Nesa menatap tak percaya pada sosok yang kini sedang menggenggam tangannya erat itu. Bagaimana bisa? Kenapa?
"Tsk! Lu ngapain disini hah?!" teriak Hari kesal.
"Jangan deketin Nesa lagi." Lino mengatakan itu dengan dingin sambil menatap tajam ke arah Hari.
"Lu pikir lu siapa hah?!" Hari mendorong sebelah pundak Lino dengan salah satu tangannya.
Lino mundur perlahan, ia tetap menyembunyikan Nesa dibalik badannya.
"Gua punya urusan yang belom selese sama Nesa. Jadi gua mau nyelesein sekarang."
"Gak! Lu udah narik-narik paksa dia. Ini namanya pemaksaan! Dan Nesa juga gak nyaman sama lo!"
Grep!
Hari mencengkram kerah Lino begitupun sebaliknya. Mereka kini saling melemparkan tatapan tajam penuh kebencian.
"Gak usah sok ikut campur masalah gua ya!"
"Gua harus ikut campur! Karena Nesa itu pacar gua!"
Deg...
Nesa merasa terkejut mendengar perkataan Lino.
Tidak, perasaan ini tidak sama ketika pertama kali dia ditanyai oleh Vernon soal apakah dia pacaran dengan Lino atau tidak.
Dan perasaan ini lebih aneh daripada saat Lino benar-benar memintanya untuk memberinya kesempatan mendekatinya.
Nesa merasa perasaan hangat menyelimuti hatinya. Namun, ia masih tidak yakin tentang perasaannya itu.
Bugh!
"Kak Lino!" pekik Nesa.
Hari memukul keras rahang Lino, membuatnya mundur ke belakang sementara dengan cepat Lino menyuruh Nesa mundur lebih jauh dari mereka. Nesa pun dengan cepat menurut.
"Kurang ajar! Lu pikir gua percaya!!" teriak Hari.
Bugh!
Lino meninju pipi Hari, sebagai balasan karena sudah memukulnya tadi.
"Kak Lino! Udah!" teriak Nesa, tapi tidak mereka gubris.
"Cih!" Hari tersenyum remeh, "Gak mungkin Nesa mau sama bajingan kek elu!"
"Brengsek! Gua gak peduli lu percaya atau enggak! Yang jelas gua gabakal biarin lo macem-macem ke Nesa!"
Bugh! Bugh!
Kedua pria itu saling baku hantam. Lino menendang tulang kering Hari, membuatnya terjatuh. Lalu Hari bangkit dan berhasil meninju perut Lino, membuat Lino sedikit ambruk. Beberapa pegawai kafe yang lewat sudah berusaha melerai mereka tapi malah berakhir dengan wajah mereka terkena imbas pukulan meleset Hari dan Lino. Para pegawai itu kemudian pergi memanggil bantuan untuk melerai mereka.
Sementara itu, Hari dan Lino kembali saling baku hantam. Mereka berkali-kali memukul dan terkena pukulan satu sama lain sampai akhirnya Lino menendang dada Hari hingga membuatnya terjatuh menubruk tumpukan kayu di belakangnya.
Hari limbung dan tidak kuat berdiri. Lino menatap Hari remeh lalu pergi menghampiri Nesa yang sudah memasang wajah khawatirnya.
"Kak!! Udah kubilang jangan diterusin! Liat kakak jadi kayak gini kan!" Nesa berbicara dengan cepat. Ia khawatir dan Lino tau itu.
"Gapapa. Gua udah biasa."
Tak berapa lama, beberapa orang datang. Lino langsung menjelaskan situasinya kepada para pegawai kafe tersebut.
Tapi tiba-tiba...
"Hey! Apa yang kau lakukan!"
Teriakan salah satu pegawai itu membuat Lino dan yang lainnya berbalik dan menatap ke arah Hari yang kini memegang salah satu balok kayu berukuran sedang di tangannya.
"Hey! Turunkan itu, nak!" kata pegawai yang lainnya.
Hari tersenyum kesal ke arah Lino.
"Gua bakal bales elu, Lino brengsek!!!"
Brak!!
Satu pukulan kencang itu tepat mengenai tangan kanan Lino yang berusaha melindungi kepalanya, yang diincar oleh pukulan Hari.
"Akh!!" Lino limbung dan terjatuh, ia memegang tangannya yang terasa sangat sakit.
"Kak Lino!" Nesa meneteskan air matanya, tidak sanggup melihat ini semua. "Kak Hari, udah kak! Taruh itu kak, bahaya!"
Hari tidak memperdulikan Nesa. Ia perlahan mendekati Lino yang tersungkur di tanah. Beberapa pegawai tadi sudah mundur kebelakang menjaga jarak, mengingat Hari bisa mengayunkan kayu itu kapan saja ke mereka. Nesa langsung buru-buru menelpon polisi tanpa sepengetahuan Hari.
"Akh..." Lino masih meringis menahan sakit di tangan kanannya.
"Mati lu hari ini, Lino! Habis lu sama gua!!!"
Tepat saat Hari mengayunkan kayu itu untuk memukul Lino, Nesa berlari ke arahnya.
Ia merendahkan badannya agar sejajar dengan Lino dan merentangkan kedua tangannya untuk mencegah Hari melanjutkan pukulannya. Namun, Hari sudah terlanjut mengayun kayu itu kuat.
Brak!!
"Nesa!!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SIAPA?
FanfictionMereka tidak saling mengenal satu sama lain. Nesa kira Lino hanya bercanda saat mengumumkan pada semua orang kalau mereka berpacaran. Lino kira ia tidak perlu bertindak lebih jauh lagi. Ia akui dirinya gila karena berpacaran dengan Nesa, gadis tak i...