IV

48 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















        "Tidak apa-apa karena kesulitan hanya dirasakan sesaat. Jika kau tidak ingin merasakan kesulitan maka jangan bermimpi, karena impian adalah beban"







_______Bagimu ayahmu adalah segalanya, dia adalah cinta pertamamu, kekasihmu, sekaligus sahabatmu. Kau tidak bisa membayangkan jika kau kehilangannya, kehilangannya sama saja seperti kau kehilangan duniamu.

"Hai ayah! Boleh aku pergi?" Kau tersenyum pada ayahmu dan mencium sekilas pipinya ketika ayahmu Tengah duduk di meja makan.

"Uhum... Kau bahkan tidak punya teman." Ayahmu berguma dengan mulut penuh makanan.

"Kalau begitu ayah temani aku? Aku ingin membeli sesuatu untuk pelajaran sekolah." Katamu ketika kau duduk di sebelahnya.

Sebenarnya kau tidak yakin ayahmu bisa pergi bersamamu, meskipun ini akhir pekan tapi ayahmu sungguh benar-benar sibuk. Ayahmu adalah seorang pemimpin perusahan dan ayahmu adalah pemimpin yang hebat.

"Maafkan ayah sayang tapi ayah benar-benar sibuk. Hari ini ayah ada meeting,  ayah janji akan meluangkan waktu untukmu lain kali." Ayahmu terlihat menyesal dan kau merasa sedih.

"Kemana kau akan pergi? Boleh ayah mengantarmu?" Ayahmu membelai lembut rambutmu.

"Tidak apa-apa aku mengerti ayah." Kau tersenyum padanya dan mencoba mencairkan suasana yang tidak cukup nyaman ini.

Kau tidak ingin melihat ayahmu sedih apalagi itu karenamu, kau hanya memilikinya di dunia ini. Ayahmu bahkan bekerja keras untuk memberikan segalanya yang kau inginkan termasuk mengorbankan waktunya bersamamu dan kau merasa bersalah jika melihat ayahmu sedih.

~

    Ayahmu mengantarkanmu di depan sebuah pusat perbelanjaan. Meskipun kau menolak tapi ayahmu benar-benar mengantarmu pergi, jadi di sinilah kau sekarang. Tidak tahu apa yang harus kau lakukan, mungkin yang pertama kau harus menonton film, membeli peralatan sekolah dan pulang.

"Terima kasih ayah." Katamu ketika kau keluar dari mobilnya.

"Kau belum mencium ayah." Ayahmu cemberut.

Kau tersenyum dan kembali membuka pintu, memberikan ayahmu ciuman di pipi.

"Bersenang-senang sayang." Ayahmu bergumam dan kau melambaikan tangan padanya.

Setelah ayahmu pergi kau segera masuk ke dalam dan hal yang pertama kau lihat adalah Jimin, kau sungguh ingin melihatnya tapi tidak sekarang. Tidak ketika dia sedang bersama kekasihnya, bergandengan tangan dan kepala gadisnya bersandar di bahunya.

Kau melangkah berlawanan dengannya, tak ingin dia melihatmu. Demi tuhan Seoul ini besar tapi kenapa kau malah bertemu dengannya.


    Jam-jam berlalu dan kau sudah melakukan semuanya termasuk membeli peralatan sekolahmu, kau tidak tahu harus pergi kemana lagi, tapi kau memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Selain kau suka membaca, kau juga suka kesunyian.

Kau berjalan ke sudut ruangan dan disitulah kau melihatnya lagi. Seseorang yang pamiliar terlihat di depanmu, Jimin bersandar di meja menenggelamkan kepalanya di tangannya dan ada earphone di telinganya. Bedanya dia sekarang sendiri, bukankah dia tadi bersama kekasihnya?

Kau perlahan berbalik melangkah pergi, tidak ingin mengganggunya. Lagi pula kalian tidak terlalu dekat. Tetapi sebuah suara menghentikanmu.

"Menghindariku." Katanya.

Kau berbalik dan melihat Jimin yang tersenyum manis ke arahmu. Kau menggelengkan kepalamu dan tersenyum canggung.

"Kau tadi tertidur, aku hanya tidak ingin mengganggumu." Gumammu.

Dia melambaikan tangannya ke arahmu dan menunjuk bangku di sebelahnya isyarat untukmu agar kau duduk di sampingnya,
Kau tersenyum dan berjalan ke arahnya.

"Kenapa kau disini, tadi aku melihatmu bersama kekasihmu?" Katamu ketika kau duduk di sampingnya.

"Benarkah!" Jimin menaikan alisnya, seperti sedang berpikir. "Dimana?" Katanya lagi.

"Di mall." Tadi aku tidak sengaja melihatmu, katamu jujur.

"Benar! Kita berkencan tapi hal kecil membuatnya marah dan meninggalkanku, jadi aku memutuskan pergi kesini." Jimin terlihat frustasi.

"Kau harusnya mengejarnya." Katamu.

"Aku sudah sering melakukannya, aku benar-benar lelah sekarang." Suaranya terdengar sangat serius dan hampir seperti bisikan.

Kau tidak mengatakan apapun, bingung harus mengatakan apa. Kau tidak pernah menjalin hubungan sebelumnya jadi kau benar-benar tidak tahu harus memberi saran seperti apa.

"Aku lelah." Katanya ketika dia menyandarkan kepalanya di bahumu.

Kau terkejut dan waktu serasa berhenti. Kau gemetar dan perutmu kesemutan, jantungmu juga berdebar kencang kau sangat takut Jimin akan mendengarnya.

"Jimin apa yang kau lakukan?" Kau bertanya gugup.

"Hanya lima menit, okay!" Dia bergumam ketika dia menutup matanya.

Dan itu berlalu sampai lima puluh menit.

Satu hal yang kau rasakan adalah, hatimu. Hatimu terasa aneh saat kau bersama Jimin,  selalu ada rasa sakit dan bahagia yang kau rasakan secara bersamaan.

              🍁🌺🍁🌺🍁🌺🌺🍁🌺🍁🌺🍁

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang