.

"Nah, jadi gini jeng. Tujuan aku sama suamiku dan juga Abi datang kesini itu untuk melamar Elena."

"Terima kasih atas niat baiknya mbak Maya. Tapi, Elana masih delapan belas tahun dan juga dia masih harus melanjutkan sekolahnya, selain itu Elena masih beriskap seperti anak-anak, dia belum dewasa. Jika dia menikah dengan Abi, apa Abi bisa memaklumi semua itu?" Bagas, papa dari Elena menatap Abi yang tersenyum tipis.

"Saya pasti akan memberikan ruang untuk Elena om. Selama apa yang Elena lakukan itu positif, saya pasti akan mendukung dia. Dan juga untuk kebutuhan Elena, saya sudah membicarakan itu dengannya kemarin. Dan dia setuju, iyakan?" Abi menatap Elena yang mengangguk pelan.

"Tapi om, jujur saya belum memiliki perasaan apapun dengan Elena." Abi berterus terang.

"Saya mengerti, dan saya yakin Elena juga pasti seperti itu." Bagas melirik Elena yang memilih untuk menunduk.

"Kalau ganteng kayak dia mah, detik ini juga gue bisa jatuh cinta. Asal cogan mah, gue ikhlas-ikhlas aja." Sahut Elena dalam hati.

"Maka dari itu, mama dan mamanya Elena sudah berdiskusi. Sebelum kalian berdua menikah, kita bakalan ngasih kalian waktu satu bulan untuk masa pendekatan. Dan kalian akan menikah, seminggu sebelum Elena masuk kuliah. Gimana?" Maya menatap Elena dan juga Abi bergantian.

"Ide bagus ma. Elena setuju."

"Abi?"

"Selama ini bisa membantu hubungan aku dengan Elena, aku fine-fine aja ma."

"Oke, jadi putuskan saja. Pernikahan Elena dan Abi itu berlangsung pada bulan sebelas tanggal tujuh belas."

Elena tersenyum miring saat Abi tak sengaja melirik ke arahnya. Gadis itu menggigit bibirnya, mencoba menggoda pria tampan itu.

"Sial!" Umpat Abi dalam hati.

Elena mengetikkan sesuatu di ponselnya. Tak lama setelah itu, ponsel Abi bergetar menandakan ada pesan yang masuk. Mata Abi membulat saat membaca pesan yang masuk, ia mendelik kesal pada Elena yang menyeringai.

Elena: Mas, gimana kalau kita skididapap sebelum nikah. Jadi pas malam pertamanya nggak usah pake pemanasan, langsung tusbol aja.

Abi mendengus, menyesal memberikan nomornya pada gadis sinting dihadapannya ini. Dengan kesal ia mengetikkan sesuatu, membalas pesan Elena.

Abi: Otak kamu itu sudah kamu tukar tambah sama otak bekantan yah? Dangkal amat pemikirannya, mending kamu pergi wc sana. Cuci otak kamu pake vanish, biar noda-nodanya pada hilang. Eh Elena, makanya, pas Tuhan lagi bagiin otak, jangan keluyuran. Jadi gini kan, bukannya kamu dapat otak manusia, kamu malah dapat otak bekantan! Dasar.


























Cerita ini mengandung unsur kegilaan. Jadi untuk kalian yang merasa pembaca dibawah umur, mending jangan baca cerita ini. Takut pikiran kalian tercemar dengan adegannya.

Aku harap kalian bijak dalam membaca, ambil positifnya jika ada dan buang negatifnya.

Terima kasih 🙏

Jangan lupa untuk vote dan komen 😄

Duda Keren Itu, Suamiku!!! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang