37

17.5K 1.1K 19
                                    

Di koridor sekolah, Jean bertemu dengan sosok yang membuatnya menangis semalam.

Jean membuang mukanya tak ingin bertatapan. Sedangkan Jovan, cowok itu terus menatap Jean. Jauh dilubuk hatinya, Jovan merasa sedih dan menyesal akibat tindakannya kemarin. Namun melihat perlakuan Jean yang sudah terlewat batas, Jovan menggeleng.

Jean menunduk lesu kala kembarannya itu hanya melewatinya tanpa mau memanggilnya. Apakah kemarin dirinya terlalu kasar dengan Laras? Apa itu masalahnya? Apa Jovan tidak melihat bagaimana kejadian yang sebenarnya?

Jean menggelengkan kepalanya. Kemudian melangkahkan kakinya menuju lantai dua. Di mana kelasnya berada.

"Lo nggak apa-apa, Je?" tanya Beby saat melihat wajah lesu Jean.

Jean mengangguk sambil meminum air di botol minumnya. "Kamu capek?" tanya Elvan memastikan.

Jean menggeleng. "Syukurlah," ucap Elvan.

"Tunggu, tunggu, kalian berdua ini emang seakrab itu ya?" heran Billa.

Elvan menatap Jean menyiratkan sesuatu, Jean menggeleng sebagai jawaban.

"Gimana sama tugas kelompok minggu lalu?" tanya Jean mengalihkan pembicaraan.

Vanya menepuk keningnya pelan, "lupa anjir."

Mereka berempat pun menepuk keningnya pelan. "Bego," umpat mereka berempat kompak.

"Kenapa?"

"Jadi, waktu itu, kan, katanya mau ngerjain di rumah lo. Tapi waktu itu, tiba-tiba, kan, lo nggak masuk sekolah. Lama juga. Jadi, kata gurunya harus nunggu anggotanya lengkap baru bisa presentasi," jelas Farah.

Jean manggut-manggut. "Maaf ya, gara-gara aku kalian nggak bisa presentasi."

"Nggak apa-apa, lagian gue juga lagi males-malesnya mikir waktu itu," sahut Vanya.

"Ya udah, gimana kalo ngerjainnya nanti pulang sekolah?"

"Eh, tunggu. Aku gimana?" tanya Elvan pada Jean.

"Lo ikut kelompok kita aja," usul Beby yang diangguki oleh mereka berempat.

"Lagian, kelompok lainnya udah maju. Tinggal kelompok kita doang yang belom," sahut Farah.

"Okey."

***

Mereka berempat memekik kaget sesampainya di pekarangan rumah Jean. Mereka berempat menatap Jean tak menyangka.

Sedangkan Jean, Elvan, dan Joy menutup kedua telinga mereka karena kebisingan yang diciptakan oleh keempat gadis itu.

"Heh! Jangan norak tahu!" tegur Joy yang langsung mendapat tatapan tajam oleh keempat gadis itu.

"JEAN! LO HARUS JELASIN INI SEMUA!" teriak Beby penuh penekanan pada Jean

"Jangan teriak-teriak sama sepupu gue!" peringat Joy dengan suara dinginnya. Mereka berempat pun terdiam dan mengangguk menurut.

"Ya ampun, kalian semua teman-temannya Jeana ya?" kaget Sandra ketika melihat keempat gadis asing yang duduk diruang tamu.

Billa mengangguk semangat, "Iya Tante!"

"Jeana kok nggak bilang kalau teman-temannya pada main kesini?" celetuk Noula yang keluar dari kamarnya.

Jean menggaruk rambutnya yang tak gatal. Lalu tersenyum kikuk. "Ya udah, aku mau ganti dulu. Kalian tunggu sini." Selepas mengatakan itu, Jean melangkahkan kakinya menuju lantai dua.

"Bentar ya, Tante ambilin camilan dulu," ucap Sandra.

"Sayang, kamu jangan lupa ganti baju," peringat Noula pada Elvan sebelum membuntuti Sandra yang berjalan ke arah dapur.

JEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang