Mata rasanya gatal sekali hendak melirik sesosok makhluk dingin diluar sana. Tapi kutahan-tahan agar aku tidak malu nantinya. Bagaimana jika ketika aku melirik kearahnya kemudian dia memalingkan wajahnya acuh seperti dulu lagi? Ogah deh ya. Udah deh Aumy kamu jangan bego lagi, move on.
Aumy memutar-mutar ponselnya diatas meja ruang tamu, sepertinya dia sedang berdebat dengan dirinya sendiri hanya perkara ingin memandang seorang Arav yang dengan gagahnya duduk santai diluar sana.
"Sayang, kamu mau nonton apa?" Suara tante Diah mengagetkanku.
"Ini tante." Aku menunjukkan scan-an tiket yang sudah kupesan tadi sambil tersenyum lebar.
"Alay." Suara Arav yang terdengar menyindir mengalihkan perhatianku padanya.
Aku menatapnya sengit, hilang sudah sikap manisku sedari tadi. Alay? Apa? Dia mengatakan film yang kupilih alay? Wah, aku sudah tidak tahu lagi mau mengutuknya apa. Orang yang kutatap sengit hanya melenggang tanpa rasa bersalah kedalam ruangan.
"Ayok." Reyga mencongkel-congkel pundakku dengan kunci motor yang dipegangnya.
"Sejak kapan kamu disini?" Aku berdiri menengadah memandang sosok Reyga yang sudah rapi dan wangi didepanku.
"Terlalu fokus dengan hal yang tidak penting membuat hal lainnya menjadi blur." Reyga melesat keluar tanpa memperhatikan ekspresiku yang penuh tanda tanya.
Aku menyusul Reyga cepat, bersalaman dengan tante Diah untuk izin pamit membawa Reyga menemaniku menonton kali ini.
"Rey kita naik motor ini? Serius?" Aku menatap motor yang membuat selera nontonku hilang.
"Ho'oh. Lebih gampang nyalip kalau lagi macet." Jawaban simpel Reyga membuatku hanya bisa mengangguk-angguk pasrah.
Motor yang dipakai Arav untuk mengantarkanku ke tukang begal kala itu menjadi kendaraan ku menuju bioskop kali ini bersama Reyga."Tangannya jangan ditarok disana. Berat." Protes Reyga saat tanganku bertengger dikedua sisi pundaknya.
"Lho? Kalau tidak Kakak tarok disini trus kemana lagi mau pegangan? Pengait yg dibelakang motor kamu juga digundulin semua. Ngerilah." Aku yang kali ini protes.
"Sini. Ga usah bawel." Tanganku diarahkan ke pinggang Reyga santai. Aku sedikit kaget melihat tingkah Reyga yang kuanggap terlalu gegabah ini.
"Aw, apa sih Kak?" Reyga mengaduh saat kepalanya kugetok pake topi yang kulepas cepat.
"Jujur deh Rey, kamu kalo bonceng cewek gini juga? Suruh ceweknya pegangan kesini?" Aku menepuk-nepuk kesal pinggang Reyga. Reyga berdelik kesal dan menatapku seakan ingin marah.
"Ogah!" Reyga merapikan jaketnya yang kusut akibat tepukanku.
"Ogah? Lha kok sama Kakak kamu gini? Apa jangan-jangan kamu ga nganggap Kakak ini cewek? What? Rey? Jahat banget." Aku mendramatisir keadaan.
"Bego." Rey berdecak kecil membalas ucapanku.
Ini anak lama-lama mirip banget sama si dingin Arav, ngatain aku bego, ngatain jangan bawel. Judes amat.
Aku akhirnya meletakkan tanganku dipinggang Reyga karena kukira Reyga hanya bersikap santai denganku. Kuharap demikian haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRECIOUS WOUND
Romance🎑 Bagaimana jika kamu tidak bisa melupakan kejadian dimasa lalu? Mencoba berlari menjauh, tapi tetap saja jika sudah ditakdirkan bertemu ya bagaimana lagi. Dipaksa bersama dengan seseorang yang pernah menoreh luka dihatimu, bagaimana dengan yang sa...