Review Gadis Jeruk (The Orange Girl)

519 12 19
                                    

Judul: The OrangeGirl / Gadis Jeruk

Karya: Jostein Gaarder

Tahun terbit: 2011

Penerbit: Mizan

Jumlah Halaman: 252

Selesai dibaca (saya): 9 Juni 2020

Buku ada di iPusnas

Profil Penulis: Jostein Gaarder (lahir pada 8 Agustus 1952) adalah seorang intelektual sekaligus penulis novel, cerita pendek dan buku anak-anak dari Norwegia. Gaarder sering menulis dengan menggunakan sudut pandang anak-anak, menonjolkan rasa penasaran mereka akan dunia. (source: wikipedia)

Berikut ulasan saya,

The Orange Girl atau pada versi terjemahan bahasa indonesia yaitu Gadis Jeruk adalah novel ketiga Jostein Gaarder yang selesai saya baca. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2003—ya ampun, ini tahun kelahiran saya— dengan judul original yaitu Appelsinpiken (bahasa norwegia).

Novel ini bercerita tentang seseorang bernama Jan Olav meninggalkan surat kepada putranya, Gorg. Peninggalan Jan Olav kepada Gorg tersebut berisi tentang sebuah kisahnya dan seorang gadis yang membuat Jan Olav jatuh cinta. Si gadis jeruk.

Saya menyukai buku ini, karena penulis membawa kita masuk ke dalam cerita dengan sudut pandang seorang remaja bernama Gorg yang baru saja menginjak umur 15 tahun. Seiring membaca surat dari ayahnya, Gorg penasaran siapa Gadis Jeruk itu. Begitupun juga saya, yang membalik halaman demi halaman untuk memuaskan rasa penasaran, "siapa gadis jeruk yang menjatuhkan jeruk-jeruknya karena ulah Jan Olav di kereta?"

Bab yang paling saya sukai adalah ketika Gorg mengetahui siapa si Gadis Jeruk yang membuat Ayahnya—Jan Olav—tergila-gila dan jatuh hati padanya. Pada awalnya Jan Olav dan Gadis Jeruk bertemu karena kebetulan belaka. Kebetulan yang terus terjadi, atau mereka sebenarnya dipertemukan oleh takdir? Beberapa kali Jan Olav dan si Gadis Jeruk terpisah oleh jarak dan waktu. Tapi, tentu saja Ayah Gorg berhasil melewati semua itu dengan cukup mulus.

Jostein Gaarder sekali lagi menghanyutkan saya ke dalam kisah yang penuh dengan pertanyaan. Membangkitkan rasa ingin tahu saya, membuat saya menjadi candu untuk membaca karya-karya miliknya. Ia menulis cerita dengan bahasa yang cukup sederhana, saya tidak perlu bolak-balik dari Google untuk mengerti tulisannya. Hal itu membuat saya merasa nyaman, hingga saya mampu menghabiskan buku ini dalam satu kali duduk.

Karakter Jan Olav yang menuliskan 'surat peninggalan' adalah pribadi yang menarik. Tentu saja, kalian tidak mungkin dengan mudah menemukan seseorang yang mencari 'orang' di hiruk pikuk kota cuma bermodalkan ingatan ketika bertemu orang itu pertama kali.

Buku ini cocok untuk kalangan dibaca remaja ke atas. Beberapa pertanyaan di dalam novel ini menurut saya tidak terlalu cocok untuk remaja di bawah umur 15. Saya berkata demikian karena, Jostein Gaarder menyelipkan beberapa pertanyaan filsafat di dalam buku ini. Pertanyaan yang dibuat Jan Olav untuk putra satu-satunya, Gorg. Pertanyaan tentang kehidupan, dan apa yang terjadi setelah kita meninggalkan kehidupan.

Rating yang saya berikan:

8/10

Cuplikan dari novel Gadis Jeruk:

"Berapa lama kau bisa menunggu?"

Bagaimana aku akan menjawab pertanyaan itu, Georg? Barangkali itu sebuah jebakan. Jika aku menjawab, "dua atau tiga hari," aku mungkin akan terlalu bersemangat. Jika aku menjawab, "seluruh hidupku," dia mungkin berpikir bahwa entah aku ini tidak sungguh-sungguh mencintainya, atau sekadar bahwa aku tidak sungguh-sungguh. Jadi, aku menemukan suatu kalimat di antara keduanya.

"Aku bisa menunggu hingga hatiku berdarah lantaran duka," kataku.

Terimakasih telah membaca,

Axce.

Ulasan BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang