1.Dia adalah ibuku. Tapi, aku sangat membencinya

56 9 7
                                    

Aku masih lemah, aku susah untuk duduk. "Rahel?" Kataku dengan nada yang kecil, lalu dia terbangun "ummm.. maaf" dia melepas genggaman tangan yang tadi dia genggam dengan tanganku, "nggak papa kok.. kenapa lu disini?" Kataku dengan suara lembut. "Gua cuman pengen liat elu doang nggak ada niat buat nyakitin elu kok, gua bakal pergi sebelum elu bentak gue kok" jawabnya sambil bersiap-siap untuk pergi meninggalkan Aksa. Lalu Aksa meraih tangannya dan berkata "gue ga akan ngusir lu, maaf soal waktu itu gue bentak elu" katanya dengan rasa bersalah, "lu duduk dulu gue mau ngobrol sama elu" kata Aksa. Dengan wajah yang ketakutan pun Rahel duduk di sebelahnya "duhh.. bisa mati berdiri aku di buat Aksa ntar." Cetusnya dalam hati, Aksa yang bisa membaca isi hati orang pun tertawa terbahak-bahak. "Ke.. kenapa?" Tanya Rahel, "nggak apa-apa kok haha, eh.. boleh minta tolong gak?" Kata Aksa,
"Minta tolong apa?" Tanya Rahel dengan penuh ketakutan,
"Panggilan dokter dong.. ada yang pengen gue tanyain ke dia" kata Aksa
"Oh iyaa.. maaf gue lupa seharusnya waktu elu bangun dari koma gue panggil dokter tadi, bentar yaa.. lu disini aja jangan kemana-mana" kata Rahel. Aku melihat ke jendela kamarku sudah lama aku tidak menatap langit, setelah dokter datang aku pun berbincang dengan nya lalu aku bertanya "dok.. selama saya di sini dan tidak sadarkan diri, siapa yang menjaga saya dok?", Dokter menjawab "di saat kamu koma ada seorang ibu yang menjaga mu, dia sangat khawatir pada keadaan mu", aku terdiam. "Seorang ibu? Apakah dia wanita yang aku benci sama ini? Kenapa dia datang di waktu yang seperti ini? Kenapa dia meninggal kan ku dulu? Aku tidak akan menemuinya" begitu kataku di dalam hati, "apakah hari ini saya diperbolehkan untuk pulang dok?.." Tanyaku "kalau belum fit ya belum bisa pulang, kalau udah agak fit dan bisa berjalan ya sudah bisa pulang.. emang kamu sudah bisa berjalan?" Tanya dokter, aku bingung harus menjawab apa. Aku ingin segera pulang karena aku tidak ingin dia melihatku, aku sangat-sangat membencinya. "Dok.. saya sudah bisa berdiri kok, tadi saya sudah coba jalan ke toilet" kataku berbohong "yasudah sore nanti kamu bisa pulang, tapi ingat minum obat yang teratur jangan sampai lupa." Kata dokter, "iya dok.. gak bakal lupa kok hehe, makasih ya dok" kataku dengan senang sambil tersenyum. "Iya.. sama-sama" kata dokter sambil berjalan keluar. Dia gila atau masih waras sih? Berani banget kemari, andai saja ayah masih ada di dunia ini. Pasti aku akan bahagia kan? Nggak sendirian kayak gini huhh.. ini sudah takdir Aksa, jadi ya mau gimana lagi.. Aksa harus terima dengan kenyataan yang ada bukan?.

Sore pun tiba, dimana hari itu aku bergegas untuk pergi dari Rumah sakit tersebut dan aku pun berjalan di bantu oleh Rahel. "Kenapa pulang? Bukannya lu masih sakit?" Tanya Rahel, aku terdiam lalu menjawab "gue udah agak fit kok." Kataku "lu gak mau jumpai ibu lu?" Kata Rahel, seketika kalimat itu membuat ku sangat membenci Rahel. Apakah wanita ini sekongkol dengan dia? Aku yang tadi di bantu oleh nya untuk berjalan, lalu aku pun berjalan menuju lantai bawah dan meninggalkannya sendirian, kalimat tadi seketika membuat ku sangat membenci Rahel, Dan aku berjanji aku tidak akan menemuinya lagi. Aku pun masuk ke dalam lift dan di sebelah ku wanita yang dulu pernah menjagaku lalu meninggalkanku, rasa ingin marah dan aku sangat ingin melampiaskannya tapi aku tidak boleh seperti itu bagaimanapun juga dia tetap ibu tapi rasa benciku sudah sangat mendarah daging. Lalu dia berkata "Aksa? Kamu sudah besar nak, maafkan ibu yaa.. yang dulu pernah meninggalkanmu" katanya dengan nada yang sangat lembut, aku sangat merindukan suara ini lalu aku menjawabnya "nggak usah di pikirin, kenapa kamu datang menemuiku? Aku sudah terbiasa sendiri dan kamu datang, di saat aku takut sendirian kamu kemana?" Kataku dengan tegas untuk menahan air mata yang keluar. Lalu pintu lift pun terbuka, cepat-cepat aku berlari keluar dari gedung tersebut lalu aku menghentikan mobil taksi untuk mengantarku pulang, di tengah-tengah perjalanan aku bertanya "mas.. jika mas di tinggal ibu mas saat masih kecil lalu dia tidak kembali menjemput mas, dan saat mas sudah remaja dia menemui mas.. apa yang mas lakukan?", Lalu pria yang mengendarai mobil taksi tersebut pun berkata "jika saya ada di posisi itu, saya akan memeluk nya dan berkata AKU MERINDUKAN MU, dan aku tidak akan membenci ibuku karena seburuk-buruknya dia, dia tetap ibuku" katanya, "makasih ya mas.." kataku sambil menangis, Apakah aku buruk memperlakukan dia seperti itu? Aku malu pada diriku sendiri.



00:00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang