MDZ 23

285 26 2
                                    


Bibirnya sedikit bergetar dengan aura bak orang tengah meminta tolong. Keringat nya masih bercucuran serta posisi tidurnya yg terlihat begitu kacau. Tidak peduli ia bersikeras untuk menghindar, tapi alam sadarnya masih terbelenggu bersama bayangan hitam masa lalunya.

"Sejauh apapun kau pergi bahkan mati dengan cara yg kejam tidak bisa menebus semua dosamu pada Sekte Yunmeng ku!!!

"Kaauuuuu,,_______ kauuu bahkan tidak layak memiliki kehidupan.
Enyahhhlahhhh dari ku!!!!!!!!!!

"Jing cheng_______!!!!!!!!""""

Dia terbangun dengan nafas yg tersengal seolah akan berhenti di tenggorokan, menerawang sisi kanan dan kiri berusaha mendapatkan kembali kesadarannya.

"Jingshi,,,,,________

Batinnya dalam hati setelah kembali dari alam mimpinya. Seguntai kenangan yg masih saja menyusup di setiap lelapnya mata dan gelapnya kelana malam. Weiying masih merasakan kejanggalan akan dirinya, meskipun kini tempatnya berpijak adalah paling aman dari semua hal2 yg mungkin bisa memburu nyawanya kapan saja. Bahkan disaat pantulan cahaya pagi sudah menembusi cakrawala seisi Jingshi namun dingin tetap menyelimuti segalanya.

Perlahan kakinya turun memijak daratan yg seolah membuat hatinya nyaman, berusaha mencari sosok sang pemilik hatinya. Dengan penglihatan yg sedikit tidak bermaya, bahkan ketika semua sudut tergeledah tapi figur idamannya nihil dari pencarian.

"Lanzhannn,,, kemana kau pergi sepagi ini??????

Otaknya kembali bergelut dengan panca indra, barangkali akan muncul insting yg tepat untuk mencari keberadaan Lanzhan nya. Sedikit tergesa2 dan berkelebat mengelilingi setiap sudut bangunan yg ada sampai destinasinya berhenti di suatu tempat yg memiliki kemungkinan terbesar. Sasaran tidak pernah melenceng karena dia terbiasa hidup dengan liar namun pasti, senyumnya kini mengembang dengan apa yg sedang menunggu di depan mata.

"Sudah kuduga kau akan datang ke tempat ini"!!

Kolam dingin di belakang bukit yg selalu menjadi tempat pemandian dan ritual bagi Lanzhan, bahkan dulu pernah mereka gunakan bersama ketika mendapatkan luka cambuk saat pembelajaran di Gusu.
Belum begitu dekat namun tubuh dan kulit putihnya sudah terekpos bagaikan giok yg bercahaya. Semakin dekat mungkin terlihat begitu sempurna, dan begitulah seharusnya. Namun tidaklah ungkapan ini terasa menyakitkan ketika dihadapkan pada kenyataan. Pemandangan itu tidaklah dalam kategori sempurna, atau bahkan terlihat seperti goresan luka dan kejamnya takdir. Tangannya mulai bergetar, netranya memanas dan tidak percaya. Keindahan tubuhnya sudah berhiaskan 30 luka cambuk Sekte dan satu hal yg lebih tidak masuk akal, bagaimana bisa seorang Lan Wangji memiliki cap branding Qishan Wen di dadanya. Benar2 pemandangan yg membuat nya semakin nanar.

Memilih antara bertanya ataupun melawan rasa keingintahuan tentang sebab dan alasan, tapi itu jauh menyimpang dan lebih dominan pada  rasa takutnya. Bagaimana kalau semua pemikirannya akan sama dengan jawaban yg didapatinya nanti. Sampai langkahnya benar2 berhenti di sisi pembatas batu pemandian dan sedikit mengubah ekspresi wajah dengan senyum implus. Sosok yg berendam sudah menyadari kedatangannya, namun masih terlihat tenang seperti keagungan tanpa batas. Rambut hitam panjangnya terurai sampai ke punggung dengan pita dahi terlilit apik di kepala. Tidak memiliki ekspresi dan memiliki aura dingin namun ketampanan sosok itu tiada tanding. Bukankah orang yg bisa memiliki atau menambat hatinya adalah kelangkaan dalam dunia. Dengan hati sedikit berdebar dia mulai masuk ke dalam kolam, mengikis jarak agar semakin dekat.

"Weiying,, __________ berhenti"

Sebelum posisi nya begitu dekat sosok di depanya telah membalikan tubuh, dan kini mereka berhadapan menatap sang lawan bicara.

Wanna Be My Soulmate (Modaozushi) Wangxian StoryWhere stories live. Discover now