🎑Nasi Duda🎑

226 25 0
                                    

Aku turun dari motor Reyga setelah sampai didepan gedung utama kampus.

"Makasih ya Rey, besok Kakak traktir deh." Aku memasang senyum lebar.
Reyga hanya mengangguk ringan, kemudian melaju pergi.

Aku memutuskan untuk melangkah memasuki gedung utama, mencoba melihat papan informasi tentang perkuliahanku, sekalian aku melihat-lihat jika ada beasiswa tambahan yang bisa aku dapatkan.

Tidak ada yang begitu penting setelah selesai kujelajahi, kakiku berhenti saat melewati salah satu ruangan. Kulihat dari luar kaca, beberapa orang sedang melakukan tarian free style. Wah terlihat menakjubkan. Seperti girl band begitu. Hahaa.

Karena ingin menyaksikan lebih dekat, aku merapatkan wajahku ke kaca, sialnya wajahku membentur kaca dengan keras dan menghasilkan bunyi hantaman besar. Aumy buat malu saja kamu.

Semua orang yang ada diruangan itu melihat ke arahku serentak, aku hanya memasang wajah canggung dan segera berlari menjauh. Takut jika mereka salah satu dari senior ku dijurusan nanti, bisa tengsin cuy.

Kudengar dari arah belakang, ada seseorang yang memanggiliku dengan sebutan 'hei kamu', tapi saking malunya aku hanya tancap gas tanpa menoleh kebelakang.

Langkah kakiku menuntunku sampai keperpustakaan utama kampus ini. Aku tertegun melihat desain bangunannya. Terlihat seperti bangunan tua yunani kuno. Sangat epik dan sangat mencerminkan sebuah perpustakaan besar. Aku masuk dengan status sebagai pengunjung biasa karena id card sebagai mahasissa disini belum bisa kudapatkan. Aku menuju pojok luar angkasa disudut ruangan. Kuambil salah satu buku yang membahas tentang 'our space'. Kududukkan diriku disofa bewarna abu-abu muda itu menyamankan diri.

"Suka kajian luar angkasa juga?" Suara seseorang yang seperti berbisik mengagetkanku.

Lelaki berkulit sedikit lebih gelap menatapku dengan raut gemerlapan dimatanya. Aku mengerjap beberapa kali sebelum menjawab 'ya.'

Tanpa rasa canggung dia meraih sebuah buku dirak ketiga dan ikut mendudukkan dirinya dismpingku dengan akrab. Aku bergeser sedikit demi sedikit menjaga jarak darinya. Dia membuka buku ditangannya dan melihatkannya padaku.

"Ay, kamu tau ga sih kalo bumi itu ga bisa terlalu deket sama matahari? Tau ga?" Dia menaikkan dagunya beberapa senti mengamatiku.

Dalam hati aku berpikir, apakah dia tadi memanggilku ay? Aku bukan ay?

"Karena bumi hanya bisa mengelilingi matahari dengan jarak yang sudah kita tahu selama ini. Tentu saja tidak bisa bersatu, berdekatanpun mungkin akan membuat semua isi planet ini terbakar." Aku tersenyum kearahnya menelisik. Sikapnya agak terlihat 'aneh' dimataku. Kuperhatikan dia menyilanglan kakinya, kemudian satu jari tengahnya menunjuk bagian gambar matahari di buku yang dipegangnya.

"Duh maaf kan ey ya, ini tangan suka salah gestur, ey jadi malu." Seakan sadar tatapanku mengarah pada jarinya, dia jadi salah tingkah dan mencoba mengipas wajahnya dengan tangan kosong bergerak diudara.

Dia punya 'sisi wanita' yang kuat pada sosok laki-lakinya ternyata. Hahaha.

"Ay jangan salah paham sama ey, ey panggil ay supaya lebih mengakrabkan diri. Ay anak baru atau anak putus sekolah yang mau lihat-lihat kampus mewah ey ini?" Dia kali ini sudah menutup bukunya dan menatapku lurus.

Wah, mulutnya pedas sekali untuk ukurannya, tapi orang dengan karakter unik seperti dia suka ceplas ceplos ngomonganya. Aku terhibur.

"Saya anak baru, Kak. Salam kenal, saya Aumy." Aku mengulurkan tangan kearahnya.

"Iiiihh, ay ga usah manggil ey Kakak, ey masih muda macam ay, kakak-kakak segala. Benci ey." Dia memalingkan wajahnya dariku sok tersinggung.

Aku bingung sejenak. Dia marah? Kemudian aku hanya tertawa tertahan.

PRECIOUS WOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang