Part 10

2.4K 325 39
                                        



Happy Reading Chinggudeul

Chandra terpaku di tempatnya, masih terlalu syok dengan informasi yang di terimanya barusan. Ini terbilang masih terlalu pagi untuk menerima informasi yang buruk, maksudnya apakah tidak bisa bule receh memberi informasi itu nanti siang saja, saat benar benar kesadaran Chandra sudah terkumpul. Ia baru saja pulih, lalu tiba tiba dapat informasi mengejutkan seperti ini selepas sakit, rasanya dia seperti mau drop lagi.

"Chan? Are you ok?" Renanda mendekat ke arah Chandra.

Chandra menggeleng, "Kurasa tidak Ren" kemudian di tatapnya Renanda yang berdiri di sampingnya. "Bolehkah kamu memelukku Ren?"

Renanda mengangguk, dengan suka rela di peluknya dengan erat atasannya itu, serta memberi tepukkan tepukkan halus di punggung lebarnya.

"Mau berbagi denganku?" Tanya Renanda pada Chandra.

Chandra menghela nafasnya, pelukkannya dia pererat, kepalanya semakin dia masukkan ke dalam ceruk leher jenjang Renanda.

Kenapa dengan berada di dekat Renanda, Chandra seperti merasa sempurna, kenapa dengan berada di dekat Renanda, Chandra bisa merasa senyaman ini, dan kenapa pelukkan Renanda selalu bisa membuatnya merasa tenang?

Rasanya berbeda dengan saat dia bersama Lami dulu, dengan Renanda dia merasa seperti puzzle yang menemukan pelengkapnya.

"Aku gak tahu harus ngomong apa Ren, aku masih sulit percaya dengan informasi tadi. Kenapa harus dia pelakunya Ren? Kenapa harus orang yang deket dan aku percaya banget Ren?" Chandra terdengar putus asa, berulang kali dia hembuskan nafasnya.

Renanda melonggarkan pelukkan mereka, dan menjauhkan badannya dari Chandra. Menatap mata hazel pemuda itu lekat lekat, kemudian tersenyum, "Mungkin ini cara Tuhan Chan untuk menjauhkan kamu dari orang Toxic. Gak semua orang yang terlihat baik benar benar baik dalemnya Chan. Dan gak semua orang terdekatmu bisa kamu percaya begitu saja Chan, kadang musuh paling ulung adalah orang terdekat kita sendiri" dia tersenyum lagi, lalu melanjutkan ucapannya, "Ayo katanya mau kekantor"

———

"Chan? Jadi gimana? Apa kita perlu ke perusahaan cabang?"

Chandra mengangguk samar, "Biar jelas semuanya kita harus buktikan langsung. Gue pengen musnahkan tuh manusia" Kilatan amarah terlihat jelas dari bola matanya. "Ajak Renanda No, gue butuh dia"

Kening Jeno mengkerut, "Lah kan udah ada gue Chan. Kenapa ajak Renanda lagi"

"Tinggal ajak aja sih No, gak usah banyak bacot"

Jeno mendesah pelan. Terlalu malas untuk bertanya lagi. "Jangan baperin anak orang Chan, pastiin dulu lo bener bener udah kelar sama masa lalu" Setelah mengucapkan kalimat itu, Jeno pergi keluar meninggalkan Chandra yang langsung diam membisu di tempat duduknya.

Jeno tahu, bahwa Chandra sudah mulai tertarik dan nyaman dengan keberadaan Renanda. Hanya saja, Jeno belum yakin bahwa sahabatnya itu telah sembuh dari masa lalunya. Bukannya Jeno melarang sahabatnya itu untuk mencoba membuka hati, namun rasanya akan salah jika nanti mereka memulai hubungan namun salah satu pihak ternyata masih membagi hatinya.

———

Situasi seperti ini yang sebenarnya Jeno malaskan, dirinya seperti di anggap tidak ada di dalam mobil. Padahal belum lama Jeno, memperingati sahabatnya itu agar tidak membuat anak orang terlalu berharap padanya. Tapi, coba lihat sekarang. Dengan tidak tahu dirinya tangan Renanda di genggam terus oleh Chandra selama menyetir. Belum juga official udah main skinship aja mereka berdua.

Jeno geram sebenarnya dengan Renanda, kenapa pemuda mungil pasrah saja di perlakukan seperti ini oleh Chandra. Apa yah orang bilang, HTS? Bodoh amat sama apa namanya itu, tapi yang jelas Jeno jadi emosi melihat kelakuan sahabatnya yang seperti menggantungkan perasaan Renanda.

Selfish [HyuckRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang