XIII

12 1 0
                                    

Mau melihat bulan di rumahku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mau melihat bulan di rumahku?

Jimiinnnnn-shhiiiiiii (pake suara jungkook manggilnya)

____________________________________________________________________________

       Hari telah berganti, tapi Taehyung dan Jimin, mereka menghindarimu. Alasan Taehyung Mungkin karena dia tidak suka kau berbicara dengan Jimin.  Dan alasan Jimin mungkin karena kau telah menuduh pancarannya selingkuh tanpa bukti.

Ya, kau tidak punya bukti tapi setidaknya kau sudah memberitahunya. Setidaknya kau mencoba, meskipun tidak berhasil, kau tidak peduli.

Kau kecewa padanya, bagaimana dia bisa berpikir begitu rendah terhadapmu, sedikit pun tidak pernah terlintas di benakmu untuk menghancurkan hubungan mereka. Yang ada, kau selalu mendukung kebahagiaan Jimin dan Rose, meskipun itu menyakitimu.

Lamunanmu buyar ketika tiba-tiba kau menabrak seseorang, dan ponselnya terlempar ke lantai, kau sangat panik.

"Aku minta maaf." Katamu ketika kau berjongkok untuk mengambil ponsel itu.

Kau akan mengembalikan ponselnya tapi pesan di ponsel itu ternampak jelas dan familiar.

Sweet heart :

Sayang bagaimana kalau kita ketahuan, rumornya sudah beredar.

Pengirim :

Nanti aku akan menjemputmu. Kau bilang padaku kau sudah putus dengannya?

Sweet heart :

Aku tidak bisa begitu saja putus dengannya, itu akan merusak reputasiku. Tolong mengertilah padaku. I love you.

Tanganmu gemetar saat melirik pria di depanmu.
Dia tersenyum dan menunggumu mengembalikan ponselnya dengan sabar. Kau bisa langsung mengenalinya.

Jung Hoseok.

Pria yang selingkuh dengan Rose berada di depanmu. Rumor itu benar, mereka benar-benar selingkuh di belakang Jimin.

Kau mengulurkan tanganmu dan memberikan ponselnya. "Terima kasih." Dia tersenyum dan berjalan melewatimu.

"Jung Hoseok." Suaramu kuat dan lantang.

Dia langsung berhenti dan berbalik menatapmu.

"Kau berkencan dengan Rose." Itu bukan pertanyaan, tapi seperti sebuah pernyataan untuk membuktikan bahwa rumor itu benar.

"Apakah kau akan memberitahu semua orang tentang itu?" Dia tersenyum semirik.

"Kenapa? Kenapa harus Rose? Dia berkencana dengan Jimin. Semua orang tahu itu." Katamu.

"Sepertinya park Jimin tidak cukup untuk membuatnya setia." Dia berjalan beberapa langkah ke arahmu, seperti sangat tertarik dengan apa yang akan kau katakan.

Kau tersinggung dengan ucapannya. Apa? Park Jimin tidak cukup bagi Rose? Dia lebih dari cukup, dan Rose hanya tidak tahu itu. Karena dia tidak melihatnya seperti itu.

"Sama sepertimu yang tidak cukup baginya untuk mempertahankan reputasinya." Kau mengangkat dagumu tinggi-tinggi.

Kau menatapnya yang mengerutkan alis, terguncang dengan kata-katamu.

"Dia mempermainkan Jimin, dan apa yang membuatmu bisa berpikir bahwa dia juga tidak akan melakukan hal yang sama padamu?" Kau bergumam lalu berjalan melewatinya.

Kau memasuki ruang seni dengan perasaan sedih, ruangan itu kosong, karena semua orang masih berada di autorium untuk mempersiapkan festival.

Hatimu sakit untuk pria yang kau cintai. Dia memberikan cintanya pada orang yang salah. Dia mengorbankan banyak hal untuk orang yang tidak layak mendapatkannya.

Kau mengambil kertas-kertas yang Yoongi minta, kemudian mengambil langkah cepat untuk membawanya ke ruang autorium. Tapi langkahmu terhenti ketika melihat seseorang berdiri di ujung lorong yang kosong, kau langsung mengenalinya. Pria berambut gold dan dia memakai sweater hitam.

Kau berjalan secara perlahan, tapi dia sebaliknya. Dia berjalan ke arahmu dengan langkah cepat. Matamu tertuju ke arahnya sampai kakimu berhenti di depannya.

Kau melihat betapa sedihnya dia, dan kau juga meras sedih untuknya. Sakit hati untuk pria yang kau cintai. Terluka dengan apa yang dia miliki.

"Jimin, maafkan aku." Kau merasa perlu mengatakan itu padanya. Kau tiba-tiba ingin minta maaf untuk segala yang di lakukan Rose pada hatinya. Kau harus minta maaf atas luka hatinya.

Dia tiba-tiba memegang bahumu, satu tangannya mencengkram tengkukmu. Dia menundukkan kepalanya dan kau merasakan bibirnya yang lembut di atas bibirmu. Ciuman yang lembut tapi sangat menuntut. Kau menutup matamu, kertas-kertas yang kau pegang tiba-tiba jatuh di lantai.

Jantungmu berdegup kencang di dadamu, dan ada perasaan lain yang berusaha keras kau lupakan tiba-tiba kembali datang. Perasan itu, perasaan yang hanya bisa kau rasakan untuknya.

Mungkin tidak ada yang mengerti, mungkin semua orang akan menganggapmu bodoh. Tapi kau tidak akan pernah bisa tahu kepada siapa hati akan jatuh cinta. Kau tidak bisa begitu saja memilih untuk hatimu, karena hati tahu apa yang diinginkan.

"Maaf karena aku menyakitimu kemarin." Jimin berbisik ketika dia menarik diri.

Matamu terbuka, kau masih tetap bisa merasakan kelembutan bibirnya di bibirmu meskinya dia sudah berdiri beberapa inci di depanmu.

"I-iya." Katamu hampir berbisik.

"Hei kalian sedang apa? Cepat lakukan persiapan." Suara Sarang bergema di lorong kosong. Kau melihatnya berjalan menjauhi kalian berdua.

Kau melirik Jimin, dia tidak menatap matamu malah membungkuk mengambil kertas-kertas yang jatuh berserakan.

"Ayo. Kita harus mengantar ini pada Yoongi." Dia berkata.

Dan kau sadar akan satu hal, dia tidak akan pernah membahas tentang ciuman itu.

__________________________________________________________________

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang