30

19K 1.3K 8
                                    

Jean menarik kedua tangannya secara paksa. Akan tetapi, tarikan dari kedua siswi di depannya ini sangatlah kuat.

Brukk

Tubuhnya didorong keras sampai membentur ujung wastafel toilet.

Selepas dari kantin Jean ingin ke toilet. Meski teman-temannya meminta untuk mengantarnya, tapi Jean menolaknya. Karena ingin berjalan sendiri sambil menghapal denah sekolah.

Setibanya di koridor kelas sepuluh, tiba-tiba Jean dihadang oleh kedua siswi. Entahlah, Jean belum kenal.

"Sakit tahu," ringis Jean sambil mengelus pinggangnya.

"Udah lo diem aja!" cela Leni. "Tahu," sambung April.

Jean merasa ada yang masuk ke dalam toilet. Matanya mendongak, siapa tahu ia bisa meminta bantuan.

"Wow, good job buat kalian. Kenapa? Mau minta tolong, lo?!" hardiknya tak suka dengan Jean.

"Dasar cewek kegatelan, kemaren sok-sok pulang bareng sama Jovan dan gue dikacangin sama Jovan." Jean menatap siswi yang sedang berkacak pinggang, seingatnya ia pernah bertemu.

"Kenapa?!"

Jean menggeleng. "Na, Ras, diapain nih?" tanya Leni.

Mendengar itu, perasaannya menjadi was-was. Jean takut. Trauma dengan masa di sekolah lamanya dulu.

Ana pun maju dan dengan tiba-tiba, tangannya menjambak keras rambut Jean. Jean memekik kesakitan tapi tak digubris oleh Ana.

"Sakit hah?! Makanya, lo jangan deketin Jovan," teriaknya penuh peringatan.

"Le–lepas."

"Oh ... udah berani?!" Jean menggeleng.

"Minggir Na." Ana mundur untuk memberi ruang temannya.

Kini giliran Laras yang maju. Tangan kananya mencengkram kuat kedua pipi Jean. Jean meringis kesakitan ketika kuku tajam milik siswi itu menggores permukaan kulitnya.

"Awas lo ya deket-deket Jovan. Jovan itu cuma punya gue!"

Laras, perempuan bermuka dua. Dia memang selalu mencari perhatian Jovan. Laras pun tahu kalau Jovan tidak percaya jika dirinya bermuka dua. Itu sebabnya, dia suka bermain dari dalam. Salah satunya, memakai nama Ana.

***

Farah menatap malas gadis yang sedari tadi mondar-mandir tak jelas di depan kelas mereka.

"Stop! Lo kenapa, sih, By?" heran Vanya.

"Jean lama banget ya, emang toiletnya di mana, sih?!" erangnya frustasi.

"Kenapa? Mungkin lagi boker dia," jawabnya asal.

Billa mengangguk. "Lo salah, dulu di sekolah gue sama Jean yang lama, kalo tuh Anak lama banget ke toilet, pasti lagi dibully. Dan gue nggak bisa bayangin kalo dia ngalamin gitu lagi di sini," jelas Beby yang membuat mereka semua menjadi gelisah.

"Kita susul," ajak Billa cepat.

***

Brakk

Jean terperanjak saat pintu toilet dibuka dari luar.

"Siapa yang lakuin ini?!" murkanya saat melihat kondisi Jean.

Jean menunduk takut. "Siapa?!" bentaknya yang malah membuat Jean semakin takut.

Jovan tersadar, kemudian berusaha mengatur amarahnya di depan Jean. Karena pasti Jean ketakutan.

Tanpa aba-aba Jean merasa jika tubuhnya melayang. Ternyata Jovan menggendongnya seperti bayi tanpa memperdulikan bau tak sedap dari tubuhnya.

Koridor sekolah yang awalnya tak terlalu ramai pun kini menjadi ramai akan bisik-bisik. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka dengan pandangan bingung, heran, tak suka, iri, dan lain-lain.

***

Lagi, Jean terperanjat saat pintu UKS terbuka dengan keras. Jovan menatap tajam para tersangka.

"Bener, 'kan, dugaan gue! Siapa yang lakuin ini sama lo?!"

Jean menunduk tak tahu menjawab apa. Ia hanya mengenal Laras saja, tapi selain itu? Jean menggeleng sebagai jawaban.

"Anastasya Alisia," sebut Jovan lalu pergi meninggalkan ruang UKS.

Mereka semua menatap Jovan sedikit heran. "Gue baru sadar kalo ada dia," celetuk Vanya.

"Ana?" tanya Farah yang sudah paham.

Jean menatap Farah bingung. "Mungkin."

"GENG CABE-CABEAN?!" pekik Billa tak menyangka.

Vanya melotot kaget. "LO DIGINIIN GENG CABE-CABEAN, JE?!" teriaknya tak kalah keras.

"Please, deh, gak usah teriak bego," tegur Farah sambil memutar bola matanya malas.

Vanya dan Billa cengengesan. "Geng cabe-cabean siapa?" tanya Beby tak mengerti.

"Yah itu, Ana, Leni, April, sama Laras," jawab Billa.

"Nah ... Laras, iya. Aku cuma tahu Laras aja," sahut Jean yang membuat mereka berempat menengok ke arahnya.

"Dasar tuh cewek! Muka dua banget!" Billa mengangguk setuju dengan ucapan Vanya. Fakta banget! Pikirnya.

"Terus gimana kejadiannya?"

Ya, mereka berempat tiba-tiba mendengar kedua siswi yang menggibah jika Jovan menggendong Anak baru ke arah UKS. Dan mereka tahu jika Anak baru itu adalah Jean.

Jean mulai menjelaskan seperti apa kejadiannya. Sampai di mana ia ditolong Jovan dan diberi seragam baru untuk mengganti seragamnya yang bau.

Sontak Billa dan Vanya melongo kaget atas pernyataan Jean. Mereka tak menyangka jika yang menolong Jean adalah Most Wanted sekolah. Mereka berdua tahu betul kalau Jovan adalah orang yang tidak peduli jika orang itu bukan orang terdekatnya.

Mereka berdua bertanya-tanya ada apa sebenarnya? Siapa Jean dimata Jovan?

***
TBC

Ada pelangi ... di bola matamu -Jamrud🌈

Thx u, next

JEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang