Nesa menyelesaikan kelas terakhirnya dengan sedikit lesu.
Ia teringat kejadian di kantin tadi.
Nesa pergi ke kantin dan memilih menu makanan. Kali ini gantian ia yang memesan dan Lia yang mencari tempat duduk.
Saat ia sedang menunggu makanannya dibuat, Lino dan gengnya lewat.
"Dasar lu punya otak pinter gak dibagi-bagi sama gua anjir." Kata Vernon sambil merangkul Lino.
"Salah lo sendiri gak belajar." Lino tertawa jahil.
"Sialan lo!"
Mata Nesa sibuk menatap sosok Lino. Sedikit berharap agar orang itu menyapanya duluan.
Tapi Lino hanya terus berjalan melewatinya. Justru Vernon lah yang menyapanya.
"Oy Nes!"
Hanya sebentar saja karena mereka langsung pergi dari kantin.
Nesa tersenyum kecil pada Vernon walau Vernon sudah melewatinya. Dalam hatinya bertanya-tanya kenapa Lino tak menyapanya? Apakah karena ketutupan Vernon?
Set!
"Ih! Apaan si lo!"
Nesa kaget begitu diteriaki oleh seorang perempuan yang tak sengaja menyenggolnya.
"Maaf kak Sakura." Kata Nesa pelan. Walau bukan ia yang salah, tapi ia menghormati Sakura sebagai kakak tingkatnya jadi ia lebih memilih untuk mengalah.
Sakura tampak merapihkan poninya sebentar sebelum kembali menatap Nesa tajam.
"Oh... Lo yang ngaku-ngaku pacarnya Lino ya?" Sakura memandang remeh Nesa. "Maaf-maaf aja ya kalau Lino nanti bakal gua rebut. Habis penampilan lo biasa banget sih."
Hati Nesa terasa sakit ketika mendengar kata-kata kasar dari Sakura. Namun, ia hanya diam.
"Hati-hati dek, banyak yang ngincer Lino soalnya."
Setelah mengatakan itu, Sakura pergi. Ia berlari kecil menghampiri gerombolan Vernon dan Lino, menepis tangan Vernon yang masih bertengger di pundak Lino, dan menggantikannya dengan tangannya yang merangkul lengan Lino manja.
Dan itu membuat Nesa lebih sakit hati lagi karena Lino sama sekali tidak menunjukan penolakan terhadap perlakuan Sakura padanya.
"Hahh...." Hela napas Nesa pelan.
Sepertinya kemarin ia baru saja luluh dengan sisi lain dari Lino. Namun, kali ini Lino kembali seperti seolah tak mengenalnya.
Tapi Nesa tetap berusaha berpikir positif.
'Mungkin kak Lino sibuk ngobrol dengan teman-temannya.' Pikir Nesa.
"Woy!" seruan Lia membuyarkan lamunan Nesa.
"Gua ada janji sama kak Mina buat ngebahas materi presentasi Pak Bambang. Lu pulangnya mau bawa mobil gua aja apa gimana?"
"Duh, kamu kan gabisa naik angkutan umum. Aku naik bus aja gapapa kok."
"Hehe yaudah kalo gitu gua duluan ya!" Lia pun pergi.
Nesa menghela napas pelan lalu berjalan keluar dari gedung fakultasnya. Ia tak sadar kalau ada orang yang mengawasinya sejak ia keluar dari gedung.
.
Di sisi lain...
"Woy Lino!"
Vernon langsung merangkul pundak sahabatnya itu, yang sedang duduk manis di kelas.
"Dih baru juga tadi dikasih tugas, udah lu cicil aja." Kata Vernon sambil melirik kerjaan Lino.
"Jangan nyontek ah!" kata Lino kesal, "Kenapa lu lari-lari gitu?"
"Oh ini...gua tadi liat pacar lu jalan sendirian ke gerbang tuh. Gak lu ajak pulang bareng emang?"
Lino menatap Vernon malas lalu kembali pada pekerjaannya.
"Gua sibuk."
Vernon memukul pelan kepala Lino, "Dih! Punya pacar tuh dijagain dong! Gua liat tadi ada cowok merhatiin Nesa terus. Gua gatau sih dia siapa, apa mungkin suruhan—woy lu mau kemana?!"
Perkataan Vernon terputus begitu melihat Lino yang berlari cepat keluar kelas.
.
Lino berlari ke dekat gerbang. Ia bernapas lega begitu melihat Nesa yang masih mengobrol dengan beberapa teman perempuannya tepat di dekat gerbang.
"Oke makasih ya, Nes. Gua mentok di soal ini soalnya." Kata salah satu temannya yang tadi mencegat Nesa itu.
"Iya sama-sama."
"Nes!"
Nesa dan beberapa temannya itu langsung menoleh ke sumber suara dan terkejut begitu mendapati Lino yang sedikit terengah-engah berjalan cepat ke arah mereka.
"Duh pacarnya nyamper. Kalo gitu kita duluan ya, Nes! Dadah!" pamit teman-temannya itu.
Kini tinggal Nesa sendirian bersama Lino yang masih melirik ke beberapa arah acak.
"Kenapa kak?" tanya Nesa pelan. Moodnya kembali turun karena ia teringat sikap kak Lino di kantin tadi.
"Eh? Em...itu..."
"Kalau kakak gamau bilang apa-apa, Nesa mau pulang aja. Tugas Pak Bambang udah nunggu buat Nesa cicil." Nesa berniat pergi, tapi ditahan.
"Eh bentar, Nes!" Lino menahan kedua pundak Nesa, membuatnya menghadap ke arah Lino lagi.
"Tugas Pabam yang mana?"
"Pabam?" tanya Nesa bingung.
"Pak bambang...panggilan sayang gua ke dia tuh, spesial hehe."
Nesa menatap Lino yang tersenyum lebar. Ia lalu tertawa pelan, "Hahaha, kak Lino bisa aja ya."
Nesa kembali tersenyum. Sepertinya hanya butuh waktu sebentar untuk Lino membangun kembali mood Nesa yang tadi jelek.
"Hahaha," Lino ikut tertawa melihat tawa manis Nesa, "Iyanih. Abis si Pabam greget banget kalo ngasih tugas."
"Nesa kira apaan. Em... kita disuru bikin presentasi tentang materi Hidrokarbon gitu kak."
"Oh tugas itu... Gua juga disuru gitu dulu! Gimana kalau lu ke apart gua aja?"
"Hah?!" kedua mata Nesa membulat karena tak percaya perkataan Lino barusan.
"Gua kasih liat ppt gua waktu dulu. Gua gabawa laptop sekarang."
Nesa diam, tampak sedang berpikir. Kemudian berkata, "Kak maaf... Aku gaboleh sembarangan masuk tempat tinggal cowok sama mama."
"Hah?" Lino terdiam sejenak. "Bwahahah!" Akhirnya Lino tertawa cukup kencang, membuat orang-orang disekitarnya menatapnya tajam.
"Ekhm." Lino berdeham dan kembali tenang.
"Gua paham kekhawatiran lo. Santuy napa di apart gua lagi ada adek cewek gua kok."
"Ohh gitu." Nesa masih menimbang-nimbang tawaran Lino.
"Udah ayok buruan!" Lino mendorong pundak Nesa dari belakang dan pergi menuju parkiran mobil.
Tanpa Nesa sadari, mata Lino dari tadi tetap terpaku pada seseorang.
'Duh, mata-matanya dia ternyata. Untung gua gercep anjir!' kata Lino dalam hatinya.
Sebagai permintaan maaf, ini aku kasih lagi <3 -ratara
KAMU SEDANG MEMBACA
SIAPA?
FanfictionMereka tidak saling mengenal satu sama lain. Nesa kira Lino hanya bercanda saat mengumumkan pada semua orang kalau mereka berpacaran. Lino kira ia tidak perlu bertindak lebih jauh lagi. Ia akui dirinya gila karena berpacaran dengan Nesa, gadis tak i...