Happy Reading ChinggudeulSudah hampir 10 menit Renanda hanya diam berdiri di balkon kamar apartnya. Memandang jalanan kota di siang hari yang cukup pada dengan tatapan kosong. Dadanya masih sesak memikirkan kejadian tadi di kantor Chandra. Matanya yang membengkak karena terlalu lama menangis. Sedang hidungnya yang memerah.
Dalam perjalanan saat menuju ke apartnya dari kantor, Renanda berusaha meredam tangisannya sendiri. Untung saja dia selalu membawa hoodienya di dalam tas kerjanya, sehingga dia bisa menggunakan hoodienya untuk menutupi wajahnya yang terlihat kacau.
Entahlah Renanda tidak tahu kenapa dia bisa sekecewa ini mendengar pernyataan dari Lami tadi pada Chandra. Apa itu karena dia kecewa akan sikap Chandra yang tidak mengetahui kehamilan Lami serta tidak bertanggung jawab atas kehamilannya atau karena memang dia benar benar sudah jatuh cinta kepada Chandra.
Tapi, bukankah Renanda tidak seharusnya merasa kecewa seperti ini? Maksudnya, apa hak Renanda merasa kecewa tentang hal itu. Dia tidak terikat hubungan apa apa dengan Chandra, jadi untuk apa dia merasakan kecewa sampai seberat ini. Apa pengaruh Chandra terhadap dirinya memang sudah sampai sebesar itu?
Kalau sedang kacau seperti ini, biasanya pelarian Renanda hanya pada Narra. Hanya Narra tempatnya bisa berbagi. Renanda memang tipe orang yang tidak bisa ditinggal sendirian kalau sedang kacau, bisa bisa dia akan melakukan hal yang tidak tidak nantinya. Makanya hanya Narra yang selalu menjadi tempat pelariannya untuk melepas semua keresahan yang selalu di alaminya. Tapi ini sekarang bagaimana, Narra tidak ada disini, pria itu pasti sangat sibuk di kantornya, tadi saja dia tidak sempat mengantar Narra ke kantor. Pesan yang di kirim Renanda ke Narra pun tak kunjung mendapat balasan.
Atau apa dia bisa melepaskan keresahaannya ini dengan melakukan kebiasaannya dulu? Tapi pasti Narra akan sangat marah jika tahu Renanda kembali melakukan hal itu. Hanya saja sekarang ini Renanda benar benar ingin melampiaskan kekecewaannya, dia ingin melampiaskan sesak di dadanya.
———
Renanda melangkah memasukki kamarnya menuju meja kecil di sudut kamarnya, membuka satu persatu laci meja itu mencari benda kecil itu yang entah di mana terselip.
Ketemu
Renanda tersenyum lega dan mulai menggores tangan kecilnya dengan benda itu.
Benar, inilah kebiasaan lama Renanda saat dia merasa tertekan atau kacau. Melukai tangannya sendiri dengan silet. Entah kenapa dengan cara seperti itu, Renanda merasa seperti semua pikiran kacaunya seketika hilang begitu saja. Melihat darah segar akibat goresan silet itu seperti ada kepuasan tersendiri dalam dirinya.
Saat Renanda akan menggores tangannya lagi dengan silet, tiba tiba pintu kamarnya terbuka. Menampilkan sosok bertubuh tinggi tegap yang menatapnya marah.
Renanda segera menyembunyikan tangannya kebelakang badannya.
Pria bertubuh tinggi tegap itu langsung menghampiri Renanda yang duduk di atas ranjangnya.
"Apa yang kau lakukan Renanda?" tanyanya marah, dengan cepat dia menarik tangan Renanda yang disembunyikan di belakang badannya. "Kenapa kau melukai dirimu sendiri seperti ini?" Di raihnya silet di tangan Renanda lalu meremasnya dengan kuat, dia tidak memusingkan tangannya yang sudah penuh dengan darah segarnya sendiri. Dia hanya memikirkan Renanda, kenapa sampai pria mungilnya ini bisa melukai dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Selfish [HyuckRen]
Fanfiction-END- "Kamu adalah kesalahan terbesar yang paling aku syukuri" -Haedar Chandra Syahputra "Kalau kamu memang benar mencintaiku. Seharusnya hatimu hanya untukku" -Renanda Evanio Xavier "Aku memang sangat mencintaimu. Tapi jika bahagiamu bukan denganku...